Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
2.2. Kondisi Fisik Wilayah 2.2.1. Kondisi Iklim
Kondisi iklim pada suatu wilayah adalah dalam jangka waktu yang relatif
Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup
dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan setiap saat World Climate Conference
Konsep abstrak yang menyatakan kebia
daerah selama kurun waktu yang panjang Glenn T. Trewartha, 1980.
Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi d
1978.
Hal yang paling mudah untuk melalui kondisi curah hujan. Curah hujan yang tinggi diduga dapat memi
diantaranya banjir dan longsor. Penelitian mengenai kejadian bencana longsor misalnya, menemukan keterkaitan antara curah hujan dengan kejadian longsor.
salah satu faktor yang diteliti berkaitan dengan kejadian parameter curah hujan yang dapat digunakan untuk penelitian bencana longsor diantaranya
yaitu curah hujan kumulatif, curah hujan sebelumnya, intensitas curah hujan, dan durasi hujan Caine, 1980. Bencana banjir juga disebabkan oleh curah hujan yang memiliki inte
tinggi. Intensitas curah hujan tinggi dalam durasi lama dapat menyebabkan banjir pada wilayah wilayah berelief datar dengan kondisi drainase yang tidak baik.
menyebabkan adanya potensi kerentanan pada berbagai aspek kehidup satunya pada aspek pariwisata.
Aspek yang relatif penting dalam kajian pariwisata adalah iklim. waktu ke waktu menjadi hal yang perlu diperhati
iklim antara daerah satu dengan daerah yang lain akan berakibat pada perbedaan aktivitas manusia. Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk tropis basah dengan curah hujan yang
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Kondisi iklim pada suatu wilayah adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama. Iklim juga didefinisikan sebagai berikut :
Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan
World Climate Conference, 1979. abstrak yang menyatakan kebiasan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu
daerah selama kurun waktu yang panjang Glenn T. Trewartha, 1980. Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin
kelembaban, yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang Gibbs,
Hal yang paling mudah untuk menentukan keadaan iklim di suatu wilayah dapat dilihat . Curah hujan yang tinggi diduga dapat memicu beberapa bencana
banjir dan longsor. Penelitian mengenai kejadian bencana longsor misalnya, menemukan keterkaitan antara curah hujan dengan kejadian longsor. Curah hujan merupakan
salah satu faktor yang diteliti berkaitan dengan kejadian bencana longsor
er curah hujan yang dapat digunakan untuk penelitian bencana longsor diantaranya yaitu curah hujan kumulatif, curah hujan sebelumnya, intensitas curah hujan, dan durasi hujan
Bencana banjir juga disebabkan oleh curah hujan yang memiliki inte tinggi dalam durasi lama dapat menyebabkan banjir pada wilayah
wilayah berelief datar dengan kondisi drainase yang tidak baik. Bencana yang menyebabkan adanya potensi kerentanan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Salah
Aspek yang relatif penting dalam kajian pariwisata adalah iklim. Perubahan iklim dari waktu ke waktu menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh semua kalangan. Perbedaan jenis
iklim antara daerah satu dengan daerah yang lain akan berakibat pada perbedaan aktivitas
Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk tropis basah dengan curah hujan yang
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-3
rata cuaca pada suatu wilayah
Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada
unsur atmosfer di suatu
Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin i suatu daerah selama kurun waktu yang panjang Gibbs,
menentukan keadaan iklim di suatu wilayah dapat dilihat cu beberapa bencana
banjir dan longsor. Penelitian mengenai kejadian bencana longsor misalnya, Curah hujan merupakan
bencana longsor. Parameter- er curah hujan yang dapat digunakan untuk penelitian bencana longsor diantaranya
yaitu curah hujan kumulatif, curah hujan sebelumnya, intensitas curah hujan, dan durasi hujan Bencana banjir juga disebabkan oleh curah hujan yang memiliki intensitas yang
tinggi dalam durasi lama dapat menyebabkan banjir pada wilayah- Bencana yang terjadi
an manusia. Salah
Perubahan iklim dari oleh semua kalangan. Perbedaan jenis
iklim antara daerah satu dengan daerah yang lain akan berakibat pada perbedaan aktivitas Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk tropis basah dengan curah hujan yang
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
cukup tinggi. Rata-rata curah hujan Daera Kecepatan angin minimum di DIY
udara di DIY berkisar antara 109,9 Tabel 2.3.
