Pemeriksaan Sisa Klor Pada Air Konsumen Dan Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak

(1)

PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN

AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI

HAMPARAN PERAK

TUGAS AKHIR

OLEH :

PUTRI KUMALASARI

NIM :122410085

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena limpah kan rahmatdan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pemeriksaan Sisa Klor PadaAir Konsumen dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak.

Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan. Judul tugas akhir ini diangkat dari praktek kerja lapangan yang dilaksanakan tanggal 02 Februari 2015 s/d 03 Maret 2015 di Laboratorium PDAM Tirtana di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi., M.App.Sc., Apt. Selaku Koordinator Program DIII Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr.Urip Harahap, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah


(4)

5. BapakIr. H. Zulham Ali Nasution selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak yang telah menyediakan tempat kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapanan (PKL)

6. Bapak M.Taufik, ST. Selaku Kepala Bagian Pengolahan yang telah banyak membimbing penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapanan di PDAM Hamparan Perak.

7. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST. Selaku pembimbing di laboratorium PDAM di Hamparan Perak.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberkan dukungan material dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapatnya banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan.

Medan, juni 2015 Penulis,

Putri Kumalasari NIM 122410085


(5)

PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI HAMPARAN PERAK

ABSTRAK

Air reservoir adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan telah layak untuk disalurkan kepada pelanggan. Dikarenakan air merupakan salah satu media penularan dari berbagai macam penyakit, maka air harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan sodium hipoklorit .

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari sodium hipoklorit yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan alat lovibond comparator dengan indikator tetrametyl benzidine sesuai dengan prosedur yang digunakan pada PDAM Tirtanadi.

Hasil pemeriksaanpada tanggal 11 februari 2015 10.00 - 17.00 WIBmenunjukan bahwa kadar dari sisa klor pada air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak yaitu 1,00 ppm dan kadar dari sisa klor pada air konsumen I (jarak ±7,5 Km) yaitu 0,75 ppm, konsumen II (jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm, Konsumen III (jarak ±16 Km) yaitu 0,3 ppm. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada dalam batasan yang diatur oleh Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia maupun sasaran mutu internal PDAM, sehingga layak untuk di distribusikan kepada pelanggan.

Kata kunci : air reservoir, sisa klor, comparator, persyaratan, permenkes,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia ... 5

2.3 Sumber-Sumber Air ... 6

2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum ... 8

2.5 Pengolahan Air Minum ... 9

2.5.1 Pengertian ... 9


(7)

2.6 Khlorinasi ... 15

2.6.1 Pengertian ... 15

2.6.2 Kegunaan Khlorin ... 17

2.6.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Khlorin ... 17

2.6.4 Proses Khlorinasi ... 18

2.6.5 Metode Khlorinasi ... 19

2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Khlorin ... 19

2.6.7 Dampak khlorinasi Air ... 20

2.6.8 Pendosisan ... 21

BAB III METODE PERCOBAAN ... 23

3.1 Tempat dan Waktu PKL ... 23

3.2Alat ... 23

3.3 Bahan ... 23

3.4 Sampel ... 23

3.5 Prosedur Kerja ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil ... 25

4.2 Pembahasan ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Sisa klor Air Konsumen dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak ... 25


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Grafik Hasil pengujian Sisa Chlor dari Air konsumen dan

Air reservoir ... 26 Lampiran 2 : Gambar alat dan bahan percobaan ... 32 Lampiran 3: Gambar perlakuan sampel ... 34 Lampiran 4: PERMENKES Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010

tentang Persyaratan Kualitas Air Minum ... 36 Lampiran 5 : Sasaran mutu Instalasi Pengelola Air PDAM Tirtanadi


(10)

PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI HAMPARAN PERAK

ABSTRAK

Air reservoir adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan telah layak untuk disalurkan kepada pelanggan. Dikarenakan air merupakan salah satu media penularan dari berbagai macam penyakit, maka air harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan sodium hipoklorit .

