Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menunjukan Sektor Jasa-jasa Pada triwulan III-2008, sektor jasa justru mengalami peningkatan

8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menunjukan

pekembangan positif pada triwulan laporan, meskipun cenderung menurun. Ekspansi sektor ini pada triwulan III-2008 sebesar 0,31;y-o-y. Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi dengan 47,14, disusul dengan subsektor bangunan 29,02. Perkembangan kinerja perbankan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor ini secara keseluruhan. Perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari perkembangan beberapa prompt indicator, penyaluran pembiayaan oleh penggadaian ataupun pertumbuhan jumlah koperasi setiap tahunnya. Grafik 1.55 PDRB Sektor Keu. dan Persewaan 20 40 60 80 100 120 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005 2006 2007 2008 R p m ilia r 5 10 15 20 25 30 35 PDRB y-o-y Bank 48,80 Lembaga Keu Nir Bank 23,24 Sewa Bangunan 24,08 Jasa Perusahaan 3,89 Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Tabel 1.4 Perkembangan Kegiatan Bank indikator utama IV I II III Aset miliar 8516,24 8318,80 8546,12 9533,02 y-o-y aset 12,29 10,85 8,26 13,39 Kredit miliar 4202,99 4293,58 4814,82 5238,52 y-o-y kredit 31,63 30,20 30,58 30,68 DPK miliar 7296,11 7162,46 7437,54 7887,35 y-o-y DPK 10,09 7,48 7,28 10,45 LDR 57,61 59,95 64,74 66,42 NPL 1,54 1,79 1,62 1,64 2007 2008 Grafik 1.54 Struktur Sektor Keu. dan Persewaan Sumber : Bank Indonesia Kupang | Kajian Ekonomi Regional NTT 33