Rata-Rata Suhu Udara, Kelemba Angin, Curah Hujan dan Hari Hujan di D.I. Yogyakarta
No. Uraian
1 Suhu Udara derajat C
Kelembaban Udara
3 Tekanan Udara mb
4 Kecepatan Angin ms
5 Arah Angin derajat
6 Curah Hujan per bulan mm
7 Hari Hujan per bulan kali
Sumber: DIY Dalam Angka, 2014
Berdasarkan klasifikasi iklim Smith dan Ferguson, tipe iklim Yogyakarta termasuk dalam tipe ikim C. Tipe iklim C aga
dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya di musim kemarau.
Klasifikasi iklim Schmidt menggunakan nilai perbandingan Q antara rata
rata banyaknya bulan basah Mf dalam tahun penelitian. Kategori untuk bulan kering lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:
Bulan kering, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan
Bulan lembab, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60
Bulan basah, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 100 mm
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
rata curah hujan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 230 mm di DIY sebesar 2,0 ms dan maksimum sebesar 6,0 ms. Tekanan
udara di DIY berkisar antara 109,9 - 1019,4 mb. Suhu udara berkisar antara
Tabel 2.3 Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Arah
Angin, Curah Hujan dan Hari Hujan di D.I. Yogyakarta
Uraian Minimum
Udara derajat C 21,00
53,42 1.009,58
ms 0,0
Selatan terbanyak Curah Hujan per bulan mm
0,0 Hari Hujan per bulan kali
0,0
Berdasarkan klasifikasi iklim Smith dan Ferguson, tipe iklim Daerah termasuk dalam tipe ikim C. Tipe iklim C agak basah yang memiliki vegetasi hutan
dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya di musim kemarau. Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.4
menggunakan nilai perbandingan Q antara rata-rata banyaknya bulan kering Md dan rata rata banyaknya bulan basah Mf dalam tahun penelitian. Kategori untuk bulan kering
lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:
atu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60 mm dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60-100 mm
dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 100 mm
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-4
imewa Yogyakarta adalah 230 mmtahun. 6,0 ms. Tekanan
udara berkisar antara 18,4 C - 35,7
C
an, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Arah Angin, Curah Hujan dan Hari Hujan di D.I. Yogyakarta
Maksimum 33,42
98,33
1.018,25 26,00
Selatan terbanyak 409
28
Daerah Istimewah memiliki vegetasi hutan
dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya di musim kemarau. seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.4,
rata banyaknya bulan kering Md dan rata- rata banyaknya bulan basah Mf dalam tahun penelitian. Kategori untuk bulan kering, bulan
60 mm, 100 mm, dan
dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 100 mm
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt
Tipe Iklim
A Sangat Basah B Basah
C Agak Basah D Sedang
E Agak Kering F Kering
G Sangat Kering
H Luar Biasa Kering
Sumber: Lakitan, 2002
2.2.2. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Bentuk permukaan Bumi relief. Segala kenampakan yang ada di permukaan
laut, dan segala kenampakan artifisial buatan manusia termasuk dalam relief. perbedaan ketinggian di permukaan
lereng di setiap tempat. Pengetahuan terhadap r informasi mengenai berbagai proses alam yang pernah dan mungkin akan terjadi pada suatu
wilayah. Misalkan, pada wilayah dengan ketinggian hingga landai dan terletak di de
terbentuk dari endapan material sedimen yang terbawa dan terendapkan ketika terjadi banjir. Contoh lainnya yaitu pada wilayah dengan ketinggian yang bervariasi dan memiliki relief
bergunung maupun berbukit, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut terbentuk dari hasil proses tektonik maupun vulkanik, sehingga akan rawan terjadi bencana longsor atau bencana
erupsi gunung api.
Berdasarkan klasifikasi beda tinggi lokal daerah dengan ketinggian: 0 - 100 m, 100
Kabupaten Bantul, dan 1.000 Kabupaten Sleman.