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari sodium hipoklorit yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan alat lovibond comparator dengan indikator tetrametyl benzidine sesuai dengan prosedur yang digunakan pada PDAM Tirtanadi.

Hasil pemeriksaanpada tanggal 11 februari 2015 10.00 - 17.00 WIBmenunjukan bahwa kadar dari sisa klor pada air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak yaitu 1,00 ppm dan kadar dari sisa klor pada air konsumen I (jarak ±7,5 Km) yaitu 0,75 ppm, konsumen II (jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm, Konsumen III (jarak ±16 Km) yaitu 0,3 ppm. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada dalam batasan yang diatur oleh Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia maupun sasaran mutu internal PDAM, sehingga layak untuk di distribusikan kepada pelanggan.

Kata kunci : air reservoir, sisa klor, comparator, persyaratan, permenkes,


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar manusia, air dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup. Semakin banyak jumlah penduduk, pemanfaatan sumber daya air semakin meningkat. (Rifa’i, 2007).

Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakir perut, seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno, 1996).

Akibat penggunaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan, maka tiap tahunnya di Indonesia diperkirakan lebih dari 3,5 juta anak di bawahusia tiga tahun terserang penyakit saluran pencernaan dan diare, dengan jumlah kematian 3% atau 105,000 jiwa. Senyawa kimia berbahaya yangterlarut dalam air dapat berakibat fatal terhadap kesehatan jika kadarnya berlebih atau hanya sedikit berlebih dalam air. Dalam penggunaan jangka panjang akan terjadi penimbunan zat-zat tersebut dan menimbulkan efek merugikan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan yang tidak diinginkan. Standar kualitas air minum di Indonesia telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air


(12)

Minum. Disinfeksi dengan klorinasi dilakukan untuk mengatasi permasalahan kualitas air. Berdasarkan latar belakang di atas maka saat kontaminasi di perjalanan tidak ada bahan aktif yang bisa membunuhnya sehingga kualitas air khususnya kandungan bakteri coli sebagai indikator mikrobiologis dapat berubah (Sugiarti, 2014).

Lebih dari 50% bakteri yang berbahaya didalam air akan mati dalam waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk penampang sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun demikian, beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun atau lebih, karena itu dibutuhkan desinfeksi. Klorin telah terbukti merupakan desinfektan yang ideal.


(13)

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

a. Mengetahui sisa klor air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak, apakah memenuhi persyaratan berdasarkan permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.

b. Mengetahui sisa klor air konsumen PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak dengan jarak yang bervariasi, apakah memenuhi persyaratan berdasarkan permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.

c. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar sisa klor dari air reservoir ke konsumen dengan jarak yang bervariasi.

1.2.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Mahasiswa dapat mengetahui sisa klor dari air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak, apakah memenuhi persyaratan berdasarkan permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.


(14)

b. Mahasiswa dapat mengetahui sisa klor dari air konsumen PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak dengan jarak yang bervariasi, apakah memenuhi persyaratan berdasarkan Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.

c. Mahasiswa dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar sisa klor dari air reservoir ke konsumen dengan jarak yang bervariasi.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, teruutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno, 1996).

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman atau pun makanan tidak menyebabkan merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak kotoran sebagai sumber penyakit dengan air (Sutrisno, 1996).

2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira 2.200 gram setiap harinya (WOLF).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh


(16)

kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh : penderita penyakit kolera (sutrisno, 1996).

2.3 Sumber-Sumber Air

Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Sumber-sumber air minum yang dapat digunakan:

a. Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari sungai, dan memeiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Selain itu, air bukan hanya merupakan komponen terbesar dari pembentukan awan, melainkan juga lingkungan terbesar dari makhluk hidup bergantung pada air (Sitepoe, 1997) .

b. Air Hujan

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah tadah, dapat pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan dan digunakan saat kekurangan air. Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Sitepoe, 1997).


(17)

c. Air Permukaan

Menurut Sutrisno 1996, air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni :

i. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

ii. Air danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organisyang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat

d. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sutrisno,1996).

Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) dan air tanah tertekan.Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan mempunyai permukaan bebas. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air, dengan bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air (Effendi, 2003).


(18)

2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum

Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum aman, higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para pengguna air maka harus terpenuhi persyaratan kualitas (Joko, 2010).

Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga harus menarik rasa dan baunya. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :

a. Persyaratan bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum Escherichia coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyartan tersebut harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi, dan pada sistem distribusi (Joko, 2010).

b. Persyaratan kimiawi

Salatu syarat penting terkait dengan air minum tidak adanya kandungan unsur atau zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia berbahaya harus ditekan seminimal mungkin. Sedangkan zat-zat tertentu yang membantu terciptanya kondisi air yang aman dari mikrooraganisme harus tetap dipertahankan keberadaannya dalam kadar tertentu. Parameter dalam persyaratan ini terbagai menjadi dua yaitu bahan kimia yang berpengaruh langsung pada kesehatan dan yang langsung mungkin dapat menimbulkan keluhan konsumen.


(19)

Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam parameter ini adalah bahan-bahan anorganik, organik, pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya (Joko, 2010).

c. Persyaratan Radioaktivitas

Persyaratan radioaktivitas membatasi kadar maksimum aktivitas α dan β yang diperbolehkan terdapat di dalam air minum (Joko, 2010).

d. Persyaratan fisik

Parameter persyaratan fisik air minum yaitu warna, rasa, bau, temperatur serta kekeruhan (Joko, 2010).

2.5 Pengolahan Air Minum

2.5.1 Pengetian

Pengolahan adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Widiatmoko, 1994).

2.5.2 Metode Pengolahan Air

a. Metode Pengolahan Fisik

i. Penyaringan

Untuk memastikan bahwa satuan satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja dengan efesien, maka yang perlu dilakukan pembuangan sampah sampah besar yang mengambang dan terapung. Saringan kasar dari


(20)

batang-batang yang berjarak kira-kira 0,75 hingga 1 inchi (20 hingga 50 mm) dipergunakan disini (Linsley, 1996).

ii. Aerasi

Menurut Linsley 1996, aerasi adalah bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalamberbagai variasi operasi yang meliputi sebagai berikut:

a) penambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut b) pembuangan karbondioksida

c) pembuangan hidrogen sulfida untuk menghapuskan bau dan rasa

d) pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme.

iii. Pencampuran

Bahan- bahan yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukkan dengan mesin pemasukan larutan atau mesin pemasukan kering, agarefektifitas bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna (Linsley, 1996).

iv. Flokulasi

Jika bahan-bahan pengental kimia ditambahkan ke dalam air yang keruh, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap (koagulasi). Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini, pengadukan cepat harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 menit hingga 30 menit. Hal ini akan menyebabkan tumbukan kumpulan-kumpulan partikel kecil yang akan membentuk


(21)

partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit. Terkait dengan ukuran dan kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya berat (Linsley, 1996).

v. Pengendapan

Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel yang bersangkutan. Air hangat kurang rapat, sehingga partikel akan mengendap lebih cepat dari pada di dalam air yang dingin. Partikel-partikel anorganik terapung yang terdapat di dalam air mempunyai berat jenis yang berkisar dari 2,65 untuk partikel-partikel pasir yang terlepas, hingga kira-kira 1,03 untuk partikel-partikel lumpur yang terkumpul. Kumpulan-kumpulan kimiawi mempunyai kisaran berat jenis yang serupa, tergantung pada jumlah kandungan air dalam kumpulan itu (Linsley, 1996).

Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan ke luar. Kolam pengendapan yang direncanakan dengan baik akan menghilangkan 50-80% bahan padat terapung yang ada di dalam air (Linsley, 1996).

vi. Filtrasi

Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batubara yang ditunjang di atas suatu tumpukan kerikil. Suatu lapisan pasir setebal 24-30 inci (60-75 cm) dengan ukuran butir yang seragam (bergaris tengah 0,35-0,45 mm) memberikan hasil yang baik. Pasir itu biasanya diletakkan di atas suatu


(22)

lapisan kerikil setebal 12-18 inci (30-45 cm) yang butir-butirnya tersusun menurut besarnya. Suatu lapisan batubara antrasit (batubara yang keras dan mengkilat) kadang-kadang dipergunakan di dalam filter (Linsley, 1996).

b. Metode pengolahan kimiawi

Koagulasi dan disinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum dipergunakan dalam pengolahan air. Pelembutan presipitasi, pertukaran ion, adsorpsi dan oksidasi kimiawi dipergunakan bila kondisi setempat menuntut demikian.

i. Koagulasi

Bila bahan padat terapung di dalam air ukurannya halus atau koloidal, sering dipergunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan benda-benda terapung dengan lebih sempurna. Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membuat endapan flokulan. Selama flokulasi masing-masing partikel kumpulan diubah menjadi partikel-partikel yang lebih besar pada waktu bertumbukan satu sama lain. Partikel-partikel yang lebih besar mempunyai kerapatan yang cukup untuk memungkinkan pembuangannya dengan cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah alum Al2(SO4)3.18H2O yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam air untuk membentuk kumpulan alumunium hidroksida.

Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka mungkin perlu ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3) disamping alum untuk memperoleh flokulasi yang tepat. Silika yang diaktifkan kadang-kadang ditambahkan ke air untuk menjadi inti bagi pembentukan kumpulan. Dosis alum


(23)

yang biasa adalah 10 hingga 40 mg/l (kira-kira 75 hingga 300 lb per juta gallon). Jumlah bahan kimia pelengkap yang digunakan tergantung pada sifat air. Ferro sulfat (FeSO4) dan ferri klorida (FeCl3) juga dipergunakan sebagai koagulan. Bahan ini membentuk endapan hidroksida besi. Garam ferro membutuhkan kapur sebagai bahan kimia pelengkap, kalau tidak garam ferro harus diubah ke dalam bentuk ferri dengan menambahkan klorin (Linsley, 1996).

ii. Disinfeksi

Lebih dari 50% bakteri yang berbahaya di dalam air akan mati dalam waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Klorin telah terbukti merupakan disinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan membinasakan banyak makhluk mikroskopis (Linsley, 1996).

Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan ke dalam air, yaitu hidrolisis dan ionisasi. Reaksi hidrolisisadalah

Cl2+ H2O HOCl + H+ + Cl- Gas klorin asam hipoklorit

Raksi ionisasi adalah

HOCl OCl + H+

Asam hipoklorit ion hipoklorit

karena klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada nilai-nilai pH yang asam. Klorin cair didapat dalam wadah bertekanan dan dimasukkan kedalam air melalui suatu klorinator. Klorinator kecil memasukkan


(24)

gas tersebut secara langsung ke dalam air, sedangkan klorinator besar biasanya melarutkan gas di dalam air, kemudian mengisi larutan itu. Klorinator harus dijaga pada suhu 70ºF (21ºC) untuk mencegah kondensasi gas klorin di pipa-pipa pengisian (Linsley, 1996).

Air yang mengalami disinfeksi cukup baik setelah melalui proses klorinasi selama 10 menit akan menghasilkan residu klorin bebas sebanyak 0,2 mg/l. Klorin akan sangat efektif bila pH air rendah. Bila persediaan air mengandung fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak sebelum klorinasi. Campuran klorin dan ammonia membentuk kloramin, yang merupakan disinfektan, namun tidak seefektif hipoklorit (Linsley, 1996).

Klorinasi akhir, yaitu pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan metode yang umum.Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang. Klorinasi awal dan ahir sering dipergunakan bersama-sama sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu. Superklorinasi harus diikuti dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau dengan melewatkan air yang bersangkutan melalui suatu filter butirankarbon yang diaktifkan (Linsley, 1996).


