Pendidikan Pesantren Bagi Anak-Anak Pengungsi

bagi para santri tersebut dalam rangka meningkatkan rasa solidaritas dan mengembangkan wawasan sosial dan budaya mereka

B. Bentuk-Bentuk Pendidikan Anak-Anak Pengungsi

Pendidikan anak-anak pengungsi di Pesantren Zainul Hasan adalah pendidikan terpadu, pendidikan ini bukan hanya pendidikan yang berorientasi pada kognitif atau mengisi otak anak dengan ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum semata, melainkan juga pendidikan hati yang dilakukan melalui praktikpengamalan ilmu yang kemudian dikenal dengan istilah riyadlah. Dalam pendidikan yang berorientasi pada kognitif dilaksanakan dalam bentuk pengajian-pengajian, pendidikan diniyah klasikal dan pendidikan sekolah melalui beberapa metodenya yang terkenal yaitu: metode weton, metode bandongan, metode ceramah, metode hafalan dan sebagainya, sedangkan dalam pendidikan hati rohani dilaksanakan dalam bentuk pemberian bacaan-bacaan Al qur’an, wirid dan pengamalan ilmu-ilmu syari’ah dalam kehidupan sehari-hari. Dari praktek keseharian ilmu syariah dan thariqat inilah, maka anak-anak pengungsi yang merupakan sub dari masyarakat Pesantren Zainul Hasan terbentuk model kehidupan masyarakat tersendiri yang berbeda dengan masyarakat di luar pesantren. Berangkat dari sekilas uraian di atas, maka pendidikan anak-anak pengungsi di Pesantren Zainul Hasan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu: Pendidikan pesantren, pendidikan sekolah, dan pendidikan hati.