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Tabel 2.4 asifikasi Iklim Menurut Schmidt Ferguson
Tipe Iklim Kriteria
Sangat Basah 0 Q 0,143
0,143 Q 0,333 Agak Basah
0,333 Q 0,600 0,600 Q 1,000
Agak Kering 1,000 Q 1,670
1,670 Q 3,000 Sangat Kering
3,000 Q 7,000
Luar Biasa Kering 7,000 Q
Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Bumi yang tercermin dari perbedaan ketinggiannya disebut sebagai relief. Segala kenampakan yang ada di permukaan Bumi seperti gunung, bukit, sungai, danau,
laut, dan segala kenampakan artifisial buatan manusia termasuk dalam relief. perbedaan ketinggian di permukaan Bumi menyebabkan variasi bentuk maupun kemiringan
lereng di setiap tempat. Pengetahuan terhadap relief di suatu wilayah dapat memberikan informasi mengenai berbagai proses alam yang pernah dan mungkin akan terjadi pada suatu
wilayah. Misalkan, pada wilayah dengan ketinggian yang rendah dan memiliki relief hingga landai dan terletak di dekat aliran sungai, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut
terbentuk dari endapan material sedimen yang terbawa dan terendapkan ketika terjadi banjir. Contoh lainnya yaitu pada wilayah dengan ketinggian yang bervariasi dan memiliki relief
berbukit, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut terbentuk dari hasil proses tektonik maupun vulkanik, sehingga akan rawan terjadi bencana longsor atau bencana
kan klasifikasi beda tinggi lokal, Daerah Istimewa Yogyakarta 100 m, 100 - 500 m, 500 - 1.000 m sebagian besar
- 2000 m diatas permukaan laut sebagian besar
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-5
yang tercermin dari perbedaan ketinggiannya disebut sebagai seperti gunung, bukit, sungai, danau,
laut, dan segala kenampakan artifisial buatan manusia termasuk dalam relief. Adanya menyebabkan variasi bentuk maupun kemiringan
elief di suatu wilayah dapat memberikan informasi mengenai berbagai proses alam yang pernah dan mungkin akan terjadi pada suatu
yang rendah dan memiliki relief-relatif datar kat aliran sungai, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut
terbentuk dari endapan material sedimen yang terbawa dan terendapkan ketika terjadi banjir. Contoh lainnya yaitu pada wilayah dengan ketinggian yang bervariasi dan memiliki relief
berbukit, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut terbentuk dari hasil proses tektonik maupun vulkanik, sehingga akan rawan terjadi bencana longsor atau bencana
terbagi menjadi 1.000 m sebagian besar terdapat di
sebagian besar terdapat di
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Fisiografi DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah pada Gambar 2.2 yaitu:
1. Satuan Gunung api Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan vulkanik,
meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan.
Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km
2. Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan
dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini
memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km
3. Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural
denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km
4. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial hasil proses pengendapan
sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Gambar 2.2. Fisiografi DIY
DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah seperti di perlihatkan
api Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung
api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km
2
dengan ketinggian 80 - 2.911 m. Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping
dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan. Di bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini
memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km
2
dengan ketinggian 150 - 700 m. tuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural
denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km
2
dengan ketinggian an Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial hasil proses pengendapan
sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-6
seperti di perlihatkan
api Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan vulkanik, Daerah kerucut dan lereng gunung
api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. 2.911 m.
perbukitan batu gamping bagian tengah merupakan
cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini
tuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah
dengan ketinggian 0 - 572 m an Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial hasil proses pengendapan
sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km dengan ketinggian 0 - 80 m.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. D
yang relatif datar dataran faluvial meliputi Sleman, Ko penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak
terjadi pencemaran lingkungan digunakan sebagai dasar pengembagan fasil
Yogyakarta.
2.2.3. Kondisi Geologi
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan dalam kerak Bumi, atau lebih jelas lagi geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta
bentuk dari Bumi. Geologi merupakan pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan dari Bumi serta mahluk-mahluk yang pernah hidup di dalam dan di atas
dapat dikatakan bahwa geologi adalah pengetahuan yang mempelajari evolusi anorganik serta evolusi organik dari Bumi. Aspek geologi pada suatu wilayah sangat penting untuk diketahui,
sebab aspek-aspek geologi berhubungan dengan segala proses alam yang bekerja wilayah baik bersumber dari tenaga endogen berasal dari dalam
berasal dari luar Bumi.
Peta geologi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, Setiap unit litologi tersusun atas berbagai macam material.
bervariasi. Menurut Rahardjo dkk 1995, D.I. Yogyakarta memiliki 15 unit litologi formasi. Formasi tersebut disajikan pada
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km 80 m.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. D
dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak
terjadi pencemaran lingkungan. Dengan mengetahui kondisi fisiografi suatu daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembagan fasilitas pendukung potensi wisata yang ada di D.I.