(25)

c. Metode-metode Pengolahan Khusus

i. Pembuangan rasa dan bau

Rasa dan bau di dalam air disebabkan oleh gas-gas terlarut, zat-zat organik hidup, zat-zat organik yang membusuk, limbah industri dan klorin, baik sebagai residu atau dalam gabungan dengan fenol atau bahan-bahan organik yang membusuk. Aerasi, adsorpsi dan oksidasi adalah beberapa metode yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau (Linsley, 1996).

ii. Pembuangan besi dan mangan

Diantara metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah oksidasi dan presipitasi, penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi, filtrasi melalui zeolit mangan, dan pertukaran ion (Linsley, 1996).

2.6 Klorinasi

2.6.1 Pengertian

Klorinasi adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin (Chandra, 2006).


(26)

Senyawa klor dapat mematikan mikroorganisme dalam air karena oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel-sel bakteri sehingga rusak. Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri oleh senyawa chlor, selain oleh oksigen bebas juga disebakan dengan protoplasma. Beberapa percobaan menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kimia antara asam hipoclorous dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu. Senyawa klor yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah hipoklorit dari kalsium dan natrium, kloroamin, klor dioksida, dan senyawa kompleks dari klor (Joko, 2010).

Senyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa organik maupun anorgank tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian klor akan tersisa yang disebut sisa klor. Pada mulanya sisa klor merupakan klor terikat, selanjutnya jika dosis klor ditambah maka sisa klor terikat akan semakin besar, dan pada suatu ketika tercapai kondisi break point chlorination. Penambahan dosis klor setelah titik ini akan memberi sisa klor sebanding dengan penambahan klor.

Keuntungan dicapainya break point yaitu : a. Senyawa amonium teroksidir sempurna b. mematikan bakteri patogen secara sempurna c. mencegah pertumbuhan lumut

2.6.2 kegunaan klorin

Adapun kegunaan dari klorin menurut Chandra, 2006 antara lain: a. memiliki sifat bakterisidal dan gerimisidal


(27)

c. dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air

d. dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentukan lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air

e. dapat membantu proses koagulasi

Karena adanya fungsi ini maka untuk kondisi tertentu chlorinasi dapat dibubuhkan sebelum proses pengolahan. Dengan demikian untuk keperluan pengolahan dapat dilakukan pre-chlorinasi. Sedangkan untuk keperluan desinfeksi pembubuhan dilakukan di lokasi reservoir sebagai post-chlorinasi (Joko, 2010)

2.6.3 Prinsip Prinsip Pemberian Klorin

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketikaa melakukan proses klorinasi menurut Chandra 2006, antara lain :

a. air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat proses klorinasi

b. kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.

c. tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman patogen yang mengkontaminasi pada saat penyimpanan dan pendistribusian air


(28)

d. dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.

2.6.4 Proses Klorinasi

Proses klorinasi dapat terjadi sebagai berikut :

a. penambahan klor pada air yang mengandung senyawa nitrogen akan membentuk senyawa kloramine yang disebut klor terikat. Pembentukan klor terikat ini bergantung pada pH. Pada pH normal klor terikat (NCl3) tidak akan terbentuk kecuali jika break point telah terlampaui.

b. pada air yang bebas senyawa organik akan terbentuk klor bebas yaitu asam hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), yang berfungsi dalam proses desinfeksi.

Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl- HOCl H+ + OCl

Kondisi optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat HOCl. Adanya OCl- akan kurang menguntungkan. Kondisi optimum ini dapat terjadi pada pH <5

2.6.5 Metode Klorinasi

Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau perklorin. Gas klorin merupakan pilihan utamakarena harganya murah, kerjanya cepat, efesien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena gas ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas


(29)

klorin ini disebut sebagai chlorinating aquipments. Alat yang sering dipakai adalah paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air (Chandra, 2006).

