Sahabat menyaksikan langsung. Ceramah atau pidato di tempat umum.

B u k u S i s w a K e l a s X 26 antara para sahabat mengalami suatu masalah, para sahabat tidak merasa malu untuk datang secara langsung menanyakan kepada Rasulullah. Jika ada sahabat yang malu bertanya langsung kepada Rasulullah, maka sahabat tersebut mengutus sahabat lainnya untuk bertanya kepada Rasulullah.

4. Sahabat menyaksikan langsung.

Kadang-kadang ada juga sahabat yang melihat secara langsung Rasulullah Saw. melakukan satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang menyaksikan hal tersebut segera menyampaikan untuk sahabat yang lain atau generasi sesudahnya, diantaranya yaitu peristiwa yang terjadi antara Rasulullah dengan malaikat Jibril mengenai masalah iman, Islam, ihsan dan tanda-tanda hari kiamat

5. Ceramah atau pidato di tempat umum.

Melalui ceramah atau pidato di tempat yang terbuka sebagaimana ketika khutbah pada Haji Wada’. Pada saat menunaikan haji pada tahun 10 H 631 M Nabi menyampaikan khutbah yang sangat bersejarah di hadapan ribuan kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji. Isi khutbah beliau banyak terkait dengan bidang mu’amalah, siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia. Perbedaan Tingkat Penerimaan Hadis di Kalangan Sahabat Para sahabat memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. Situasi dan latar belakang sosio- historis mereka masing-masing menunjukkan keragaman tingkat penerimaan hadis mereka. Sebagian ada yang tinggal di kota, sebagian lagi ada yang di kampung. Jarak mempengaruhi frekuensi pertemuan mereka dengan Nabi, sehingga juga berdampak pada banyak sedikitnya hadis yang mereka dapatkan. Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi Saw. Di antara mereka ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: • Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw. • Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing sahabat. • Perbedaan waktu masuk Islam. Ada yang masuk Islamnya lebih awal, ada pula yang belakangan. 27 Hadis-Ilmu Hadis Kurikulum 2013 Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari Rasulullah terdapat beberapa kelompok, di antaranya: pertama, mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan as-Sābiqūn al-Awwalūn, seperti al-Khulafā’ ar-Rāsyidūn, yaitu Abū Bakar as ̣-Ṣiddīq, ‘Umar bin Khat ̣t ̣āb, ‘Usmān bin Affān, dan ‘Alī bin Abī Ṭālib serta Abdullah bin Mas’ūd w. 32 H. Kedua, mereka yang senantiasa berada di samping Rasul dan bersungguh-sungguh menghafal hadis, seperti, Abū Hurairah w. 59 H, atau mereka mencatatnya, seperti, ‘Abdullah bin ‘Amr bin as ̣-‘As ra. Ketiga, mereka memiliki usia panjang, seperti Anas bin Malik ra. w. 93 H711 M dan Abdullah bin Abbas ra. w. 69 H689 M; dan keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi Saw. seperti, ‘Aisyah w. 58 H678 M dan Ummu Salamah w. 59 H.

B. Hadis pada Masa Sahabat

Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, para sahabat tidak dapat lagi mendengar sabda- sabdanya, tidak bisa lagi melihat perbuatan-perbuatannya dan hal-ihwalnya secara langsung. Untuk mengenangnya dan melestarikan ajaran-ajarannya, periwayatan hadis mulai berkembang dari para sahabat kepada kaum muslimin lainnya. Para sahabat yang diibaratkan laksana meneguk air yang jernih yang langsung dari sumbernya, mereka berkomitmen untuk tidak mendustakan Nabi Muhammad Saw.. Mereka adalah orang- orang pilihan yang rela mengorbankan segenap harta, jiwa dan raga untuk dakwah Islam. Periode perkembangan hadis pada masa ini dikenal dengan zaman al-Tasabbut wa al-Iqlāl min ar-Riwāyah, yakni periode membatasi hadis dan menyedikitkan riwayat yang terjadi diperkirakan antara tahun 12-40-an H. Hal ini dilakukan karena para sahabat pada periode ini lebih berkonsentrasi terhadap pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an. Hal ini sangat nampak dilakukan oleh para sahabat besar khususnya adalah Khulafā ar- Rāsyidūn Abū Bakar as-Ṣiddīq, ‘Umar bin al-Khat ̣t ̣hāb, ‘Usmān bin Affān, dan ‘Ali bin Abi Ṭālib ra.. Sebagai akibatnya, periwayatan hadis kurang mendapat perhatian, bahkan mereka berusaha untuk selalu bersikap hati-hati dan membatasi dalam meriwayatkan hadis. Kehati-hatian dan pembatasan dalam meriwayatkan hadis yang dilakukan oleh para sahabat ini lebih disebabkan adanya kekhawatiran akan terjadinya kekeliruan dalam meriwayatkan hadis. Karena hadis menduduki posisi kedua setelah Al-Qur’an dalam Islam, ia harus selalu dijaga keotentikannya sebagaimana penjagaan terhadap Al-Qur’an. Oleh sebab itu, para sahabat khususnya Khulafā ar-Rāsyidūn dan para sahabat lainnya berusaha keras untuk memperketat periwayatan hadis. Para sahabat menyampaikan dan menjaga hadis dengan hati-hati supaya tidak terjadi kesalahan dengan cara tidak meriwayatkan kecuali pada saat dibutuhkan melalui penelitian yang mendalam. B u k u S i s w a K e l a s X 28 Perhatikan perbedaan kondisi hadis pada masa Abū Bakar as ̣-Ṣiddīq, ‘Umar bin al-Khatthāb, ‘Usmān bin Affān, dan ‘Ali bin Abi Ṭālib ra. dengan membaca materi di bawah ini

1. Masa Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq ra.