Berdasarkan dari hasil penelitian, responden yang kurang mengetahui fungsi dan kegunaan sertifikat, sebagian besar beranggapan bahwa alat bukti yang dimiliki selama
ini seperti Akta Camat, LurahKepala Desa atau tanpa alat bukti tertulis tetapi masyarakat sekitar tanah mengakuinya merupakan alat bukti yang kuat apalagi yang didapat dari
warisan. Sebagian besar tanah yang diperoleh dari warisan yang telah dibagi berdasarkan porsi ahli waris namun tidak mengurus Surat Keterangan Hak Waris karena mereka
beranggapan pembagian warisan yang dilakukan dihadapan Tetua Desa sudah cukup. Disamping itu apabila terjadi pengalihan hak atas sebidang tanah cukup hanya
dilakukan perjanjian diatas selembar segel dan dihadiri beberapa orang saksi dan ditandatanagani oleh Kepala Desa dan bahkan sampai kepada Camat, mereka
menganggap bahwa tanah tersebut telah terdaftar. Tindakan pengalihan hak seperti ini sangat rentan terhadap timbulnya masalah pertanahan dikemudian hari.
C. Upaya Pemerintah Mempercepat Pendaftaran Tanah
1. Proyek Operasi Nasional Agraria
Proyek Operasi Nasional Agraria yang disingkat dengan PRONA adalah merupakan suatu kegiatan yang diselenggrakan oleh pemerintah dalam bidang pertanahan dengan
suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara massal. Menurut AP Parlindungan, hal ini juga disebutkan sebagai program pemerintah dalam
Repelita IV, yang dapat kita baca dalam Buku II Repelita IV halaman 418 yang berbunyi bahwa dalam rangka membantu golongan masyarakat ekonomi lemah, usaha penerbitan
sertifikat secara massal, sehubungan dengan itu pemerintah telah diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang PRONA.
106
Pengertian PRONA tersebut menurut Mudjiono adalah “suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dibidang pertanahan pada umumnya dibidang
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran tanah pada khususnya, yang berupa pensertifikatan tanah secara massal dan penyelesaian sengketa tanah yang bersifat strategis
107
Dasar hukum PRONA adalah: 1.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tanggal 15 agustus 1981
2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1981 tanggal 2 September
1981 3.
Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 226 Tahun 1982 tanggal 14 September 1982.
Namun perlu disadari bahwa PRONA bukanlah semata-mata lahir untuk menyelesaikan pensertifikatan tanah, tetapi lebih dari itu memperlancar semua kegiatan
yang erat kaitannya dengan tanah antara lain: 1.
Pendaftaran tanah
106
AP Parlindungan, Op. cit, 1990, hal. 36
107
Mudjiono, Politik Dan Hukum Agraria, Penerbit liberty, Jogjakarta, 1997, hal. 85
2. Penyelesaian sengketa-sengketa pertanahan
3. Sertifikat massal
4. Peralihan hak atas tanah
5. Dan yang paling penting adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat demi
kepentingan bangasa dan Negara.
108
PRONA dilaksanakan secara bertahap per tahun anggaran yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Penentuan lokasi PRONA untuk wilayah-eilayah KabupatenKota
ditentukan berdasarkan prioritas sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Ditetapkan secara berkelompok terutama untuk pensertifikatan tanah didaerah
yang penguasaan atau kepemilikan tanahnya terkena ketentuan landreform, baik yang ditujukan pada tanah-tanah yang masih menjadi hak bekas pemilik lama
maupun yang telah diredistribusikan kepada para penggarap
2. Ditetapkan didaerah yang tanahnya mempunyai potensi produksi bahan pokok
yang cukup untuk dikembangkan 3.
Ditetapkan secara berkelompok untuk daerah-daerah penerima transmigran pra Pelita atau daerah-daerah resettelement.
4. Ditetapkan secara berkelompok untuk pensertifikatan tanah-tanah yang
berpenduduk padat dan mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan. 5.
Dipilih lokasi mengenai tanah-tanah sengketa yang sifatnya strategis dan dapat diselesaikan secara tuntas.
109
Biaya PRONA yang dikeluarkan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun
1981 ditetapkan beberapa ketentuan tentang biaya pendaftaran tanah melalui PRONA dengan perbedaan atas golongan ekonomi lemah, golongan ekonomi mampu dan
golongan ekonomi kuat serta Badan-badan Hukum sebagai berikut: 1.
Untuk golongan ekonomi lemah.
