Naskah Film sebagai Karya Sastra

12 Peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa selanjutnya. b. Alur sorot balik atau flash-back Urutan kejadian tidak kronologis, cerita dapat tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah ataupun akhir. c. Alur campuran Alur dapat progresif, tetapi di dalamnya terdapat adegan sorot balik. Atau percampuran antara alur progresif dan alur sorot balik. Di dalam sebuah cerita terdapat kekuatan yang berfungsi sebagai kekuatan penggerak, dapat berupa seseorang, sesuatu maupun perasaan dan nilai-nilai. Greimas via Ubersfeld, 1996: 50 menggambarkan fungsi penggerak sebagai berikut: Gambar 1. Penggerak Lakuan Keterangan gambar: a. Tanda panah menunjukkan aksi suatu unsur kepada unsur lainnya. b. Le destinateur adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai pembawa ide cerita. c. Le destinateure adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil Destinateur D1 Sujet S Destinataire D2 Objet O Adjuvants Adj Opposants OD 13 tindakan sujet. d. Le sujet adalah sesorang yang menginginkan objet. e. L’objet adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan oleh sujet. f. L’adjuvant adalah seseorang atau sesuatu yang membantu sujet mendapatkan objet. g. L’opposant adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi sujet mendapatkan objet. Untuk mengakhiri sebuah cerita, Peyroutet 2001: 8 mengungkapkan terdapat tujuh tipe akhir cerita, yaitu: a. Fin retour à la situation de départ yaitu akhir cerita kembali pada situasi awal cerita. b. Fin heureusse yaitu akhir cerita yang bahagia. c. Fin comique yaitu akhir cerita yang lucu. d. Fin tragique sans espoir yaitu akhir cerita tragis yang tak ada harapan. e. Fin tragique mais espoir yaitu akhir cerita tragis tetapi masih ada harapan. f. Site possible yaitu akhir cerita yang masih mungkin berlanjut. g. Fin réflexive yaitu akhir cerita yang ditutup oleh perkataan narator yang memetik hikmah dari cerita tersebut.

2. Penokohan

Barthes via Hoed, 1992: 6 mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh dalam karya fiksi sebagai être de papier atau makhluk di atas kertas. Istilah ini dikarenakan para tokoh hidup dalam arti tidak sesungguhnya. Lebih lanjut Schmitt 1982: 69 menjelaskan bahwa keberadaan tokoh didefinisikan oleh