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan-lapisan , atau lebih jelas lagi geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta
merupakan pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan mahluk yang pernah hidup di dalam dan di atas Bumi. Oleh karena itu
pat dikatakan bahwa geologi adalah pengetahuan yang mempelajari evolusi anorganik serta . Aspek geologi pada suatu wilayah sangat penting untuk diketahui,
aspek geologi berhubungan dengan segala proses alam yang bekerja wilayah baik bersumber dari tenaga endogen berasal dari dalam Bumi maupun eksogen
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, terdiri atas unit Setiap unit litologi tersusun atas berbagai macam material. Unit litologi di D.I. Yogyakarta
djo dkk 1995, D.I. Yogyakarta memiliki 15 unit litologi formasi. ormasi tersebut disajikan pada Tabel 2.5.
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-7
Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km
2
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah
ta, dan Bantul adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak
. Dengan mengetahui kondisi fisiografi suatu daerah dapat itas pendukung potensi wisata yang ada di D.I.
batuan yang ada , atau lebih jelas lagi geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta
merupakan pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan . Oleh karena itu
pat dikatakan bahwa geologi adalah pengetahuan yang mempelajari evolusi anorganik serta . Aspek geologi pada suatu wilayah sangat penting untuk diketahui,
aspek geologi berhubungan dengan segala proses alam yang bekerja pada suatu maupun eksogen
terdiri atas unit-unit litologi. Unit litologi di D.I. Yogyakarta
djo dkk 1995, D.I. Yogyakarta memiliki 15 unit litologi formasi.
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Gambar
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Gambar 2.3. Peta Geologi Lembar Yogyakarta
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-8
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
No Litologi
Simbol
1 Qa
Alluvium, tersusun oleh material pasir lepas
2 Qc
Koluvium, Fragmen yang dibedakan pada endapan lereng
3 Qmi
Endapan gunung api
4 Qmo
Endapan gunungapi tua pada gunung api Merapi, breksi, aglomerat dan lava
5 Tmps
Formasi sentolo, batu gampung dan batu pasir marli
6 Tmj
Formasi Jonggrangan, batu gamping batu karang dan
7 Tmoa
Formasi Andesti tua, breksi andesti, aglomerat, lava flow, dan tuff
8 Teou
Formasi Nanggulan, batu pasir, marly pasir, dan batu lempung
9 Tmke
Formasi Kepek, batu gamping dan marl
10 Tmpw
Formasi Wonosari, batu gaming batu karang
11 Tms
Formasi Sambipitu, tuff pilit, batu lumpur, batu pasir dan konlomerat
12 Tma
Formasi Nglanggran, breksi volkanik, aglomerat, lava, dan tuff breksi
13 Tmse
Formasi Semilir, tuff, breksi, batu gamping, tuff klastik, dan batu
14 Tmk
Kebobutak, batu asir, tuff, dan aglomerat
15 a
Andesit dan Intrusi diorit Sumber: Peta Geologi D.I. Yogyakarta
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian lempeng tektonik antara lempeng Eurasia
selatan. Secara struktural daerah tersebut dibagi menjadi i pegunungan, ii lipatan yan meliputi sinklin dan antiklin, iii sesar, graben, perbukita
struktur tunggal berupa sesar. Struktur tunggal terjadi di dataran aluvial, endapan koluval, dan gumuk pasir. Struktur graben terjadi di daerah Bantul dan tertutup oleh endapan vulkan
Gunungapi Merapi. Lipatan dan sesar terjadi di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Daerah Karst terdapat di Kabupaten Gunungkidul yang secara struktural merupakan Plato sampai ke
Selatan, sedangkan pegunungan Kulonprogo mempunyai perbukitan Dome seperti struktur Bemmelen, 1949.