108
Djoko Prakoso, Budiman Adipurwanto, Eksistensi PRONA Sebagai Pelakasaan Mekanisme Fungsi Agraria, Penerbit Balai Aksara, 1985, hal. 68
109
Ibid, hal. 69
a. Semua biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek ini dibebankan kepada
Anggaran Belanja Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri sekarang BPN Pusat dan Yayasan Dana Landreform.
b. Pemberian hak-hak atas tanah Negara kepada masyarakat, penegasanpengakuan
tanah-tanah hak adat dan tanah-tanah lainnya yang ditentukan sebagai lokasi PRONA dalam rangka pensertifikatan secara massal dibebaskan dari kewajiban
membayar uang pemasukan kepada negara seperti yang telah ditentukan dalam
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Menteri Dalam Negeeri Nomor 1 Tahun 1975 dan kepada penerima hak hanya dikenakan kewajiban membayar biaya administrasi.
2. Untuk golongan ekonomi mampu.
Melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 226 Tahun 1982 dan Surat Edaran Dirjen Agraria Nomor 594. 34642Agr. tanggal 26 November 1982
sebagai berikut: a.
Pengertian golongan mampu adalah mereka yang mempunyai kemampuan ekonomi sampai batas tertentu yang ditentukan secara musyawarah
b. Penentuan lokasi PRONA untuk golongan mampu dilakukan oleh
WalikotaBupati dengan meprioritaskan daerah dengan pemilikanpenguasaan tanahnya sekurang-kurangnya 40 termasuk golongan mampu.
c. Pelaksanaan PRONA bagi golongan ekonomi lemah dan PRONA untuk
golongan ekonomi mampu dilakukan pada waktu bersamaan yang tanahnya berada dalam lokasi yang berbeda-beda
d. Penetapan biaya operasional yang dibebankan kepada masyarakat yang
mampu dalam pemberian sertifikat ditetapkan atas dasar penggolongan tanah: 1.
Tanah didaerah Perkotaan I yaitu tanah yang terletak di Ibukota Provinsi termasuk DKI Jakarta
2. Tanah didaerah Perkotaan II yaitu tanah yang terletak di Kota Madya
3. Tanah didaerah Perkotaan III yaitu tanah yang terletak di Ibukota
Kabupaten 4.
Tanah didaerah Pedesaan yaitu tanah yang terletak diluar daerah 1, 2 dan 3
Universitas Sumatera Utara
e. Biaya-biaya operasional yang dipungut dari masyarakat ditetapkan berbeda
untuk setiap bidang dimasing-masing daerah perkotaan tersebut ditambah dengan biaya-biaya yang diberlakukan bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah dan sementara pungutan-pungutan lain diluar itu dilarang. 3.
Untuk golongan ekonomi kuat Tanah-tanah yang pemilikan dan penguasaannya dipunyai oleh golongan ekonomi
kuat pendaftarannya harus diselesaikan melalui tata cara pendaftaran tanah biasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku diluar
PRONA yang ditujukan kepada golongan ekonomi lemah dan ekonomi mampu.
4. Untuk Badan-Badan Hukum
Melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 348 Tahun l982 dan Surat Edaran Dirjen Agraria Nomor 045.2117Agr tanggal 10 Januari l983 ditegaskan
sebagai berikut: a.
Tanah-tanah yang dikuasaidipunyai oleh Badan Hukum Keagamaan, Badan Hukum Sosial dan Lembaga Pendidikan yang dipergunakan secara langsung
di bidang Ke-agamaan dan Pendidikan dapat dijadikan objek PRONA. Sebelum mengurus permohonan Hak Milik atas tanahnya kecuali Hak Guna
Banguanan dan Hak Pakai harus terlebih dahulu memilikimemperoleh Surat Rekomendasi dari Menteri Agama bagi badan hukum keagamaan dan
Menteri Sosial bagi badan hukum sosial.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi tanah-tanah yang dipergunakan langsung untuk kepentingan dibidang
keagamaan, sosial dan pendidikan berupa perumahan dan tempat-tempat usaha, permohonan hak atas tanahnya diproses menurut tata cara yang biasa.