1. Pendidikan Pesantren Bagi Anak-Anak Pengungsi

Pendidikan pesantren yang dimaksud adalah suatu bentuk pendidikan tradisional yang melibatkan kiai atau ustadz sebagai pendidik dan anak-anak pengungsi sebagai santripeserta didik dalam suatu interaksi edukatif di mushollamasjid dengan materi dan metode klasik tradisional. Pendidikan ini sebagaimana pendidikan pesantren lainnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur utama yaitu: santri, kiai atau ustadz, pengajaran kitab kuning dan Al quran, masjid atau musholla sebagai tempat berlangsungnya pendidikan dan pondok atau asrama sebagai tempat tinggal anak-anak pengungsisantri. Untuk lebih lengkapnya berikut ini akan diuraikan secara spesifik beberapa elemen pesantren di atas. a. Anak-Anak Pengungsi sebagai Santri di Pesantren Zainul Hasan 9 Pada mulanya anak-anak yang menjadi korban konflik Sambas dan Sampit ini berstatus sebagai anak-anak pengungsi, tapi setelah mereka ditampung di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong status mereka secara otomatis berubah menjadi santri dalam bahasa Madura disebut santreh sebagaimana layaknya predikat yang disandang oleh anak-anak lain yang belajar di tempat tersebut. Kata santri di dalam berbagai referensi diartikan sebagai orang yang mencari ilmu agama Islam di pesantren, baik yang menetap maupun tinggal di rumahnya masing- masing. 19 sedangkan di pesantren ini, kata santri tidak sesederhana itu, melainkan sebuah singkatan yang mempunyai makna khusus yang harus dipegang teguh dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: S = Sopan Santun artinya para santri harus mempunyai prilaku atau akhlak yang baik A = Ajeg atau Istiqamah artinya setiap santri harus memiliki sikap yang teguh pendirian, tetap beramal shalih dan disiplin dalam menjalankan ritual keagamaan seperti shalat pada waktunya dengan berjama’ah. N = Nasihat artinya semua santri harus mendengarkan dan melaksanakan segala nasihat yang terkandung dan diajarkan dalam agama Islam. T = Taqwallah artinya setiap santri harus menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah R = Ridlallah artinya setiap santri Pesantren Zainul Hasan di dalam melakukan aktivitas kesehariannya khususnya yang bersifat ritual, harus selalu diiringi dengan niat atau tujuan mencari keridlaan Allah. I = Ikhlash lillahi ta’ala artinya bahwa segala perbuatan santri Pesantren Zainul Hasan Genggong khususnya yang bersifat ritual harus selalu didasari oleh jiwa yang ikhlas-karena Allah ta’ala semata-bukan karena orang lain atau lainnya. b. Kurikulum Telah dijelaskan di muka bahwa Pesantren Zainul Hasan menyelenggarakan tiga jenis pendidikan yaitu: pendidikan pesantren tradisional dan pendidikan formal modern dan pendidikan hati. Jenis pendidikan pesantren yang bersifat non formal, hanya mempelajari ilmu agama Islam yang bersumber pada kitab-kitab salaf kitab gundul dan tulis baca Al-quran, pendidikan formal menggunakan kurikulum campuran yaitu kurikulum pesantren, kurikulum Depag dan kurikulum Depdiknas sedangkan 10 pendidikan hati tidak ada kurikulum yang baku tapi pada prakteknya mengacu pada pengamalan Al qur’an, Al Hadits dan Kitab Klasik melalui ijazah dari seseorang yang dianggap dekat dengan Allah swt. Terkait dengan kurikulum pendidikan pesantren dapat dikemukakan bahwa pendidikan tersebut berdasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab yaitu: tingkat rendah, tingkat menengah dan tingkat lanjut. Untuk tingkat rendah kebanyakan diikuti oleh santri yang sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum, untuk tingkat menengah diikuti oleh santri yang sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, sedangkan untuk tingkat tinggi kebanyakan diikuti oleh santri yang belajar di Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi, tapi semua itu tergantung pada kemampuan dan kemauan santri yang bersangkutan, hal itu karena yang mengetahui kemampuan dan memiliki kemauan adalah masing-masing santri yang dimaksud. Sedangkan di komplek Zainur Rahmah sebagai sub atau bagian dari Pesantren Zainul Hasan secara umum mengikuti program atau kurikulum yang ada di pesantren induk Pesantren Zainul Hasan, namun demikian, pengurus komplek secara khusus membuat program dan jadwal kegiatanpengajian tersendiri, hal itu dapat dilihat pada kolom sebagai berikut: TABEL I Kurikulum Pendidikan Pesantren Bagi Anak-Anak Pengungsi MALAM SANTRI PUTRA SANTRI PUTRI BA’DA BA’DA MAGHRIB MAGHRIB ISYA’ SUBUH Senin Al Qur’an Diba’iyah Istighasah Hadits Selasa Al Qur’an Tahlil Kuliah