2.2.4. Tanah
Sifat tanah dianggap memiliki sifat yang sama dengan bahan pembentuknya yaitu batuan. Keadaan relief yang berbeda dapat pula menghasilkan sifat tanah yang berbeda
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Tabel 2.5 Unit Litologi di DIY
Keterangan Alluvium, tersusun oleh material pasir lepas-lepas, lempun dan lumpur
Koluvium, Fragmen yang dibedakan pada endapan lereng Endapan gunung api muda pada gunung api Merapi, lava, tuf, breksi vulkanik
Endapan gunungapi tua pada gunung api Merapi, breksi, aglomerat dan lava Formasi sentolo, batu gampung dan batu pasir marli
Formasi Jonggrangan, batu gamping batu karang dan konglomerat Formasi Andesti tua, breksi andesti, aglomerat, lava flow, dan tuff
Formasi Nanggulan, batu pasir, marly pasir, dan batu lempung Formasi Kepek, batu gamping dan marl
Formasi Wonosari, batu gaming batu karang marl dan batu lempung Formasi Sambipitu, tuff pilit, batu lumpur, batu pasir dan konlomerat
Formasi Nglanggran, breksi volkanik, aglomerat, lava, dan tuff breksi Formasi Semilir, tuff, breksi, batu gamping, tuff klastik, dan batu
Kebobutak, batu asir, tuff, dan aglomerat Andesit dan Intrusi diorit
Sumber: Peta Geologi D.I. Yogyakarta
yang berkembang di daerah penelitian dipengarui oleh gerakan lempeng tektonik antara lempeng Eurasia dibagian tara dan lempeng Indo-Australia dibagian
selatan. Secara struktural daerah tersebut dibagi menjadi i pegunungan, ii lipatan yan
, iii sesar, graben, perbukitan dome, plato gunungkidul, dan Struktur tunggal terjadi di dataran aluvial, endapan koluval, dan
graben terjadi di daerah Bantul dan tertutup oleh endapan vulkan Gunungapi Merapi. Lipatan dan sesar terjadi di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Daerah
rdapat di Kabupaten Gunungkidul yang secara struktural merupakan Plato sampai ke Selatan, sedangkan pegunungan Kulonprogo mempunyai perbukitan Dome seperti struktur
Sifat tanah dianggap memiliki sifat yang sama dengan bahan pembentuknya yaitu batuan. Keadaan relief yang berbeda dapat pula menghasilkan sifat tanah yang berbeda
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-9
lepas, lempun dan lumpur muda pada gunung api Merapi, lava, tuf, breksi vulkanik
Endapan gunungapi tua pada gunung api Merapi, breksi, aglomerat dan lava konglomerat
Formasi Andesti tua, breksi andesti, aglomerat, lava flow, dan tuff
marl dan batu lempung Formasi Sambipitu, tuff pilit, batu lumpur, batu pasir dan konlomerat
Formasi Nglanggran, breksi volkanik, aglomerat, lava, dan tuff breksi Formasi Semilir, tuff, breksi, batu gamping, tuff klastik, dan batu lempung marl
dipengarui oleh gerakan Australia dibagian
selatan. Secara struktural daerah tersebut dibagi menjadi i pegunungan, ii lipatan yang dome, plato gunungkidul, dan
Struktur tunggal terjadi di dataran aluvial, endapan koluval, dan graben terjadi di daerah Bantul dan tertutup oleh endapan vulkan
Gunungapi Merapi. Lipatan dan sesar terjadi di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Daerah rdapat di Kabupaten Gunungkidul yang secara struktural merupakan Plato sampai ke
Selatan, sedangkan pegunungan Kulonprogo mempunyai perbukitan Dome seperti struktur
Sifat tanah dianggap memiliki sifat yang sama dengan bahan pembentuknya yaitu batuan. Keadaan relief yang berbeda dapat pula menghasilkan sifat tanah yang berbeda
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
walaupun suatu wilayah tersusun dari tanah dan bahan induk yang sama. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui jumlah tangkapan air hujan yang meresap ke dalam tanah,
kedalaman airtanah, besarnya laju erosi, dan mengarahkan gerakan air dan bahan material yang terlarut di dalamnya
Jenis-jenis tanah di DIY ber antara lain alluvial untuk lahan pertanian dan pemukiman,
biasanya untuk lahan pertanian, mediteran, dan rensina.
2.2.5. Hidrologi
Secara garis besar hidrologi wilayah permukaan dan hidrologi air tanah.
a Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi setelah dikurangi infiltrasi dan evapotranspirasi. Pola aliran
struktur geologi setempat. Ada berbagai tipe pola aliran yaitu pola radial sentrifugal, paralel, dan pola trealis. Untuk wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Kulonprogo
bagian utara dan Gunung Kidul bagian barat mempunyai pola aliran radial sentrifugal, sedangkan pola aliran sungai wilayah Kulonprogo bagian selatan adalah pola paralel. Untuk
Kabupaten Gunungkidul khususnya pada formasi batu gamping mempunyai pola aliran trealis karena banyak berkembang struktur rekahan diaclas.
b Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak
yang merupakan formasi Yogyaka kawasan dengan sumberdaya air tanah yang bagus dengan cadangan melimpah. Ditinjau dari
aspek Daerah Aliran Sungai DAS, di besar, yaitu : a DAS Progo, b DAS Opak
Seribu. DAS Progo yang bermuara di Samudera Hindia meliput sebagian wilayah Kabupaten
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
walaupun suatu wilayah tersusun dari tanah dan bahan induk yang sama. Relief mempengaruhi ses pembentukan tanah melalui jumlah tangkapan air hujan yang meresap ke dalam tanah,
kedalaman airtanah, besarnya laju erosi, dan mengarahkan gerakan air dan bahan material yang terlarut di dalamnya Hardjowigeno, 2010.