Jika tanah yang dipergunakan langsung untuk kepentingan keagamaan, sosial dan pendidikan itu adalah tanah wakaf maka permohonannya dilakukan oleh
penerimapengurus wakaf Nadzir. Surat Edaran Deputi Bidang Umum Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-
l961 tanggal 3 Januari l996 menegaskan untuk mempercepat produktivitas pensertifikatan tanah di seluruh Indonesia program PRONA, PRODA dan PRONA Swadaya terus
digalakkan. Penunjukan lokasi ditetapkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi dan pelaksanaan proyek tersebut harus berpedoman kepada Peraturan
Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertananahan Nasional Nomor.3 Tahun l995 yang dilakukan oleh Panitia Ajudikasi. Oleh karena itu pendaftaran tanah melalui PRONA
adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik. Namun jika dilihat dari sisi peserta harus bersedia ikut dalam pelaksanaan proyek tersebut terutama
keterkaitannya dengan biaya-biaya yang harus ditanggung peserta maka pendaftaran tanah melalui PRONA itu lebih tepat disebut pendaftaran tanah untuk pertama kali secara
Semi Sistematik.
110
Namun dalam praktek dalam masyarakat bahwa pensertifikatan melalui PRONA sekarang ini dilakukan penjatahan untuk setiap daerah, kemudian daerah akan membuat
pembagian untuk setiap Desa yang jumlahnya sangat sedikit sehingga anggota masyarakat yang menginginkan pendaftaran, tidak dapat terlayani.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu Pemerintah dalam rangka PRONA menggalakkan PRONA sistem Swadaya yaitu pensertifikatan bukan seperti PRONA biasa karena setiap anggota
masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya dikenakan biaya BPHTB namun tidak sebesar pandaftaran tanah secara Sporadik, namun dikenakan 1,25 dari nilai NJOP
setelah dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak NPOPTKP yang tergantung besarnya pada daerah Tingkat II masing-masing.
Pelaksanaan PRONA selama ini yang bertujuan mempermudah pensertifikatan tanah dalam rangka mewujudkan terciptanya tujuan Pasal 19 UUPA dianggap gagal
karena dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Muhammad Yamin dan abdur Rahim lubis menyatakan:
Seperti pernah ada program PRONA yang disinyalir sangat bermuatan politis,
110
Tampil Siregar, Op, cit hal 111
yakni sekedar mengambil hati rakyat dalam mensertifikatkan tanahnya. Karena dimasa lalu kegiatan pendaftaran tanah yang bernama PRONA itu dibuka
kesempatan yang sangat luas bagi masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya lewat program politis, yakni pada menjelang masa Pemilu yang dimanfaatkan oleh Partai
Politik dalam menarik hati rakyat. Sehingga program yang seharusnya menjadi Program Pemerintah yang baik dalam mengaktifkan fungsi tanah secara ekonomis,
lalu menjadi tersendat karena sudah dimuati oleh kehendak politis. Akibatnya sampai sekarang program pensertifikatan tanah sejak adanya Keppres Nomor 26
Tahun 1988 tentang PRONA untuk mempercepat pendaftaran tanah di Indonesia hampir disebut gagal karena target sertifikat yang dikeluarkan dengan biaya yang
dikeluarkan belum sebanding.
111
3. Proyek Administrasi Pertanahan PAP
Pada pasal 18 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun l997, bahwa “Pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematis, dilakukan oleh Panitia Ajudikasi”.
Menurut Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
Universitas Sumatera Utara
l997 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 46 ayat 2 mengatur lokasi pendaftaran tanah secara sistematik bahwa suatu lokasi
pendaftarannya adalah “seluruh atau bagian wilayah satu DesaKelurahan dan pendaftaran ini dibiayai dengan anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah atau secara
swadaya masyarakat dengan persetujuan Menteri” Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri
AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 142XI1999, tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja Proyek Administrasi pertanahan PAP.
Pada Pasal l, menyebutkan bahwa pengertian PAP adalah: Untuk mempercepat pendaftaran tanah seluruh bidang tanah diluar kawasan
hutan dengan maksud mendukung beroperasinya pasar tanah yang efisien. Sejak awal pelaksanaan proyek tahun pertama 19941995 hingga proyek tahun
ke lima l998l999, PAP telah berhasil mensertifikatkan
111
Muhammad Yamin dan Abdur Rahim Lubis Op, cit 2008 hal 192
l.247.473 bidang tanah. Hingga akhir proyek tahun ke enam l9992000, PAP menghasilkan kurang lebih l,75 juta sertifikat.