9. Sektor Jasa-jasa Pada triwulan III-2008, sektor jasa justru mengalami peningkatan

akselerasi pertumbuhan. Secara tahunan sektor ini meningkat 6,63;yoy , jauh lebih tinggi dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas sektor jasa didorong oleh subsektor pemerintah yang tumbuh hingga 7,85. Penggerak sektor jasa secara umum masih bergantung dengan anggaran pemerintah, tercermin dari kontribusinya yang mencapai 74,07 dari pembentukan angka PDRB sektor jasa secara keseluruhan. Grafik 1.56 PDRB Sekor Jasa Grafik 1.57 Struktur PDRB Sektor Jasa 100 200 300 400 500 600 700 800 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama yang mendukung kinerja perekonomian NTT. Kontribusinya terhadap pembentukan PDRB NTT secara keseluruhan mencapai 22,56. Bahkan, Grafik 1.58 Kredit Sektor Jasa Tabel 1.59 Kualitas Kredit Sektor Jasa Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang 2005 2006 2007 2008 Rp m il ia r 2 4 6 8 10 12 PDRB y-o-y Pemerintah 74,07 Sosial Masyarakat 20 Individu Rm.Tangga 13 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 2008 R p m iila r -50 -40 -30 -20 -10 10 20 30 40 50 -600 200 1000 1800 2600 3400 4200 5000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 nominal y-o-y 2006 2007 2008 Rp jut a -0,02 0,01 0,04 0,07 0,10 0,13 0,16 0,19 0,22 0,25 nominal Rasio NPLs | Kajian Ekonomi Regional NTT 34 perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Faktor yang mendukung peningkatan di sektor ini terutama adalah kegiatan jasa pemerintahan. Perkembangan sektor jasa tercermin juga dari outstanding kredit perbankan hingga posisi September 2008 yang mencapai Rp 94,54 miliar, kemudian dari sisi kualitasnya kredit sektor ini masih dalam kondisi yang terkendali pad level 0,08. | Kajian Ekonomi Regional NTT 35 | Kajian Ekonomi Regional NTT 36 DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara di Eropa maupun Asia. Krisis tersebut pada awalnya bermula dari pertumbuhan subprime mortgage yang sangat pesat ketika The Fed Bank Sentral Amerika menurunkan suku bunga sebesar 1 - 1,75, yaitu sekitar tahun 2001-2004. Selain itu, modofikasi skim subprime mortgage yang mempermudah kepemilikan rumah membuat sektor properti mengalami booming buble economic. Hal ini membuat sekuritas yang terkait dengan bisnis ini melambung tinggi nilainya. Pada tahun 2007, The Fed mulai menaikan suku bunganya hingga level 5,25. Hal ini ternyata mengakibatkan banyak nasabah yang default gagal bayar. Dampaknya bagi Perekonomian Global Sekuritas yang terkait underlying dengan subprime mortgage nilainya anjlok, sehingga investor mulai menjual portofolionya untuk menutup kerugian. Kemudian dana-dana yang ada di emerging market juga ikut ditarik, karena terkena sentimen negatif. Kebangkrutan lembaga keuangan AS, Lehman Brothers membuat pasar bertambah panik. Muncul ekspektasi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global, membuat pergerakkan harga minyak dan komoditi lainnya cenderung menurun karena didorong ekspektasi pelemahan permintaan dunia. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 f United States 1.6 2.5 3.9 3.2 3.3 2.2 1.5 United Kingdom 2.1 2.7 3.3 1.9 2.7 2.9 2.7 China 9.1 10 10.1 10.4 10.7 10 10 Japan 0.3 1.4 2.7 1.9 2.2 2.3 1.5 India 4.3 7.3 7.8 9.2 9.2 8.4 7.8 Malaysia 4.4 5.5 7.2 5.2 5.9 5.5 5.8 Philippines 4.4 4.9 6.2 5 5.4 5.8 5.8 Singapore 4.2 3.1 8.8 6.6 7.9 5.5 5.7 Thailand 5.3 7.1 6.3 4.5 5 4.5 4.8 Vietnam 7.1 7.3 7.8 8.4 8.2 8 7.8 Sumber : World Economic Outlook Update 2008 IMF, angka proyeksi | Kajian Ekonomi Regional NTT 37 Harga Minyak Dunia Harga Komoditas Dunia 75 125 175 225 275 2005 2006 2007 2008 Indeks Komoditas Nonfuel Indeks Komoditi Total Dampaknya bagi Indonesia Tidak terkecuali bagi Indonesia secara umum. Hal ini memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, yang tercermin dari ajloknya IHSG hingga level 1400 yang secara simultan menekan nilai tukar Rupiah melewati batas psikologis Rp 9.500,00 per US. Adanya tekanan bagi ekspor nasional dan investasi asing, serta adanya ketidakpastian terhadap harga komoditas yang akan berpengaruh terhadap prospek inflasi. Selain itu, bagi perbankan nasional dampaknya krelatif tidak dirasakan, karena kepemilikan bank nasional terhadap surat berharga yang bermasalah hanya sedikit. Dampaknya Bagi Provinsi NTT Bagi regional Provinsi NTT, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini relatif belum berdampak terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi NTT tercatat sebesar 5,31 ; y-o-y. Kondisi tersebut memang relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama. Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2008 lebih disebabkan karena pengaruh tekanan dari kenaikan harga BBM pada Indeks Komoditas Fuel Sumber: IMF Index 2005=100 Jan- Sep yoy m t m Tot al Com m odit y Price I ndex 11.8 48.1 -9. 9 Com m odit y Non- Fuel Price I ndex 14.1 16.2 -5. 9 - Commodity Food and Beverage 15.1 36.3 -6. 0 - Commodity Agricult ural Raw Materials 5.0 2.6 -5. 0 - Commodity Met als Price Index 17.4 -0.7 -6. 2 Com m odit y Fuel energy I ndex 10.4 69.5 -11. 6 - Crude Oil petroleum, Price index 10.7 68.6 -13. 3 - Coal, Aust ralian thermal coal 33.9 131.5 -5. 3 - Coal, Sout h Af rican export price 23.6 136.6 -6. 7 Sumber: I MF Rincian I ndeks 2005= 100 2007 Sep- 08

71.85 64.86