DIY berdasarkan informasi dari BPN dalam buku potret DIY, 2007 antara lain alluvial untuk lahan pertanian dan pemukiman, litosol, regosol, grumosol, lat
anya untuk lahan pertanian, mediteran, dan rensina.
Secara garis besar hidrologi wilayah Provinsi DIY dapat dibedakan menjadi hidrologi air permukaan dan hidrologi air tanah.
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi setelah dikurangi infiltrasi dan evapotranspirasi. Pola aliran di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh
struktur geologi setempat. Ada berbagai tipe pola aliran yaitu pola radial sentrifugal, paralel, dan pola trealis. Untuk wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Kulonprogo
an Gunung Kidul bagian barat mempunyai pola aliran radial sentrifugal, sedangkan pola aliran sungai wilayah Kulonprogo bagian selatan adalah pola paralel. Untuk
dul khususnya pada formasi batu gamping mempunyai pola aliran trealis banyak berkembang struktur rekahan diaclas.
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Pada kawasan
yang merupakan formasi Yogyakarta dan Sleman hasil proses vulkanis Merapi merupakan kawasan dengan sumberdaya air tanah yang bagus dengan cadangan melimpah. Ditinjau dari
aspek Daerah Aliran Sungai DAS, di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 4 DAS yang cukup
ogo, b DAS Opak-Oyo, c DAS Serang, dan D DAS Bribin Seribu. DAS Progo yang bermuara di Samudera Hindia meliput sebagian wilayah Kabupaten
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-10
walaupun suatu wilayah tersusun dari tanah dan bahan induk yang sama. Relief mempengaruhi ses pembentukan tanah melalui jumlah tangkapan air hujan yang meresap ke dalam tanah,
kedalaman airtanah, besarnya laju erosi, dan mengarahkan gerakan air dan bahan-bahan
dasarkan informasi dari BPN dalam buku potret DIY, 2007 , regosol, grumosol, lathosol,
DIY dapat dibedakan menjadi hidrologi air
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi setelah dikurangi infiltrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh
struktur geologi setempat. Ada berbagai tipe pola aliran yaitu pola radial sentrifugal, paralel, dan pola trealis. Untuk wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Kulonprogo
an Gunung Kidul bagian barat mempunyai pola aliran radial sentrifugal, sedangkan pola aliran sungai wilayah Kulonprogo bagian selatan adalah pola paralel. Untuk
dul khususnya pada formasi batu gamping mempunyai pola aliran trealis
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang retak batuan. Pada kawasan
rta dan Sleman hasil proses vulkanis Merapi merupakan kawasan dengan sumberdaya air tanah yang bagus dengan cadangan melimpah. Ditinjau dari
terdapat 4 DAS yang cukup Oyo, c DAS Serang, dan D DAS Bribin-Pegunungan
Seribu. DAS Progo yang bermuara di Samudera Hindia meliput sebagian wilayah Kabupaten
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon DAS yang cukup besar, berhulu di Gunung Sindoro
wilayah DIY merupakan bagian tengah dan hilir dari DAS Progo tersebut. Hutan DIY yang berada pada DAS Progo ini seluas 495,70 ha yang merupakan bagian dari BDH Yogyakarta. Beberapa
Sub DAS di DIY yang bermuara di DAS Opak adalah SubDAS Krasak dan Sub DAS Bedog. DAS Opak-Oyo merupakan DAS yang memiliki luas paling besar di DIY, membentang dari puncak
Gunung Merapi sampai dengan sebagian besar Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul. Beberapa Sub DAS yang bermuara di DAS Opak
adalah Sub DAS Winongo, Sub DAS Code, Sub DAS Gajahwong, dan Sub DAS Oyo. Seluruh hutan yang berada pada BDH Karangmojo 3.196,60 Ha dan BDH Playen 4.310,70 ha berada di
wilayah DAS Opak Oya. Di samping itu sebagian dari hutan yang berada di BDH Yogyakarta, yaitu seluas 556,89 ha berada di wilayah DAS ini pula. DAS Serang keseluruhan wilayahnya
berada di Kabupaten Kulonprogo, yaitu di wilayah Kecamatan Kokap, Girimulyo, Pengas Wates, dan Temon. Seluruh hutan yang ada di BDH Kulon Progo seluas 1.095,60 ha berada di
wilayah DAS Serang. DAS Bribin Pegunungan Seribu sebagian besar terletak di wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan yang meliput wilayah Kecamatan Purwosari,
Saptosari, Paliyan, Wonosari, Tanjungsari, Tepus, Semanu, Ponjong, Rongkop, dan Girisubo. Hutan yang berada di BDH Panggang 1.597,40 3 ha dan BDH Paliyan 3.872,30 ha sebagian
besar berada di wilayah DAS Bribin
2.2.6. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di DIY didominasi oleh non pertanian yang mencapai 77,66 dari total luas DIY. Lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar 5,32, perkebunan 3,17, lahan
kering sebesar 1,73 dan penggunaan lainnya sebesar 11,49. Penggunaan kabupaten disajikan pada Tabel 2.6.
