menjadi lebih besar dan keras. Sindrom splenomegali tropika “splenomegali malaria hiperaktif” dapat membentuk respons imun abnormal pada anak malnutrisi di Negara
sedang berkembang. Pembesaran limpa, tanpa pengecilan pasca pengobatan anti- malaria, disertai dengan infiltrasi limfosit sinusoid hati dan kenaikan titer antibodi
fluoresen untuk malaria, dengan atau parasitemia yang cukup besar.
2,6
Malaria lama dapat menyebabkan anemia, dan signifikan menyebabkan kematian. Anemia dapat terjadi karena : a eritrosit yang diserang akan hancur saat
sporulasi. b derajat fagositosis RES meningkat, sehingga akibatnya banyak eritrosit yang hancur.
6
Gangguan fungsi ginjal ditunjukkan dengan oliguria, dan anuria dapat terjadi. Sindrom nefrotik, berkaitan dengan P.malariae pada anak yang tinggal di daerah
endemic malaria, prognosisnya jelek. Black water fever, sekarang jarang ditemukan, dihubungkan dengan P.falciparum; hemoglobinuria akibat hemolisis intravascular
berat dan mendadak, dapat menyebabkan anuria dan kematian karena uremia.
2
Hipoglikemia dapar dihubungkan dengan malaria falciparum. Pada infeksi berat, dapat terjadi asidosis laktat, dengan gambaran konvulsi dan gangguan
kesadaran.
2
2.10 Diagnosis
Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium mikroskopik, tes diagnostik cepat dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Sampai saat
ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit dalam sediaan darah secara mikroskopik. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan
tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis.
4
I. Anamnesis
4
1. Pada Anamnesis sangat penting diperhatikan adalah : a. Keluhan utama : demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
13
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir f. Riwayat mendapat transfusi darah
g. Gejala klinis pada anak dapat tidak khas. 2. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih
gejala berikut: a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
b. Kelemahan umum tidak bisa dudukberdiri. c. Kejang-kejang.
d. Panas sangat tinggi. e. Mata atau tubuh kuning.
f. Perdarahan gusi, hidung atau saluran cerna. g. Nafas cepat dan atau sesak napas.
h. Muntah terus menerus. i. Tidak dapat makan dan minum.
j. Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman. k. Jumlah air seni kurang oliguria sampai tidak ada anuria.
l. Telapak tangan sangat pucat. II.
Pemeriksaan Fisik
4
1. Demam 2. Pucat pada konjugtiva palpebra atau telapak tangan.
3. Pembesaran limpa splenomegali. 4. Pembesaran hati hepatomegali.
Pada tersangka malaria berat dapat ditemukan satu atau lebih tanda klinis berikut :
14
1. Temperatur aksila ≥ 40° C. 2. Tekanan darah sistolik 70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-
anak 50 mmHg. 3. Nadi cepat dan lemahkecil.
4. Frekuensi nafas 35 x per menit pada orang dewasa atau 40 x per menit pada balita, anak di bawah 1 tahun 50 x per menit.
5. Penurunan derajat kesadaran. 6. Manifestasi perdarahan petekie, purpura, hematom.
7. Tanda dehidrasi mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni kurang.
8. Tanda-tanda anemia berat konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat.
9. Terlihat mata kuningikterik. 10. Adanyan ronki pada kedua paru.
11. Pembesaran limpa dan atau hepar. 12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
13. Gejala neurologi kaku kuduk, reflek patologik.
III. Pemeriksaan Laboratorium
I. Pemeriksaaan dengan mikroskop
4
Pemeriksaaan sediaan darah tebal dan tipis di untuk menentukan : 1. Ada tidaknya parasit malaria positif atau negatif.
2. Spesies dan stadium plasmodium Pf, Pv, Pm, Po; dan tropozoit, skizon, gametosit.
3. Kepadatan parasit: a. Semi kuantitatif
- : sediaan darah negatif tidak ditemukan parasit dalam
100 LPB
15
+ : sediaan darah positif 1 ditemukan 1-10 parasit dalam
100 LPB ++
: sediaan darah positif 2 ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
+++ : sediaan darah positif 3 ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
++++: sediaan darah positif 4 ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB
b. Kuantitatif Kepadatan parasit dihitung pada sediaan tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit, atau dihitung melalui sediaan tipis per 1000 eritrosit.
Pada pemeriksaan sediaan darah untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut- turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
II. Teknik Diagnostik Lain
1. Teknik Quantitative Buffy Coat QBC dengan memakai sejenis tabung mikrokapiler yang sebelumnya dilapisi dengan akridin
oranye. Parasit malaria yang mungkin ada dalam darah, di dalam tabung dilihat dengan mikroskop fluoresen. Kekurangan penting dari
teknik ini adalah ketidakmampuannya untuk mengenali spesies parasit malaria yang ditemukan.
7,8
2. Teknik Kawamoto dengan menetesi sediaan tipis atau tebal dengan larutan akridin oranye. Pemeriksaan dikerjakan dengan mikroskop
16
biasa yang dilengkapi dengan filter, memakai lampu halogen. Dengan teknik ini, inti parasit terlihat berfluoresensi berwarna hijau
dan sitoplasmanya berwarna kemerahan. Penemuan teknik ini menyatakan bahwa spesies Plasmodium bisa dikenali dengan baik,
tetapi banyak ahli masih meragukan hal ini.
