air adalah 500 µg dalam batas konsentrasi 1 dalam 10
4
. Garam – garam tembaga II anhidrat, seperti CuSO
4
berwarna putih atau sedikit kuning. Vogel, 1990 Tembaga Cu memiliki sistem kristal kubik, yang secara fisik berwarna
kuning dan apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Di alam, Cu banyak ditemukan dalam bentuk pyrite,
Fe-sulfat, dan sering bercampur dengan Antimoni Sb. merkuri Hg, timbal Pb, dan arsen-sulfat. Pada umumnya, bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik. Unsur tembaga di alam bisa ditemukan dalam bentuk logam bebas, tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk senyawa padat bentuk mineral.
Dalam badan perairan laut, Cu ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO
3
, CuOH, dan lain-lain. Widowati, 2008 Logam Cu secara alamiah dapat masuk ke badan perairan melalui
pengkompleksan partikel logam diudara karena hujan dan karena peristiwa erosi pada batuan mineral yang ada disekitar badan perairan. Secara alamiah jumlah
logam tembaga Cu yang masuk ke dalam badan perairan mencapai 325.000 tontahun. Sedangkan yang bersumber dari aktivitas manusia dapat berasal dari
buangan industri listrik dan industri galangan kapal. Palar, 2008.
2.8.1. Sifat dan Kegunaannya
Secara kimia, senyawa – senyawa dibentuk oleh logam Cu tembaga mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Berdasarkan pada bilangan valensi yang
dibawanya, logam Cu dinamakan juga cuppro untuk yang bervalensi +l, dan cuppry untuk yang bervalensi +2. Kedua jenis ion Cu tersebut dapat membentuk
kompleksion – kompleksion yang sangat stabil. Sebagai contoh adalah senyawa
Universitas Sumatera Utara
CuNH
3 6
.Cl
2
. Logam Cu dan beberapa bentuk persenyawaannya seperti CuO, CuCO
3
, CuOH
2
, dan CuCN
2
, tidak dapat larut dalam air dingin atau panas, tetapi mereka dapat dilarutkan dalam asam. Logam Cu itu sendiri, dapat
dilarutkan dalam senyawa asam sulfat H
2
SO
4
panas dan dalam larutan basa NH
4
OH. Senyawa CuO dapat larut dalam NH
4
CI dan KCN. Palar, 2008 Senyawa kuprum digunakan pada pertanian, sebagai fungisida, sebagai
insektisida, pigmentasi, larutan untuk solder listrik, bahan celupan untuk penyesuaian warna, sebagai katalisator. Penggunaan terutama pada bidang listrik
maupun mekanik. Gabriel, 2001
2.8.2. Tembaga Bagi Organisme
Sebagai logam berat, Cu tembaga berbeda dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam logam
berat dipentingkan atau logam berat esensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam
jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu juga termasuk ke dalam logam-logam esensial bagi manusia seperti besi Fe dan lain-lain. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru
akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi
organisme terkait. Palar, 2008 Kebutuhan manusia terhadap tembaga cukup tinggi. Manusia dewasa
membutuhkan sekitar 30 µg Cu perkilogram berat tubuh. Pada anak – anak jumlah Cu yang dibutuhkan adalah 40 µg perkilogram berat tubuh, sedangkan pada bayi
dibutuhkan 80 µg Cu perkilogram berat tubuh. Konsumsi tembaga yang baik bagi
Universitas Sumatera Utara
manusia adalah 2,5 mgkg berat tubuhhari bagi orang dewasa dan 0.05 mgkg berat tubuhhari untuk anak - anak dan bayi. Palar, 2008
2.8.3. Keracunan Tembaga