Tanggung Jawab Wujud Eksistensi Tokoh Perempuan dalam Naskah Film Parlez-Moi de la Pluie

77 Antoine: Kita cukup di sini, Agathe . Agathe: Kamu serius? Antoine: Ya, aku serius. Hubungan kita berakhir. Dialog di atas menerangkan bagaimana kebebasan untuk memilih tidak menikah menemui pertentangan dengan keberadaan orang lain. Kebebasan tidak memerlukan ikatan, karena melihat teori Beauvoir 2003: 257, ikatan adalah penghalang kebebasan orang lain, “perkawinan membatasi dirinya dalam eksistensinya, membungkamnya di dalam lingkarannya sendiri”. Tokoh Agathe bertanggung jawab atas konsekuensi terburuk dari pilihannya untuk melajang, yakni putusnya hubungan cintanya dengan Antoine. Konsekuensi tersebut harus diterima untuk mempertahankan eksistensinya karena ia tidak dapat menyerahkan tanggung jawab atas perbuatannya kepada orang lain dengan memaksa Antoine untuk mengikuti pilihannya.

4. Kebebasan

Kaum eksistensialis menyatakan bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi bebas. Namun, hal tersebut tak berlaku pada perempuan karena pilihan dan kebebasan perempuan terbatas. Menurut Beauvoir 2003: 236 pilihan perempuan tidak bebas kecuali ia merasa bebas untuk tidak menikah. Meskipun pilihan perempuan terbatas dan memiliki hambatan serta mitos-mitos yang banyak sekali untuk dapat meraih kebebasan, tak ada satu pun hal yang dapat mengahalangi perempuan yang benar-benar berkemauan dan teguh pendirian untuk dapat meraih kebebasannya Beauvoir, via Tong 2010: 282. 78 Kebebasan adalah inti dari seorang manusia yang bereksistensi. Segala bentuk keterikatan adalah bentuk dari pengekangan seseorang menjadi eksis dan subjek, karenanya hal tersebut harus ditolak. Kebebasan juga berarti menolak untuk pasrah dan tabah menerima segala yang terjadi di hidupnya, karena kebebasan manusia berarti melakukan tindakan apa pun yang ia yakini tanpa harus bergantung pada orang lain. Semua perbuatan yang dilakukan adalah mutlak tanggung jawab kepada dirinya sendiri dan tidak ada pertanggung jawaban kepada orang lain atau bahkan Tuhan sekalipun. Kebebasan yang dianut tokoh perempuan dalam naskah film ini tercermin pada tokoh Agathe yang memilih terjun ke dunia politik, tidak menikah, dan memiliki anak. Tokoh Agathe menjelaskan pandangannya terkait hubungan yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Ia menginginkan hubungan yang lebih adil, hubungan yang adil antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang merupakan dunia yang ideal bagi perempuan. Alasan tersebut yang membuat ia bersedia terjun ke dunia politik. Meskipun masyarakat masih menganggap perkawinan dan memiliki anak merupakan satu-satunya sarana untuk mendapatkan dukungan dan pembuktian diri akan keberadaannya, hal ini ditolak oleh tokoh Agathe. Ia memilih untuk tidak menikah dan membuktikan keberadaan dirinya dengan cara terjun ke dunia politik Perempuan berhak untuk terjun ke dunia politik untuk memperjuangkan haknya, karena manusia tidak hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri melainkan juga kepada masyarakat. Dengan terjun ke dunia politik, menandakan bahwa perempuan bertanggung jawab untuk memperjuangkan hak-hak kaumnya. 79 Pilihan tokoh Agathe untuk terjun ke dunia politik banyak ditentang oleh orang sekelilingnya. Namun, hal tersebut tak membuat Agathe patah semangat untuk tetap memperjuangkan hak perempuan di politik. Antoine: Continuer comme ça, cest pas ça, lamour. Je suis très conventionnel. Tu veux pasquon vive ensemble, tu veux pas quon ait denfant. Antoine : Lanjutkan seperti itu, itu bukanlah cinta. Aku sangat konvensional. Kamu tidak mau kita hidup bersama, kamu tidak mau kita memiliki anak. Dalam dialog di atas terlihat kebebasan Agathe menentukan pilihan terbentur oleh keinginan kekasihnya untuk menikahinya. Konteks feminis eksistensialis Beauvoir menyatakan bahwa pernikahan tidak mudah untuk dapat didamaikan dengan karir bagi perempuan. Tak jarang kekasih atau suaminya meminta untuk melepaskannya, dan ia berhenti dan menyerah, sekali lagi ia budak. Namun, tokoh Agathe memutuskan untuk tidak menyerah dan meneruskan pilihannya untuk tidak menikah dengan segala konsekuensinya. Konsep feminis eksistensialis Beauvoir via Tong 2010: 266 menjelaskan bahwa menjadi istri maupun ibu adalah dua peran feminin yang membatasi kebebasan perempuan dan membatasi pengembangan diri perempuan. Sementara itu, kebebasan manusia adalah mutlak atau dapat dikatakan manusia terlahir dikutuk untuk bebas, dan hal tersebut yang membuat manusia menjadi subjek. Budaya patriarki membuat mitos bahwa perempuan yang dikonstruksikan harus menikah dan memiliki anak. Tokoh perempuan yakni Agathe, menolak mitos tersebut dan memilih untuk terjun di dunia politik untuk membuktikan bahwa perempuan memiliki kebebasan dan kemampuan di sektor publik. 80 Halangan-halangan saat akan terjun ke dunia politik tidak mengubah keputusan Agathe untuk masuk ke politik. Pernyataan Agathe saat film dokumenter ditutup adalah ia tak akan berhenti di politik. Karim: quelquun de bien informé Tu veux plus faire de politique? .Tu vas pas abandonner? Agathe: Non, je continue. Agathe: Jabandonne pas la politique. Karim: seseorang memberi informasi Anda ingin berbuat lebih dari politik? Anda tidak akan menyerah dipolitik? Agathe: Tidak, aku akan melanjutkan. Aku tidak menyerah pada politik. Perempuan kuat dan cerdas itulah Agathe, kekuatan dan kecerdasannya tercermin atas pilihannya untuk tidak menyerah untuk terjun ke politik meskipun banyak penghalang. Dalam konteks feminis eksistensialis menerangkan bahwa perempuan intelektual memiliki kelebihan yakni mengetahui bahwa ia adalah makhluk yang sadar sebagai subjek. Agathe turut bermain dengan senjata maskulin, seperti yang dikatakan Beauvoir bahwa ia berbicara bukan mendengar, dengan cara turun langsung ke dunia politik yang selama ini dikuasai laki-laki. Tokoh Agathe menunjukkan pikiran-pikiran tajam, ia melawan pemikiran laki- laki, bukan berdamai atau mengalah dengannya. Perempuan seperti halnya laki-laki, tidak memiliki esensi, perempuan tidak harus meneruskan untuk menjadi apa yang diinginkan masyarakat patriarki untuk harus menikah. Bahkan menurut Beauvoir, perempuan dapat menjadi subjek, dapat mendefinisikan ulang atau menghapus peran yang dibentuk masyarakat. Perempuan harus membangun dirinya sendiri karena tidak ada esensi dan identitas siap pakai baginya. Definisi yang dilekatkan kepada perempuan