2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Klorin

Titik batas (break point) konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mg/l. Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan Orthotolidine Arsenite (OTA test). Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air.

a. Orthotolidine Arsenite Test

Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical Grade Ortholidine yang larut dalam 10% asam hipoklorit. Cara pemeriksaannya adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukkan ke dalam 1 ml dan diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air itu akan berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang terikat (combined chlorine) sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan.

b. Ortholidine Arsenite Test (OTA Test)

Pemeriksaan merupakan modifikasih dari OT Test diatas. Uji ini dapat memisahkan dan bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah bahwa uji ini dapat menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam air.


(30)

2.6.7 Dampak Klorinasi Air

Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap (volatile halogenated organics), biasa disingkat dengan VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk trihalomethane (THM). THM dapat ditemukan pada jenis air yang berikut:

a. Air minum

Pada hasil pemeriksaan terhadap air minum yang menjalani proses klorinasi, baik dengan gas klorin, natrium hipoklorit (NaClO), maupun dengan klor dioksida (ClO2), ditemukan adanya senyawa THM. Padahal, sebelum menjalani proses klorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan ketiadaan THM. Kadar

THM maksimum yang terdeteksi adalah 41,8 μg/l (Chandra, 2006).

Universitas Sumatera Utara b. Air kolam renang

Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani disinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar yang lebih tinggi daripada kadar THM dalam air minum. Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungan bahan organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga berasal dari keringat dan urin orang yang berenang. Kadar THM maksimum dalam udara di

atas permukaan kolam renang mencapai 787 μg/m3 (Chandra, 2006).


(31)

Air tanah di beberapa wilayah mengandung bahan organik dalam konsentrasi yang tinggi yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam tubuh manusia lebih dari 50,6% THM akan diubah menjadi CO2, tetapi kondisi ini bergantung pada kepekaan individu. Dampak yang paling cepat pada kesehatan adalah hilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan keadaan koma dan

kematian. Kadar total THM 30 μg/l dalam air minum telah direkomendasikan

dengan konsumsi rata-rata 2 liter/hari. Proses klorinasi pada air yang mengandung bahan organik dapat mengakibatkan terbentuknya trihalomethane (THM) yang berbahaya bagi kesehatan. Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air yang akan menjalani klorinasi harus dihilangkan dahulu penyebabnya, yaitu zat-zat organik (Chandra, 2006)

2.6.8 Pendosisan

Dosis klor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Harus dilakukan pengukuran DPC (Daya Pengikat Chlor) b. Sisa klor antara 0,2 – 0,5 mg/l

c. Prechlorinasi harus dilakukan dengan DPC

Penetapan DPC:

a. Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3 buah b. Siapkan larutan kaporit 0,1% (0,1 gram/100 ml air)

c. Isi contoh air baku 250 ml yang sudah disaring ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5 ml;0,75 ml;1,0 ml ke dalam labu erlenmeyer


(32)

e. Periksa dan catat sisa klor dari masing-masing labu erlenmeyer f. Hitung DPC dengan rumus:

DPC = ([ 1000/250 x V x M ] – D) mg/l

Keterangan:

V = ml larutan kaporit 0,1% yang ditambahkan M = kadar kaporit dalam air (misalnya = 60%) D = sisa klor dalam air

Pendosisan sodium hipoklorit

Air ditransfer = 160 L/dt

Chlorine yang diinginkan diresevoir = 1 ppm mk Konsentrasi sodium hyphoclorite = 5% 160l/dt x 3,6 jam = 576 m3/h m

1 ppm = Hypho x 5 576 m3 = 1 x 576 5


(33)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakuakanmulai tanggal 2 Februari s/d 13 Februari 2015 selama 2 minggu. Pengujian sisa klor pada air konsumen dan air reservoir di laksanakan di laboratorium PDAM TIRTANADI Instalai Pengolahan Air Hamparan Perak yang berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang.

3.2 Alat

a. Kuvet b. Comparator

3.3 Bahan

a. Sampel air

b. Tetramethyl benzidine

3.4 Sampel

Sampel yang digunakan adalah air reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak dan air konsumen dengan jarak yang bervarasi.


