Konsumsi Dari segi konsumsi, pertumbuhan y-o-y ekonomi NTT mengalami

1. Konsumsi Dari segi konsumsi, pertumbuhan y-o-y ekonomi NTT mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya tumbuh 3,42. Sebelum kenaikan BBM triwulan I-2008 konsumsi bisa tumbuh hingga 8,57. Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan memberikan dampak kontraksi terhadap tingkat konsumsi. Kenaikan harga secara umum yang diakibatkan karena peningkatan biaya transportasi menyebabkan tingkat daya beli masyarakat mengalami penuruan. Meskipun untuk household consumption, triwulan III-2008 sudah sedikit mengalami recovery dibandingkan triwulan lalu, dari 1,56 menjadi 2,67 ; y-o-y. Penurunan level permintaan masyarakat, tercermin dari menurunya omset pedagang bahan kebutuhan pokok di Kota Kupang. Pelemahan daya beli masyarakat dikeluhkan oleh para distributor sembako Sumber : Disperindag NTT. Sampai dengan 2 dua minggu menjelang perayaan hari raya Idul Fitri, relatif belum menunjukkan indikasi adanya lonjakan permintaan. Tidak seperti tahun sebelumnya, menurut Disperindag meskipun secara umum lonjakan yang signifikan cenderung terjadi di akhir tahun, untuk perayaan Idul Fitri tahun 2008 tingkat permintaan relatif masih sama dengan hari-hari biasa. Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Grafik 1.6 Komposisi Konsumsi Berbeda kondisinya dengan konsumsi durable goods, dimana masih tetap menunjukkan tren yang posistif. Omset penjualan bisnis multilevel Sophie Paris di Kupang justru melewati target. Khusus untuk wilayah Kota Kupang, target yang ditetapkan sebesar Rp. 750 juta per bulan dibawah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III -28 -21 -14 -7 7 14 21 28 35 2005 2006 2007 2008 p Konsumsi y-o-y q-t-q Swasta nir Laba; 3,59 Pemerintah; 17,92 Rumah Tangga; 75,19 Sumber : BPS Provinsi NTT diolah | Kajian Ekonomi Regional NTT 15 aktual rata-rata pencapaian dimana sebesar Rp. 850 juta. Sedangkan omset penjualan di seluruh NTT mencapa Rp. 1,3 miliar per bulan. Sampai dengan bulan Agustus 2008, PT MPM sudah mampu menjual sekitar 300 unit motor. Jumlah tersebut hampir menyamai pencapaian sepanjang tahun 2007 sebesar 320 unit. Diduga naiknya permintaan sepeda motor masyarakat mulai mencari substitution goods, dengan biaya operasional yang lebih murah cost eficiency. Grafik 1.7 Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.8 Komposisi Konsumsi Rumah Tangga 500 1000 1500 2000 2500 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Dari sisi pembentukan PDRB konsumsi, konsumsi rumah tangga households consumption memiliki share yang paling besar dengan 75,19 dari total nominal PDRB konsumsi. Kemudian diikuti oleh konsumsi pemerintah dengan 17,92 dan konsumsi swasta memberikan kontribusi terkecil 3,59. Alokasi terbesar konsumsi rumah tangga ditujukan untuk keperluan makanan food consumption. Dari total konsumsi rumah tangga Rp. 2,49 triliun, sebesar Rp. 1,89 triliun untuk keperluan pemenuhan kebutuhan makanan. Sumber konsumsi utama untuk non food diperkirakan berasal dari kebutuhan yang terkait dengan perumahan. Hal ini tercermin dari perkembangan jumlah pelanggan listrik di NTT. Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Sumber : PT PLN Wilayah NTT 2005 2006 2007 2008 Rp m ili a r 5 10 15 20 25 30 35 Food Non Food y-o-y food y-o-y non food Food 71,98 Non food 28,02 196000 198000 200000 202000 204000 206000 208000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 2008 Kw h 12000000 13000000 14000000 15000000 16000000 17000000 18000000 P e la ng ga n Jml Pelanggan Konsumsi | Kajian Ekonomi Regional NTT 16 Dari sisi pembiayaan lembaga keuangan, perkembangan kredit konsumtif relatif tidak terpengaruh oleh melambatnya perekonomian NTT. Selain dari sisi share pembentukan yang mencapai 68,33, kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan kredit konsumsi di NTT meningkat 33,88 y-o-y, dari Rp. 2,67 triliun menjadi Rp 3,58 triliun. Dari sisi kualitas kredit, pembiayaan konsumtif relatif rendah dengan rasio NPLs 0,55, sehingga tingkat risikonya masih dalam kategori aman. Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.11 Kualitas Kredit Konsumsi 10 20 30 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Investasi