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. DAS Progo merupakan p besar, berhulu di Gunung Sindoro-Gunung Sumbing-Gunung Merbabu dan
wilayah DIY merupakan bagian tengah dan hilir dari DAS Progo tersebut. Hutan DIY yang berada pada DAS Progo ini seluas 495,70 ha yang merupakan bagian dari BDH Yogyakarta. Beberapa
S di DIY yang bermuara di DAS Opak adalah SubDAS Krasak dan Sub DAS Bedog. DAS Oyo merupakan DAS yang memiliki luas paling besar di DIY, membentang dari puncak
Gunung Merapi sampai dengan sebagian besar Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten ung Kidul dan Kabupaten Bantul. Beberapa Sub DAS yang bermuara di DAS Opak
adalah Sub DAS Winongo, Sub DAS Code, Sub DAS Gajahwong, dan Sub DAS Oyo. Seluruh hutan yang berada pada BDH Karangmojo 3.196,60 Ha dan BDH Playen 4.310,70 ha berada di
yah DAS Opak Oya. Di samping itu sebagian dari hutan yang berada di BDH Yogyakarta, yaitu seluas 556,89 ha berada di wilayah DAS ini pula. DAS Serang keseluruhan wilayahnya
berada di Kabupaten Kulonprogo, yaitu di wilayah Kecamatan Kokap, Girimulyo, Pengas Wates, dan Temon. Seluruh hutan yang ada di BDH Kulon Progo seluas 1.095,60 ha berada di
wilayah DAS Serang. DAS Bribin Pegunungan Seribu sebagian besar terletak di wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan yang meliput wilayah Kecamatan Purwosari,
Saptosari, Paliyan, Wonosari, Tanjungsari, Tepus, Semanu, Ponjong, Rongkop, dan Girisubo. Hutan yang berada di BDH Panggang 1.597,40 3 ha dan BDH Paliyan 3.872,30 ha sebagian
besar berada di wilayah DAS Bribin-Pegunungan Seribu.
Penggunaan lahan di DIY didominasi oleh non pertanian yang mencapai 77,66 dari total luas DIY. Lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar 5,32, perkebunan 3,17, lahan
kering sebesar 1,73 dan penggunaan lainnya sebesar 11,49. Penggunaan
isajikan pada Tabel 2.6.
