1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang memiliki sejumlah industri tekstil, diantaranya PT Ungaran Sari Garmen, PT Kanasritek, PT
Hoplun, dan PT Ungaran Indah Busana. Industri tekstil tersebut memiliki kesamaan karakteristik limbah, yaitu limbah padat berupa potongan-potongan
kain sisa jahitan, yang dikenal dengan istilah kain perca. Bahan ini pada umumnya dianggap sebagai sampah anorganik, yang justru akan menimbulkan
masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Kain perca bukan merupakan limbah yang terbanyak dan masih sedikit
industri yang mengolah limbah tersebut dibandingkan dengan misalnya limbah kertas atau plastik. Sementara ini, limbah kain perca dimanfaatkan
oleh warga sekitar pabrik dalam bentuk daur ulang, antara lain dijadikan produk baru, seperti keset, boneka, dan pengisi bahan kasur patal. Produk
yang dibuat dari limbah kain perca saat ini cenderung mengarah pada kerajinan limbah. Di dalam mendapatkan limbah kain perca, warga dapat
langsung mendatangi kawasan industri tekstil dan membelinya di sana atau melalui jasa pematok khusus limbah kain. Kemudahan dalam mendapatkan
kain perca, memacu tumbuhnya kerajinan limbah di desa-desa sekitar lokasi pabrik, seperti halnya kerajinan keset dan patal di daerah tempat tinggal
peneliti, yaitu desa Wonoyoso kecamatan Pringapus kabupaten Semarang. Meskipun limbah tekstil dari industri garmen tersebut sudah didaur
ulang oleh warga menjadi barang bernilai jual, tetapi sisa kain yang tidak dapat digunakan lagi sebagai bahan keset dan patal, tetaplah menjadi sampah.
Oleh warga, sampah kain ada yang dibiarkan menumpuk dan ada yang dibakar setelah cukup banyak jumlahnya. Hal ini tentu menimbulkan masalah
tersendiri. Timbunan sampah kain perca selain tidak nyaman dipandang mata, juga dapat menjadi media berkembangnya bibit penyakit. Kain perca juga
akan sulit hancur selama bertahun-tahun lamanya jika tertimbun di dalam tanah, terlebih apabila kain tersebut dibuat dari serat sintetis. Apabila dibakar
1
2 dalam jumlah besar, akan berdampak pada lingkungan udara disekitarnya.
Asap dan bau yang ditimpulkan dari pembakaran tersebut, dapat mengganggu pernapasan dan iritasi pada mata. Gumpalan kain perca yang bercampur
dengan tanah dan sampah plastik dapat menyumbat saluran air, juga dapat mengakibatkan banjir.
Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dicarikan solusi untuk mengatasi dampak negatif tumpukan sampah kain perca yang ada disekitar
pemukiman warga. Peneliti tergerak untuk memanfaatkan sampah kain perca menjadi bahan berguna lainnya, yaitu sebagai bahan bakar alternatif rumah
tangga yang peneliti beri nama “Brikaca”, yang merupakan singkatan dari briket kain perca.
Beberapa alasan peneliti memilih penelitian ini, pertama bahwa masih banyak sampah limbah kain perca sisa pembuatan keset dan patal yang tidak
dimanfaatkan dan hanya dibakar sehingga menyebabkan permasalahan lingkungan. Kedua, masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap
penggunaan bahan bakar minyak dan gas, sedangkan di sisi lain persediaan bahan bakar minyak dan gas semakin menipis. Ketiga, kurangnya
pengetahuan warga masyarakat tentang pembuatan briket sebagai bahan bakar. Brikaca diharapkan menjadi bahan bakar alternatif pengganti minyak
dan gas, serta dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya, 1 kg briket mampu untuk memasak 6-7 jam. Dari segi ekonomi,
penggunaan Brikaca ini tentu dapat menghemat biaya pembelian bahan bakar, karena murah. Sedangkan apabila dilihat dari aspek pembuatannya, Brikaca
mudah dibuat karena menggunakan cara manual dan bahan-bahannya mudah diperoleh.
B. Rumusan Masalah