Pendidikan Formal Bagi Anak-Anak Pengungsi

juga melihat mutu proses yang diperagakan seperti demo membaca Al quran, membaca dibaiyah yang benar dan lain-lain.

2. Pendidikan Formal Bagi Anak-Anak Pengungsi

Pendidikan formal yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Zainul Hasan dibagi menjadi dua yaitu madrasah dan sekolah umum. Pendidikan madrasah yang telah diselenggarakan meliputi: TK, MI, MTs, MA dan MA Model. Sedangkan pendidikan umum meliputi: SD, SMP, SMA dan SMU Unggulan. Di samping itu, juga diselenggarakan pendidikan tinggi yang meliputi: Akper, STAI, STIH, PGTK dan PGSD. Sama halnya dengan para santri lain yang belajar di Pesantren Zainul Hasan Genggong, anak-anak pengungsi yang ditampung di tempat ini juga diberi kesempatan untuk menikmati pendidikan formal sekolah atau madrasah, malah pendidikan yang satu ini diwajibkan oleh pimpinan pondok dengan alasan demi masa depan mereka. Pendidikan yang disediakan bagi anak-anak pengungsi disesuaikan dengan usia anak dan jenjang pendidikan mereka sebelum ditampung di pesantren ini atau atas dasar keinginan anak sendiri. Namun demikian, kenyataanya lain bahwa usia mereka lebih tua dari tingkat pendidikan yang semestinya, bahkan ada anak yang seharusnya belajar di tingkat SMU kelas akhir atau usia kuliah umur 19 tahun, sementara ia masih dudukbelajar di tingkat MTs. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, yaitu: 1 kurikulum pendidikan formal seperti MI, MTs dan Aliyah di pesantren Zainul Hasan termasuk ketegori tingkat tinggi, bila dibandingkan dengan pendidikan agama yang setingkat; dan 2 Anak-anak pengungsi memasuki pendidikan formal yang tidak sejurusan dengan pendidikan sebelumnya; 3 Pendidikan anak-anak pengungsi sebelumnya, tingkat prosentase pelajaran agamanya lebih rendah dari pendidikan sekarang yang akansedang ditempuh. Beasiswa Bagi Anak Pengungsi Anak-anak pengungsi yang menempuh studi di pendidikan formal Pesantren Zainul Hasan Genggong adalah tergolong anak-anak yang secara ekonomi kurangtidak mampu dan pendidikannya terancam putus sehingga karenanya mereka diberi pendidikan gratis dan beasiswa. Kedua program ini khususnya program beasiswa, pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk program yang ditempuh oleh beberapa pihak yang ingin 14 menyelamatkan pendidikan anak usia sekolah, pada tahun 2002-2004 mereka mendapat bantuanbeasiswa dari pemerintah pusat, pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Tingkat II Probolinggo dan bantuan dari Jepang. Pemerintah pusat melaksanakan programnya melalui program Jaring Pengaman Sosial JPS dan Program Konpensasi Pengurangan Subsidi-Bahan Bakar Minyak PKPS-BBM atau yang lebih dikenal dengan istilah BKM Bantuan Khusus Murid, sedangkan Pemerintah Dati I Jawa Timur dan Pemerintah Dati II Probolinggo melalui program Dana Bantuan Minimal untuk pembebasan SPP bagi anak usia sekolah dan bantuan Jepang malalui Program Hibah Jepang untuk maksud yang sama seperti di atas. Ketiga program ini intinya adalah agar siswa pada tingkat dasar dan menengah, yang berasal dari keluarga kurangtidak mampu dapat mambiayai keperluan sekolahnya sehingga: 1. Siswa tidak putus sekolah akibat kasulitan ekonomi; 2. Siswa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk terus sekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya; 3. Siswa khususnya perempuan dapat menyelesaikan pendidikan sekurang-kurangnya sampai dengan jenjang sekolah lanjutan pertama. 21 Jumlah dana yang diberikan kepada siswa bervariasi berdasarkan jenjang pendidikan anak. Untuk MI dan yang sederajat adalah sebagai berikut: a Pemerintah Pusat sebesar Rp. 10.000bulananak, Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Pemda Probolinggo sebesar Rp.15.000bulananak, dan c Pemerintah Jepang sebesar Rp. 10.000bulananak. Sedangkan untuk tingkat MTs dan MA dan yang sederajat adalah sebesar Rp.20.000bulananak untuk tingkat MTs dan Rp.25.000bulananak untuk tingkat MA. Selain itu, demi kelangsungan kehidupan anak-anak pengungsi, pengasuhpengurus pesantren menyediakan sarana dan pra-sarana yaitu segala bentuk fasilitas, baik fasilitas yang terkait dengan kebutuhan sehari hari seperti biaya makan, biaya pondok, biaya sekolah, seragam sekolah dan lain lain, maupun yang terkait dengan fasilitas fisik seperti kamar tidur, masjid, aula dan lain-lain. Menurut keterangan salah seorang santri anak pengungsi Sampit, setiap santri yang ada di komplek ini diberi makan tiga kali sehari yang dimasakkan oleh juru masak, uang saku sebesar Rp. 10.000 per bulan, seragam sekolah tiga stel, buku, kitab 15 dan alat-alat sekolah lainnya, kopiyah putih satu buah, sarung, baju untuk sholat, biaya untuk pondok atau kamar gratis, sekolah gratis dan biaya-biaya lain ditiadakan. Sedangkan sarana fisik terdiri dari: 1 buah musholla yang diberi nama Mushalla Zainur Rahmah dengan ukuran 10x10 m 2 dan dapat menampung sekitar 100 santri, 1 ruang kantor, 1 ruang auditorium, 1 gedung memanjang dengan ukuran 7x 20 m 2 untuk tempat tinggal santri yang terdiri dari 8 kamar, masing-masing memiliki kapasitas 7-15 orang, 6 kamar mandi, 3 kamar toilet, 1 gedung dapur untuk tempat memasak semua santri dimasakkan oleh beberapa juru masak, satu gedung garasi, dan satu gedung CV. Untuk memenuhi kebutuhan keseharian di atas, pesantren bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti Departemen Sosial, Darmais yayasan milik keluarga mantan presiden Soeharto dan pihak-pihak lain yang memberikan sumbangan secara sukarela dan tidak mengikat. Sedangkan untuk pemenuhan sarana fisik, pesantren juga mengadakan usaha-usaha yang sah dan halal seperti mendirikan perseroan atau CV, menerima bantuan dari para alumni pesantren Zainul Hasan, simpatisan pesantren dan lain-lain.

3. Pendidikan Hati Ruhani