Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
Naskah film Parlez-Moi de la Pluie berkisah tentang perempuan lajang berusia empat puluh tahun, Agathe Villanova. Keputusan untuk menjual rumah
keluarga sepeninggal ibunya, membuat Agathe seorang penulis feminis harus pulang ke rumah masa kecilnya di Provence. Selama sepuluh hari ia mengurus
rumah dan urusan politik, waktu sepuluh hari ini dimanfaatkan Karim dan Michel untuk membuat film dokumenter dengan tema perempuan sukses. Sedari awal,
naskah film ini bercerita tentang pembuatan film dokumenter. Dalam proses pembuatan film tersebut Agathe menjelaskan posisinya sebagai politikus, feminis,
dan juga keteguhannya sebagai perempuan untuk mencapai cita-cita. Hal tersebut yang membedakan karya ini dengan karya lainnya, tokoh perempuan dalam karya
ini yang digambarkan sebagai tokoh yang kuat, mandiri, dan sukses. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis karya sastra dengan
pendekatan kritik sastra feminis. Arti sederhana kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya
perbedaan jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia Sugihastuti, 2005: 20-21. Oleh karena itu diharapkan
penyusunan sejarah penilaian terhadap naskah-naskah sastra, terutama yang menyoal perempuan menjadi lebih adil.
Feminis eksistensialis dikenal lewat Simone de Beauvoir yang memiliki nama lengkap Simone Ernestine Lucia Marie Bertnand de Beauvoir. Bukunya
yang berjudul Le Deuxieme Sexes telah mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tokoh filsuf sekaligus feminis yang dihormati.
5
Dalam menjelaskan teorinya mengenai perempuan, Beauvoir mengembangkan teori eksistensialisme Jean-Paul Sartre. Menurut Sartre, ada tiga
modus “Ada” pada manusia, yaitu Ada dalam dirinya être en soi, Ada bagi dirinya être pour soi, dan Ada untuk orang lain être pour les autres. Étre en
soi adalah ada yang penuh, sempurna, dan digunakan untuk membahas objek- objek yang non-manusia karena ia tidak berkesadaran. Sedangkan étre pour soi
mengacu pada kehadiran yang bergerak dan berkesadaran, yang merupakan ciri khas manusia yang mempunyai aktivitas menindak. Hal ini sama dengan
kebebasan untuk memilih Putnam Tong, 2004: 255. Beauvoir terkenal dengan pernyataannya bahwa perempuan dalam
eksistensinya di dunia ini hanya menjadi Liyan bagi laki-laki. Perempuan adalah objek dan laki-laki adalah subjeknya.
Alasan peneliti memilih kritik sastra feminis untuk menganalisis naskah film ini karena naskah film Parlez-Moi de la Pluie karya Agnès Jaoui
menceritakan tentang keteguhan tokoh perempuan mewujudkan cita-citanya. Hal inilah yang dianggap penting dalam penerapan kritik sastra feminis Sugihastuti,
2010: 40-41. Di samping itu, naskah film ini belum pernah diteliti dengan kritik sastra feminis eksistensialis dengan batasan kajian penelitian adalah tokoh utama
perempuan dalam naskah film Parlez-Moi de la Pluie.