Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
21
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai wujud, struktur dan teknik seni lukis Pita Maha.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur penentu bentuk seni lukis gaya Pita Maha.
3. . Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai estetis seni lukis gaya Pita Maha.
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan : 1.
Sebagai sumber informasi yang signifikan bagi masyarakat luas dan instansi terkait yang menangani kesenian khususnya seni lukis, dan informasi tentang
eksistensi seni lukis gaya Pita Maha. 2.
Bagi dunia pendidikan dan generasi muda yang ingin menekuni gaya lukisan ini, sebagai sumber apresiasi tentang eksistensi seni lukis Pita Maha dan meneladani
sikap-sikap pelukis pendahulu,seperti sikap toleransi terhadap pengaruh positif terhadap kemajuan seni lukis, sikap kritis, tenang,teliti, kesabaran dan ketekunan
berkarya.
3. Sebagai bentuk pelestarian budaya etnik dan satu-satunya gaya seni lukis yang
memiliki ciri khas daerah yang sangat unik.
Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
22
BAB IV METODE PENELITIAN.
4.1. Lokasi Penelitian
Sejak jaman dulu desa Ubud dengan keadaan alamnya yang indah dan seni budayanya sangat menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri.Keindahan alam, berupa sawah yang
bertingkat membentang luas,sungai berlikul-liku merupakan paduan alam yang sangat harmonis. Desa Ubud adalah salah satu dari delapan desa yang termasuk wilayah Kecamatan
Ubud, Kabupaten Gianyar, terdiri dari: Desa Ubud, Desa Petulu, Desa Kedewatan, Desa Sayan, Desa Singekerta, Desa Lodtunduh, Desa Mas dan Desa Peliatan. Lokasinya berada di
pusat kota kecamatan Ubud, yang terkenal memiliki alam beserta gunungnya yang indah, diapit oleh dua buah aliran sungai dikenal dengan nama Campuhan derah pertemuan dua
aliran sungai. Di lereng gunung yang tidak begitu tinggi gunung lebah, terdapat pura yang yang bernama Pura Gunung Lebah.
Daerah Campuhan bukan saja menarik dikunjungi wisatawan bahkan dipilih sebagai tempat tinggal oleh beberapa pelukis asing seperti W. Spies dan R. Bonnet, pelukis yang menjadi
pionir berdirinya Pita Maha, merasa betah karena memperoleh ketenangan batin ditempat tersebut. Walter Spies bertempat tinggal di lokasi yang sekarang menjadi hotel Campuhan
,milik keluarga besar Puri Saren,yang tidak asing lagi di Ubud.Letaknya sangat strategis di pinggir sungai yang melingkari Pura Gunung Lebah. Sedangkan Rudolf Bonnet, bertempat
tinggal diseberang jalan di depan Hotel Campuhan dikeliling hamparan sawah yang hijau dan indah pemandangannya. Pelukis asing lainnya yang juga senang bertempat tinggal di sekitar
Campuhan serti Arie Smit, Antonio Blanco. Dan pelukis Le Mayour bertempat tinggal dan membuat studio di Sanur. Di tempat tinggalnya itu, pemandangan alam sekitarnya sering
menjadi sasaran obyek lukisan.yang menimbulkan inspirasi baru dalam menciptakan karyanya.
Kecamatan Ubud, adalah salah satu dari tujuh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Gianyar. Luas wilayah Kecamatan Ubud adalah 42,38 km, termasuk daerah dataran dengan
ketinggian antara 350 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Beriklim tropis agak lembab sehingga temperatur pada musim penghujan, tidak jauh berbeda dengan musim kemerau.
Kelembaban udara cukup tinggi antara 65-80 , sehingga keadaan cuaca sedang tidak terlalu panas ,dengan temperatur minimum rata-rata 20 derajat dan maksimum 37 derajat C.
Yugus, A.A.Gd,2006,45 .
Desa Ubud Gianyar
Gambar 4.1 Peta Bali
Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
23
Gambar 4.2. Peta Lokasi Peneltian
Daerah Ubud dan sekitarnya adalah merupakan kawasan perkembangan seni lukis, dan tempat lahirnya seniman-seniman anggota Pita Maha seperti: I Gusti Nym. Lempad, A.A.Gd.
Sobrat, Ida Bgs. Made, Gusti Ketut Kobot, A.A.Gd. Meregeg,I Gusti Nyoman Molog, Dw. Ketut Ding, Dw. Putu Bedil, Dw. Ketut Rungun dan lainnya.
Desa Ubud berjarak kurang lebih 25 km.kearah utara kalau ditempuh dari Denpasar dan berjarak kurang lebih 12 km. kearah barat kalau ditempuh dari kota Gianyar.
Di samping sebagai pusat tumbuh kembangnya seni lukis Pita Maha atau seni lukis Bali modern, juga sebagai tempat tumbuh suburnya museum seni lukis seperti Museum Puri
Lukisan Ratna Warta, yang lokasinya kurang lebih 600 meter, kearah barat dari Puri Ubud. Museum Neka kurang lebih 2,5 km, kearah barat dari Museum Ratna Warta. Sedangkan
Museum Arma dan Museum Rudana, masing-masing berjarak 2 km, dan 3 km kearah timur dari Puri Ubud. Museum-musum tersebut rata-rata ada mengkoleksi karya-karya pelukis
anggota Pita Maha, di samping lukisan modern lainnya. Di luar daerah Gianyar terdapat museum lain seperti : museum Gunarsa di Klungkung, Museum Bali, museum Sidik Jari dan
Taman Budaya di Denpasar, yang menyimpan berbagai jenis lukisan modern.
Lokasi penelitian ini lebih di pusatkan di museum Puri Lukisan Ratna Warta, karena secara lengkap menyimpan karya seniman generasi Pita Maha. Museum tersebut adalah museum
pertama berdiri di kawasan pariwisata Ubud,yang mulai dibuka pada tahun 1956. Museum yang berjasa besar dalam mengemban cita-cita luhur,penyelamat karya bermutu tinggi, setiap
generasi, mengkhususkan menyimpan karya dari koleksi seni lukis Bali modern dari jaman Pita Maha sampai sekarang.
Lokasi museum berada di jalan raya di pusat kota Ubud, memasuki sebuah candi bentar yang yang megah dan agung,melewati halaman parkir menuju anak tangga undag alami dari
Kajian Estetika Seni Lukis Gaya Pita Maha
24
bahan lokal. Museum berada didaerah persawahan yang membentang luas di sekitarnya, hawanya sejuk, jauh dari kebisingan dan keramaian kota yang dapat mengganggu
ketenangan pengunjung museum. Tempat pemajangan lukisan terdiri dari tiga bangunan utama,yang berada di sebelah utara memanjang dari timur kebarat dan di sebelah barat
memanjang dari utara keselatan, dengan penataan ruang yang sangat apik dan penyinaran yang baik untuk pemasangan lukisan. Bangunan di sebelah timur memanjang dari selatan
keutara digunakan untuk pameran berkala dan sebagian untuk kantor administrasi. Di halaman gedung terbentang sebuah kolam hias, berbentuk melengkung dilewati jalan
setapak menuju gedung pameran. Bangunan dan halamannya hasil dari kombinasi arsitektur Belanda dan arsitektur Bali yang dirancang oleh R. Bonnet bersama dengan seniman generasi
Pita Maha. Halaman gedung diperindah dengan berbagai jenis tanaman hias dan tanaman lokal lainnya sehingga tampak asri dan alami.
4.2. Jenis dan sumber data.