Pada mulanya PAP dirancang pada proyek tahun kelimabelas yang nantinya dapat mensertifikatkan hingga 2,6 juta pertahunnya. Sasaran tersebut direncanakan untuk
dicapai dengan sumber-sumber daya yang tersedia. Hal fundamental pada rencana tersebut ialah bahwa sertifikat yang diterbitkan haruslah bermutu tinggi. Dengan
demikian, proses kerja yang dilakukan untuk menmghasilkan sertifikat haruslah efisien dan akurat. Namun dengan semakin meningkatnya out put hasil ada indikasi bahwa
standard kerja PAP ternyata tidak seragam disemua lokasi. Karena itu BPN telah memutuskan untuk melaksanakan proses penyempurnaan mutu baik di tingkat daerah
maupun di Pusat.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan mutu serta diterapkan pada keseluruhan proses pendaftaran tanah secara sistematik, bukan hanya pada out put finalnya. Proses penyempurnaan mutu
mungkin kesalahan di identifikasi dan diperbaiki sebelum kesalahan tersebut mempengaruhi kegiatan-kegiatan berikutnya. Fokusnya bukan lagi semata-mata pada
pengidentifikasian masalah dan pelaporan kekurangan dalam hal cara kerja saja, melainkan juga pada penyempurnaan mutu kerja yang dilaksanakan oleh staf lapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut dikeluarkan Instriksi Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor l Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Manejemen Mutu Pada Pelaksanaan
Pendaftaran Secara Sistematik. Menejemen mutu menurut Pasal l adalah “pendekatan menejemen yang
bertujuan mengupayakan penyempurnaan secara bertahap dan berekelanjutan terhadap kinerja semua proses, produk dan pelayanan pada sebuah organisasi, melalui keterlibatan
semua orang secara kreatif pada organisasi tersebut” Manejemen mutu dilaksanakan menurut Pasal 3 yaitu melalui:
a. Siklus perencanaan
Dalam perencanaan harus dapat menjawab hal-hal berikut: l. Siapa pelaksananya;
2. Apa yang harus dikerjakan oleh para pelaksana tersebut; 3. Kapan pekerjaan tersebut dilaksanakan
4. Bagaimana pelaksanaannya b. Siklus pelaksanaan yaitu melaksanakan tindakan-tindakan yang disebutkan
dalam rencana tersebut. c. Siklus pengecekan, yaitu melaksanakan kendali mutu yang meliputi unsur-
unsur kegiatan: Supervisikunjunganpengecekan, pendataan, menerimamenolak, reviewpengelompokan data dan pelaporan.
d. Tindakan yaitu berupa kegiatan evaluasi, atau menstandardkan menyusun prosedur operasi standard melalui jaminan mutu. Jaminan mutu sendiri
mempunyai pengertian semua tindakan yang terencana dan sistematik yang diperlukan untuk memberikan rasa percaya yang memadai
dikalangan pengguna bahwa pelayanan atau produk yang mereka peroleh akan memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan manajemen mutu pada pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik menurut Pasal 4 adalah:
1. Mengevaluasi proses-proses penyuluhan untuk memastikan agar informasi
mengenai PAP benar-benr tersebar secara efektif 2.
Memformalkan metode pengecekanpengevaluasian mutu proses kerja pendaftaran tanah secara sistematik untuk memastikan agar peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur resmi yang berlaku benar-benar dipatuhi. 3.
Memastikan agar standar teknis PAP terpelihara sehingga para pemilik tanah benar-benar menerima pelayanan dan produk yang bermutu tinggi
4. Masalah yang dihadapi oleh tim ajudikasi sitematik akan bisa dipecahkan dengan
cara seragam 5.
Memastikan agar dokumen-dokumen yang diserahkan kepada Kantor Pertanahan sebagai hasil proses pendaftaran tanah secara sistematik benar-benar memenuhi
standard yang berlaku.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan manajemen mutu pada pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik pada Pasal 5 adalah:
1. Kualitas pendaftaran tanah secara sistematik terjaga
2. Komunikasi menjadi lancar
3. Kantor Pertanahan menjadi percaya terhadap mutu dokumen-dokumen yang
dihasilkan oleh tim ajudikasi sistematik. 4.
Proses pengintegrasian dokumen akan menjadi lebih cepat 5.
Rasa memiliki oleh Kantor Pertanahan 6.
Informasi berharga akan menjadi tersedia 7.
Pelatihan yang kurang memadai dan cara kerja yang kurang sempurna akan terlihat jelas
8. Adanya standard yang seragam di seluruh Indonesia
Dari uraian diatas terlihat bahwa PAP merupakan bantuan untuk masyarakat dalam pendaftaran hak atas tanahnya yaitu menerbitkan sertifikat yang dibantu oleh Bank
Dunia. Untuk melaksanakan PAP ini dikeluarkan instruksi Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2000, tentang penyelanggaraan manajemen mutu pada
pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematis.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN KANTOR PERTANAHAN UNTUK MENGATASI