Shubuh Kaligrafi Rabu Al Qur’an Bhs. Arab Istighasah Tajwid Kamis Al Qur’an Kitab Ta’lim Istighasah Bhs. Arab Jum’at Jama’ah di Masjid Tajwid Khatmil Qur’an Jurmiyah Sabtu Al Qur’an Dekorasi Istighasah Kitab Ta’lim Ahad Al Qur’an Khitobah Kuliah Shubuh Fathul Qarib Keterangan: Sumber: Dokumen komplek Zainur Rahmah -Pesantren Zainul Hasan Genggong 11 Masjid yang dimaksud adalah Masjid Al Barakah masjid yang berada di tengah-tengah Pesantren Zainul Hasan Genggong Kurikulum di atas, dibuat dan diberlakukan bagi anak-anak pengungsi yang pendidikannya pada tingkat dasar, sedangkan bagi anak-anak pengungsi yang pendidikannya menengah setingkat MTs dan tinggi setingkat MA, maka diberi kebebasan untuk belajar atau mengaji di pondok induk Masjid Barokah bersama santri- santri lain yang bukan pengungsi. 20 c. Metode Pengajaran Salah satu elemen penting dalam pendidikan pesantren adalah adanya metodecara penyajian materi pelajaran yang khas dan masih tradisional, yaitu metode bandongan. Metode ini adalah sebuah metode dimana seorang kiai atau ustadz sebagai badal kiai membacakan dan menjelaskan isi sebuah kitab dengan dikerumuni olah sejumlah santri, masing-masing santri memegang kitabnya sendiri, mendengar dan mencatat makna yang disampaikan kiai di bawah setiap lafadz atau kalimat dengan tulisan miring, sedangkan keterangannya ditulis di pinggir kitab itu atau pada lembaran lain. Jumlah santri tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun merupakan suatu kalompok dihadapan atau di sekeliling penyaji materi. Sedangkan metode sorogan adalah santri menyodorkan sebuah kitab kepada kiai, kemudian kiai atau ustadz memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya, menghafalkannya, dan apabila telah meningkat, juga tentang makna dan tafsirnya lebih mendalam. Metodik ini diakui paling intensif karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Demikian halnya dengan pendidikan pesantren bagi anak-anak pengungsi di komplek Zainur Rahmah Pesantren Zainul Hasan Genggong, metode yang dipakai dalam penyajian kitab kuning adalah metode bandongan, selain itu juga digunakan metode hafalan, metode demonstrasi dan metode halaqah dan metode-metode lain sesuai dengan materi palajaran yang telah ditentukan. TABEL.II Spesifikasi Materi Dan Metode Pengajaran Di Komplek Zainur Rahmah Pesantren Zainul Hasan Materi Metode Al quran Dibaiyah Halaqah Demonstrasi 12 Tahlil Bhs. Arab Talim al mutaallim Fathul Qarib Al Jurumiyah Hadits Tajwid Kaligrafi Dekorasi Khatmil Quran Istighatsah Khitabah Kuliah Subuh Hafalan Hafalan dan Demonstrasi Bandongan Bandongan Bandongan Bandongan Bandongan Drill Drill Demonstrasi dan Halaqah Demonstrasi Ceramah Ceramah Melihat tabel di atas, maka dapat dijelaskan di sini bahwa metode atau cara penyampaian materi kepada santri di komplek Zainur Rahmah Pesantren Zainul Hasan Genggong bermacam-macam sesuai dengan materi yang akan disampaikan, yaitu: 1. Metode Bandongan, metode ini adalah metode mengajar dengan sistem ceramah, kiai membacakan kitab, menerjemahkan dan menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit dari suatu kitab, sedangkan santri menyimak dan membuat catatan di pinggir kitab 2. Metode Halaqah maksudnya para santri membuat suatu lingkaran kecil 5-10 orang, kemudian satu di antara mereka membacakan materi biasanya membaca Al quran dan sholawat sementara yang lain menyimaknya dengan seksama, sesekali para santri yang menyimak memberikan teguran jika ada kesalahan dari pembaca, demikian cara ini dilakukan secara bergiliran. 3. Metode Hafalan adalah suatu metode yang digunakan untuk melatih daya ingat. Metode ini biasanya digunakan untuk materi yang bernadzamsyiiran, surat-surat pendek dalam Al quran, bacaan-bacaan Arab pendek seperti kalimat istighfar, tahlil, tahmid, istighasah dan lain-lain. 4. Metode Ceramah adalah suatu cara penyampaian materi kepada santri dengan cara seorang ustadz atau santri yang menjadi penceramah memberikan penjelasan atau uraian materi secara lisan di depan para santri dengan panjang lebar, sedangkan para santri mendengarkan dan menulis apa yang dijelaskan oleh penceramah 5. Metode Demontrasi adalah suatu penyampaian materi dengan mempraktekkan di depan santri atau cara pengajaran yang memerlukan alat bantu tertentu agar ilmu yang disampaikan dapat segera difahami oleh santri. Santri tidak hanya mendengar, tetapi 13 juga melihat mutu proses yang diperagakan seperti demo membaca Al quran, membaca dibaiyah yang benar dan lain-lain.

2. Pendidikan Formal Bagi Anak-Anak Pengungsi