7,8
3. Teknik Dip Stick, memakai prinsip adanya histidine rich protein-2 HRP-2 atau parasite-spesific lactate dehydrogenase pLDH yang
terdapat pada infeksi dengan P.falciparum. Kelebihannya dalam hal kecepatan dan ketepatannya untuk mendiagnosis malaria falciparum,
terutama untuk laboratorium yang kurang berpengalaman. Kekrangannya terletak pada ketidakmampuannya untuk menentukan
berat ringannya infeksi dan dalam biaya yang tinggi.
6,7,8
4. Metode yang berdasarkan deteksi asam nukleat yaitu: hibridasi DNA atau RNA berlabel yang sensitivitasnya dapat ditingkatkan dengan
Polimerase Chain Reaction PCR. Akhir-akhir ini beberapa pelacak probe DNA dan RNA spesifik dikembangkan untuk
mengidentifikasi keempat jenis spesies plasmodium, tetapi untuk P.falciparum dan ternyata tes ini sangat spesifik dan sensitif, dapat
mendeteksi minimal 2 parasit, bahkan 1 parasit μl darah.
6,7,8,11
5. Tes Imunoserologi seperti Indirect Fluorescent Antibody Test IFAT dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay ELISA. Tes ini
bermanfaat untuk penelitian epidemiologi, skrining darah donor dengan malaria dengan splenomegali hiperaktif.
7
Manifestasi Klinis Malaria Berat
4
Malaria berat yaitu ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis di bawah ini WHO, 1997:
1. Malaria dengan gangguan kesadaran apatis, delirium, stupor dan koma atau GCS Glasgow Coma Scale 14 untuk orang dewasa dan 5 untuk anak-
17
anak. Gangguan kesadaran menetap 30 menit atau menetap setelah panas turun.
2. Malaria dengan ikterus bilirubin serum 3 mg. 3. Malaria dengan gangguan fungsi ginjal oliguria 400 ml24 jam atau
kreatinin serum 3 mg. 4. Malaria dengan anemia berat Hb 5 gr atau hematokrit 15.
5. Malaria dengan oedema paru sesak napas, gelisah. 6. Malaria dengan hipoglikemi gula darah 40 mg.
7. Malaria dengan gangguan sirkulasi atau syok tekanan sistolik 70 mmHg pada orang dewasa atau 50 mmHg pada anak 1-5 tahun.
8. Malaria dengan hiperparasitemia Plasmodium 5. 9. Malaria dengan manifestasi perdarahan gusi, hidung, danatau tanda-tanda
disseminated intravascular coagulationDIC. 10. Malaria dengan kejang-kejang yang berulang, lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
11. Malaria dengan asidosis pH darah 7,25 atau plasma bikarbonat 15 mmolL.
12. Malaria dengan hemoglobinuria makroskopik. 13. Malaria dengan hipertermia suhu badan 40 C.
14. Malaria dengan kelemahan yang ekstrem prostration; penderita tidak mampu duduk atau berjalan, tanpa adanya kelainan neurologi tertentu.
Tabel 2. Manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa 4
Manifestasi pada anak Manifestasi pada Dewasa
a. Koma malaria serebral b. Distres pernafasan
c. Hipoglikemia sebelum terapi kina d. Anemia berat
e. Kejang umum yang berulang f. Asidosis metabolik
g. Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia, a. Koma malaria serebral
b. Gagal ginjal akut c. Edem paru, termasuk ARDS
d. Hipoglikemia umumnya sesudah
terapi kina e. Anemia berat 5 gr
f. Kejang umum yang berulang
18
hipotensi tek.sistolik 5mmHg h. Gangguan kesadaran selain koma
i. Kelemahan severe prostration j. Hiperparasitemia
k. Ikterus l. Hiperpireksia Suhu 41
C m. Hemoglobinuriablackwaterfever
n. Perdarahan spontan o. Gagal ginjal
Komplikasi terbanyak pada anak:
Hipoglikemia sebelum th kina
Anemia berat Keterangan:
Anemia berat Hb5 g, Ht15
sering umur 1-2 tahun
Gula darah 40 mg lebih sering pada anak 3 tahun
g. Asidosis metabolik h. Kolaps sirkulasi, syok
i. Hipovolemia, hipotensi j. Perdarahan spontan
k. Gangguan kesadaran selain koma l. Hemoglobinuriablackwaterfever
m. Hiperparasitemia 5 n. Ikterus Bilirubin total 3 mg
o. Hiperpireksia Suhu 4 C
Komplikasi di bawah ini lebih sering pada dewasa:
- Gagal ginjal akut
- Edem paru
- Malaria serebral
- Ikterus
Adult Respiratory Distress Syndrom
Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
4
1. Hemoglobin dan hematokrit. 2. Hitung jumlah leukosit, tombosit.
3. Kimia darah lain gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali phospatase, albuminglobulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis
gas darah 4. EKG
5. Foto thoraks 6. Analisis cairan serebrospinalis
7. Biakan darah 8. Urinalisis
19
2.11 Diagnosis Banding