Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
30
Banyak pelukis yang senang menggunakan tekstur dalam karyanya dengan berbagai material untuk mengungkapkan nilai plastis dan dengan tujuan pencapaian nilai artistik yang
diinginkan. Pengungkapan tekstur dalam seni lukis Pita Maha pada umumnya menggunakan tekstur semu, dapat dilihat dalam permukaan karya lukisan ada kesan timbul,tetapi kalau
diraba datar dan halus rasanya. Tekstur dalam lukisan ini,timbul karena penerapan teknik aburan dengan menggunakan tinta hitam, menekan motif-motif yang ada lebih di bawah,
kemudian ada yang lebih menonjol. Dan ditambah dengan penyinaran dengan warna campuran putih dan kuning,motif yang di atas akan tampak lebih menonjol kesannya. Tekstur
tersebut terbentuk dari kombinasi dengan garis kontour yang membentuk motif-motif dari obyek lukisan
5.1.3. Teknik Pelukisan.
Dalam pembuatan lukisan melalui beberapa tahapan yang mesti dipatuhi oleh seniman agar tercapai tujuan yang diinginkan. Tahapan teknik pelukisan adalah sebagai berikut:
1. Pertama adalah pembuatan sket dengan menggunakan pensil.
Ada juga pelukis yang senang menggunakan arang untuk membuat sket awal. Sket dalam bahasa Bali disebut dengan kata” ngorten ”, yang berasal dari kata ” ngorta ” yang berarti
berbicara dengan lawan bicara
Dengan kata ngorten, berarti seniman sedang melakukan pembicaraan dengan dirinya sendiri tetang apa yang akan dituangkan dalam kanvas.
Sket awal dengan istilah:” ngedum karang”,membagi ruangdilakukan secara global, untuk penempatan bentuk-bentuk di
dalam obyek yang akan dilukis. Dari membagi ruangngedum karang, telah dimulai dengan pemikiran tentang kesatuan, penonjolan dan keseimbangan yang menjadi syarat
keindahan.
Kemudian disempurnakan pada bagian yang lebih mendetail sampai betul-betul diyakini kebenarannya.
2. Kedua adalah membuat kontour, yang dalam bahasa Bali disebut” nyawi. ”yang artinya
menegaskan sket yang dari pensil dengan tinta hitam yang pekat dan pasti,tidak akan berubah lagi .Nyawi dengan menggunakan pena yang biasanya dibuat dari bambu yang
dibentuk runcing. Garisnya tajam , kuat dan tidak luntur.
3. Ketiga adalah menentukan gelap-terang gradasi , yang dalam istilah Bali disebut ”sigar
mangsi” dan atau ” ngabur”,dengan tinta hitam yang agak cair, menggunakan kuas. Kuas ada berbagai jenis, ada kuas bulu dan ada juga kuas yang dibuat dari bambu yang
muda, ujungnya dihaluskan seperti bentuk kuas.,dengan berbagai ukuran. Dengan aburan selain menentukan gelap-terang juga membentuk volume dan anatomi plastis.
4. Keempat adalah mewarnai, secara transparan, merata sesuai dengan warna obyeknya.
Dengan pulasan secara merata, muncul kemudian warna-warna bergradasi dari gelap ke terang mengikuti gadasi dasar aburan yang hitam- putih.
Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
31
5. Kelima adalah tahapan terakhir, yaitu tahapan penyelesaian atau finishing.
Dalam tahapan ini, memberi kan penyinaran atau yang sisebut ” nyenter.” memberikan
sinar pada bagian-bagian bentuk yang menonjol , agar tampak lebih kontras. Tahapan ini dilakukan lebih cermat bagi pelukis yang mengikuti kelompok yang menonjolkan sinar
bayangan
5.2. Klasifikasi Seni Lukis Gaya Pita Maha.