(34)

3.5 Prosedur Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan sisa klor air konsumen dan air reservoir, antara lain:

a. diisi kedua kuvet sampai tanda batas

b. diteteskan indicator tetramethyl benzidine pada kuvet sampai sebanyak 2-3 tetes pada salah satu kuvet, aduk sampai merata

c. letakkan kuvet di sebelah kanan tempat comparator sebagai sampel dan letakkan

d. kuvet ke dua sebagai blanko disebelah kiri comparator

e. bandingkan warna sampel yang telah diteteskan indicator tetramethyl benzidine dengan disc comparator sebagai perbandingan warna

f. perbandingan warna terhadap sampel dengan cara memutar disc comparator, jika warna tidak sama terhadap sampel atau mendekati maka dilihat nilai yang paling mendekati


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengujian dari 4 sampel dengan jarak dan sampel yang bervariasi dilakuan pengujian sisa Chlorinasi. Berikut hasil pengujian sisa chlorinasi dari 4 sampel dengan jarak yang berbeda (Tabel 4.1)

Tabel 4.1: Data Pemeriksaan Sisa klor Air reservoir dan Air Konsumen PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak

No Sample Sisa Chlor

(mg/l)

Jam pengambilan

Pelaksaan

1 Air Resevoir 1,00 mg/l 10.00 WIB 10.00 WIB

2 Air konsumen a. Air konsumen I

(jarak ± 7,5 km)

0,75 mg/l 10.15 WIB 10.15 WIB

b. Air Konsumen II (jarak ± 12 km)

0,50 mg/l 10.25 WIB 10.25 WIB

c. Air konsumen III (jarak ± 16 km)

0,30 mg/l 10.40 WIB 10.40 WIB

Keterangan Sample :

a. Air Reservoir : Jl. Besar Hamparan Perak PDAM Tirtanadi, Deli serdang. b. Air Konsumen I : Jl. Kapten Rahmat Budin, Perumahan Minimalist. No.8 c. Air Konsumen II : Jl Marelan Raya pasar 4.


(36)

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan data diagram statistika untuk melihat grafik penurunan dari data statistik (Gambar 4.1)

Gambar 4.1Hasil pengujian Sisa Chlor dari Air konsumen dan Air reservoir 0

0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

0 5 10 15 20

k

ad

ar

s

is

a c

h

lor

m

g/

L

Jarak Air km


(37)

4.2 Pembahasan

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (Zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15 % dari tekanan atmosfer. Secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari laut (air laut), darat (air tanah), udara (air hujan) (Gabriel, 2001).

Manusia dan semua mahluk hidup membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi, dan air juga merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun (Kodoatie, 2005).

Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air. Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Di dalam air, klorin akan bereaksi dengan air akan menghasilkan Asam Hipoklorit (HOCl)

pH air akan naik karena dihasilkan Ca(OH)2 yang bersifat basa (alkalis). HOCl dan OCl- adalah klor aktif atau disebut klor bebas. HOCl merupakan sisa


(38)

klor bebas yang paling efektif sebagai desinfektan dibandingkan dengan OCl- sebagai bentuk klor bebas yang kedua. Sedangkan Cl- merupakan klor yang tidak aktif. Cl2, HOCl, dan OCl merupakan sisa klor aktif yang bersifat toksik bagi kuman. Daya bunuh HOCl terhadap golongan coliform kurang lebih 80-100 kali lebih kuat daripada OCl, keaktifannya tergantung pH dan suhu. Kualitas desinfektan dari asam hipoklorit akan memikat pada pH yang rendah yaitu dibawah 7,5 (Enry, 1989). Pada pH sampai dengan 6,7 pada umumnya 90% klorin akan membentuk HOCl (Sugiarti, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kadar sisa khlor dari air konsumen I dengan jarak ±7,5 Km yaitu 0, 75 mg/l, air konsumen II dengan jarak ±12 Km yaitu 0,50 mg/l, air konsumen III dengan jarak ±16 Km yaitu 0,30 mg/l, dan kadar sisa khlor dari air reservoiryaitu 1,00 mg/l. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia maupun sasaran mutu internal PDAM.

