Klasifikasi berdasarkan atas potensi kreatif seniman dalam penyerapan pembaharuan.

Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha 33 imajinatif untuk tujuan keindahan, sesuai dengan cita rasaestetis senimannya. Pengolahan bentuk alam ini,sesuai dengan pendapat bahwa seni pada dasarnya adalah imitasi. Imitasi yang membawa kebaikan. Menurut pendapatnya Plato dan Aritoteles seni seharusnya membuat sesuatu lebih baik dari yang sebenarnyaAgus Sachari,1989,8. Meniru alam dengan segala isinya, sebagai wujud dari penghormatan manusia terhadap alam. Alam adalah suatu yang perlu di akrabi, disahabati dengan jalan menciptakan hubungan dan menyatu dengan alam. Dalam menghormati alam di Bali, melalui upacara yadnya berupa ”otonan” tumbuh-tumbuhan dan binatang, seperti pada manusia,yang disebut ”tumpek uduh” dan ”tumpek andang”., dengan harapan keselamatan agar tumbuh-tumbuhan berbuah lebat dan binatang memperoleh keturunan yang banyak.

5.2.3. Klasifikasi berdasarkan atas potensi kreatif seniman dalam penyerapan pembaharuan.

Pembaharuan dalam seni lukis klasik tradisional menjadi seni lukis Bali baru gaya Pita Maha cenderung menambah unsur-unsur pembaharuan , menunjukkan gaya yang lebih digarap atas dasar bentuk yang lebih realis. Walaupun dalam pengolahan bentuk dibuat lebih gemuk atau diperpanjang dengan penyesuaian proporsi dan anatomi, untuk tujuan mencapai keindahan.. Demikian pula pewarnaan dan penerapan sinar –bayangan, cenderung mengikuti apa yang bisa dihayati melalui indera penglihatan atau pandangan kasat mata. Pembaharuan dalam pemikiran baru mempersyaratkan bahwa karya seni sebagai cerminan vitalitas pandangan seorang seniman yang hidup dalam suatu lingkungan dan situasi daerah sehingga karya seninya akan mampu berbicara, sebagai hasil seni lukis dengan gaya dan corak daerah. Tentang potensi kreatif penyerapan dalam pembaharuan seni lukis, tidak sama bagi setiap anggota Pita Maha, yang tercermian dalam lukisannya. Ada yang sangat kurang menerima pembaharuan sehingga masih tetap mempertahankan gayanya sendiri, ada yang menerima sebagian dari pembaharuan dan ada pula yang sepenuhnya menyerap dan menerima pembaharuan, tentu dengan pengolahan, menyesuaikan dengan keinginan , kemampun dan karakter senimannya. Oleh karena itu lukisan gaya Pitamaha dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu: a. Lukisan yang tetap dengan gaya sendiri, tidak menunjukkan pengaruh pembahuan, masih dengan tema-tema pewayangan dan ceritera-ceritera rakyat. b. Lukisan yang mengalami pembaharuan dalam penusunan komposisi namun tetap dengan tema-tema pewayangan dan ceritera rakyat. c. Lukisan yang mengalami pembaharuan dalam tema, yaitu tema-tema kehidupan sehari-hari, baik yang sakral maupun yang profan. d. Lukisan yang mengalami pembaharuan dalam tema-tema, sinar –bayangan dan pewarnaan. Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha 34 e. Lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan dalam bidang tema, penyusunan, proporsi dan anatomi plastis, pewarnaan dan sinar bayangan.

5.3. Kajian Estetis. Analisa karya.