10
Dialog film berisi sebuah karya tertutup yang bersifat diskursif dan estetis; bercerita, gambaran suasana, meyakinkan, menyenangkan, dll.
Vanoye, 1989: 58.
Dialog dalam naskah film juga mengandung descaliér atau teknik pemotongan. Descaliér berfungsi sebagai informasi mengenai suatu adegan dan
dialog yang memudahkan pemain untuk bertindak. Shmitt dan Viala 1982: 110 berpendapat bahwa descaliér adalah pengganti teks parsial untuk persepsi visual
dan suara dalam suatu pertunjukkan. Sebagaimana bentuk karya sastra fiksi yang lain, naskah film juga
dibentuk oleh unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur formal yang membangun sebuah karya sastra dari dalam. Unsur tersebut adalah
tema, plot, tokoh dan perwatakan, latar, dialog, dan lakuan Efendi via Wiyatmi, 2009: 48. Pada unsur ekstrinsik yaitu unsur dari luar atau yang berada di luar
naskah atau sebuah karya sastra yang berpengaruh terhadap karya sastra tersebut. Hal yang termasuk dalam unsur ekstrinsik adalah psikologi, sosiologi, filsafat
serta biografi pengarang.
B. Analisis Struktural
Teeuw 2003: 112 menjelaskan bahwa analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Analisis struktural menurut Teeuw 2003: 113 juga menjabarkan bagaimana mendahulukan perwatakan, ada pula yang mendahulukan plot, atau
11
struktur waktu, dialog, point of view, permainan bahasa, dan seterusnya. Analisis struktur tak dapat tidak harus diarahkan oleh ciri khas karya sastra yang hendak
dianalisis. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun sebuah cerita,
meliputi: tema, alur, penokohan, latar, dialog, dan lakuan Nurgiyantoro, 2012:23. Untuk mengkaji unsur intrinsik dalam naskah film ini dibatasi pada
unsur alur, penokohan, latar dan tema.
1. Alur
Alur merupakan serangkaian dari tindakan, keadaan, situasi, dan kejadian yang dialami oleh para pelaku dalam suatu cerita Schmitt dan Viala, 1982: 62.
Dalam naskah film alur tidak banyak diceritakan, tapi akan divisualkan Wiyatmi, 2009:49. Alur merupakan persoalan-persoalan yang dirangkum dalam sekuen
dan memiliki fungsi membangun isi cerita. Sekuen dapat diartikan sebagai urutan logis yang memiliki hubungan sebab-akibat yang membentuk kesatuan makna.
Lebih lanjut, Schmitt dan Viala dalam Savoir Lire 1982: 63 menjelaskan:“Un séquence est d’une façon générale, un segment de texte
qui forme un tout cohérent autour d’un même centre d’intérêt. Un séquence narrative correspond à une série de faits représent une étape
dans l’évolution de l’action.” “Sekuen secara umum adalah bagian dari naskah yang membentuk
hubungan keterkaitan yang berada pada cerita inti. Sekuen sendiri berasal dari urutan potongan-potongan cerita yang diwujudkan melalui tahapan-
tahapan dalam perkembangan cerita.”.
Nurgiyantoro 2009: 153 membagi alur menjadi tiga berdasarkan pada kriteria urutan waktu, yaitu:
a. Alur lurus atau progresif
12
Peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa selanjutnya.
b. Alur sorot balik atau flash-back
Urutan kejadian tidak kronologis, cerita dapat tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah ataupun akhir.
c. Alur campuran
Alur dapat progresif, tetapi di dalamnya terdapat adegan sorot balik. Atau percampuran antara alur progresif dan alur sorot balik.
Di dalam sebuah cerita terdapat kekuatan yang berfungsi sebagai kekuatan penggerak, dapat berupa seseorang, sesuatu maupun perasaan dan nilai-nilai.
Greimas via Ubersfeld, 1996: 50 menggambarkan fungsi penggerak sebagai berikut:
Gambar 1. Penggerak Lakuan Keterangan gambar:
a. Tanda panah menunjukkan aksi suatu unsur kepada unsur lainnya.
b. Le destinateur adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan
berfungsi sebagai pembawa ide cerita. c.
Le destinateure adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil Destinateur
D1 Sujet
S Destinataire
D2 Objet
O Adjuvants
Adj Opposants
OD