Berdasarkan air reservoir ke konsumen didapat hasil sisa klor yang berbeda beda dengan jarak yang bervariasi, hal ini menunjukan bahwa jarak berpengaruh terhadap penurunan sisa khlor, semakin jauh jarak distribusi air maka semakin kecil sisa khlor yang ada di dalam air.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SAARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:

a. kadar sisa klor dari air reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak yaitu 1 mg/l. Hasil pemeriksaaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.

b. kadar sisa klor dari air konsumen PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak adalah sebaagai berikut ; Konsumen I dengan jarak ±7,5 Km yaitu 0, 75 mg/l, air konsumen II dengan jarak ±12 Km yaitu 0,50 mg/l, air konsumen III dengan jarak ±16 Km yaitu 0,30 mg/l, Hasil pemeriksaaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur oleh permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.

c. terjadinya penurunan kadar sisa klorin dari reservoir ke konsumen. Hal ini menunjukann bahwa jarak mempengaruhi kadar sisa klorin yang terdapat didalam air, semakin jauh jarak distribusi air ke konsumen maka semakin kecil sisa klor yang tersisa.


(40)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah instansi PDAM agar bisa mempertahankan sisa khlor dalam reservoir seperti yang telah ditetapkan dalam permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara yaitu 0,2 – 1 ppm. Sedangkan untuk mempertahankan sisa khlor agar keberadaanya tetap terjaga hingga ke konsumen terjauh perlu menambhkan injeksi sodium hypoklorite di booster sehingga memenuhi syarat kesehatan.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal. 55-58

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius 11,18

Gabriel, J, (2001), Fisika Lingkungan, Jakarta: Hipokrates. Hal 79

Joko, T. (2010).Unit Produksi Dalam Sistem Pengelolaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 12-13

Kodoatie, R. (2005), Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Yogyakarta: ANDI. Hal. 1

Linsley, R.K. dan Franzini, J. B. (1996). Teknik Sumber Daya Air Jilid II. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 117-134

Rifai, J. 2007. Pemeriksaan kualitas air bersih dengan koagulan alum dan PAC di IPA Jurug PDAM kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Sutrisno, T., Suciastuti, E. (1996), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 1,8,10-11,16-17

Sitepoe, M. (1997). AIR Untuk Kehidupan, Pencemaran Air dan Usahan Pencegahannya. Jakarta : PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Hal. 9-12. Sugiarti, A. (2014). Analisa pengaruh jarak, pH, suhu, tekanan dan kandungan

besi terhadap konsentrasi sisa klorin dan koloni coliform pada sumber air wendit PDAM kota malang. Universitas Brawijay Jarak-pH-Suhu-Tekanan-dan-Kandungan-Besi-terhadap-Konsentrasi-Sisa-Klorin-dan Koloni-Coliform-Pada-Sumber-Air-Wendit-PDAM-Kota-Malang-Anggun-Sugiarti-105060400111053.pdf.

Widiatmoko, M.H.(1994), Teknologi Membran Pemurnian Air, Yogyakarta: Andi Offset. Hal 51


(42)

Lampiran 2 Gambar Alat Dan Bahan Percobaan

Tetramethyl benzidine


(43)

Tempat penampungan klorin sebelum diinjeksikan


(44)

Lampiran 3. Gambar perlakuan sampel

Hasil perlakuan pada sampel air reservoir (1 ppm)


(45)

Hasil perlakuan pada sampel air konsumen II (Jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm


(46)

(47)

(1)

Lampiran 2 Gambar Alat Dan Bahan Percobaan

Tetramethyl benzidine


(2)

Tempat penampungan klorin sebelum diinjeksikan


(3)

Lampiran 3. Gambar perlakuan sampel

Hasil perlakuan pada sampel air reservoir (1 ppm)


(4)

Hasil perlakuan pada sampel air konsumen II (Jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm


(5)

(6)