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-11
rogo dan Kabupaten Bantul. DAS Progo merupakan Gunung Merbabu dan
wilayah DIY merupakan bagian tengah dan hilir dari DAS Progo tersebut. Hutan DIY yang berada pada DAS Progo ini seluas 495,70 ha yang merupakan bagian dari BDH Yogyakarta. Beberapa
S di DIY yang bermuara di DAS Opak adalah SubDAS Krasak dan Sub DAS Bedog. DAS Oyo merupakan DAS yang memiliki luas paling besar di DIY, membentang dari puncak
Gunung Merapi sampai dengan sebagian besar Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten ung Kidul dan Kabupaten Bantul. Beberapa Sub DAS yang bermuara di DAS Opak-Oyo
adalah Sub DAS Winongo, Sub DAS Code, Sub DAS Gajahwong, dan Sub DAS Oyo. Seluruh hutan yang berada pada BDH Karangmojo 3.196,60 Ha dan BDH Playen 4.310,70 ha berada di
yah DAS Opak Oya. Di samping itu sebagian dari hutan yang berada di BDH Yogyakarta, yaitu seluas 556,89 ha berada di wilayah DAS ini pula. DAS Serang keseluruhan wilayahnya
berada di Kabupaten Kulonprogo, yaitu di wilayah Kecamatan Kokap, Girimulyo, Pengasih, Wates, dan Temon. Seluruh hutan yang ada di BDH Kulon Progo seluas 1.095,60 ha berada di
wilayah DAS Serang. DAS Bribin Pegunungan Seribu sebagian besar terletak di wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan yang meliput wilayah Kecamatan Purwosari, Panggang,
Saptosari, Paliyan, Wonosari, Tanjungsari, Tepus, Semanu, Ponjong, Rongkop, dan Girisubo. Hutan yang berada di BDH Panggang 1.597,40 3 ha dan BDH Paliyan 3.872,30 ha sebagian
Penggunaan lahan di DIY didominasi oleh non pertanian yang mencapai 77,66 dari total luas DIY. Lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar 5,32, perkebunan 3,17, lahan
kering sebesar 1,73 dan penggunaan lainnya sebesar 11,49. Penggunaan lahan pada tiap
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
Penggunaan Lahan D.I. Yogyakarta
No. KabupatenKota Non
Pertanian 1
Kulon Progo 12.242
2 Bantul
3.811 3
Gunungkidul 23.848
4 Sleman
18.904 5
Yogyakarta 2.696.938
Total 2.755.743
Sumber: BPS DIY 2013
Gambar 2.4. Persentase Lahan Menurut Penggunaan Lahan
Setiap tahun lahan sawah mengalami penyempitan rata Pertambahan penduduk merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan, yang
menuntut tersedianya sarana perumahan dan infrastruktur lainnya. Akan lebih memprihatinkan lagi jika penyempitan lahan diikuti dengan penurunan tingkat kesuburan karena penggunaan
pupuk kimia yang intensif, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, juga kerugian sosial. Penurunan kesuburan tanah diketahui
dari hasil monitoring kerusakan lahan untuk produksi biomassa, yaitu pada sifat be permeabilitas tanah, tingginya angka derajat pelulusan air dan tingginya redoks pada beberapa
Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan S
Tabel 2.6 Penggunaan Lahan D.I. Yogyakarta
Luas Lahan Ha Pertanian Sawah
Lahan Kering Perkebunan Hutan Lainnya
12.242 10.280 28.779
605 6.644
3.811 16.046
6.637 16.602
1.385 23.848
7.595 852
95.165 12.774 18.904
24.893 5.104
1.335 2.696.938 130.028 20.041
0 388.163 2.755.743
18.842 61.413 112.372 22.138 407.760
. Persentase Lahan Menurut Penggunaan Lahan di D.I. Yogyakarta Tahun 2013
Setiap tahun lahan sawah mengalami penyempitan rata-rata 0,3 per tahun. penduduk merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan, yang
tersedianya sarana perumahan dan infrastruktur lainnya. Akan lebih memprihatinkan lagi jika penyempitan lahan diikuti dengan penurunan tingkat kesuburan karena penggunaan
puk kimia yang intensif, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, juga kerugian sosial. Penurunan kesuburan tanah diketahui
dari hasil monitoring kerusakan lahan untuk produksi biomassa, yaitu pada sifat be permeabilitas tanah, tingginya angka derajat pelulusan air dan tingginya redoks pada beberapa
Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY
II-12
Lainnya Total
77 58.627
5.630 50.126
6.645 146.852
7.245 57.481
388.163 3.235.170 407.760 3.548.256
rata 0,3 per tahun. penduduk merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan, yang
tersedianya sarana perumahan dan infrastruktur lainnya. Akan lebih memprihatinkan lagi jika penyempitan lahan diikuti dengan penurunan tingkat kesuburan karena penggunaan
puk kimia yang intensif, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, juga kerugian sosial. Penurunan kesuburan tanah diketahui
dari hasil monitoring kerusakan lahan untuk produksi biomassa, yaitu pada sifat berkurangnya permeabilitas tanah, tingginya angka derajat pelulusan air dan tingginya redoks pada beberapa
Penyusunan Data Spasial Potensi
| IIII-
sampel tanah. Luas hutan di DIY 22.138 Ha atau 6,95 dari luas DIY. Hutan tersebut tersebar di 4 empat wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunungkidul
Pengelolaan hutan di DIY dibagi menjadi 5 lima Bagian Daerah Hutan BDH untuk mempermudah pengelolaannya, yaitu
Paliyan, dan BDH Kulon Progo-Bantul.
2.3. Kondisi Sosial Ekonomi