Penetapan Kadar Logam Aluminium Dan Tembaga Dalam Air Reservoir PDAM Tirtanadi Medan Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

(1)

PENETAPAN KADAR LOGAM ALUMINIUM DAN TEMBAGA DALAM AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI MEDAN SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

TUGAS AKHIR

Oleh:

ADRIAN KHAIRUDDIN SIREGAR NIM 072410049

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Agung yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Aluminium dan Tembaga pada Sampel Air Reservoir PDAM Tirtanadi Medan Secara Spekrofotometri Sinar Tampak” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Partomuan Siregar dan ibunda tercinta Hotma Sari Harahap yang telah yang selalu bersabar dalam memberikan dorongan, nasihat, serta do’a kepada penulis. Dan kepada kakak tersayang Erika Khairani Siregar yang telah memberi semangat agar penulis tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.

2. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, dan memberikan bantuan berupa nasehat, saran dan hingga selesainya Tugas Akhir ini.


(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt., selaku Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Subandi selaku kepala bagian Laboratorium beserta staf PDAM Tirtanadi Medan yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.

5. Dosen-dosen Farmasi beserta stafnya yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

6. Sahabat-sahabatku angkatan 2007 Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

Sebagai manusia dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………. ………… iii

DAFTAR ISI ……….. v

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ……….…. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ……….… 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2. Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

2.1 Air ……….…... 3

2.2 Sumber-sumber Air ………... 4

2.2.1 Air Laut ………... 4

2.2.2 Air Atmosfir ………... 5

2.2.3 Air Permukaan ………...…… 5

2.2.3.1 Air Sungai ………..…… 5

2.2.3.2 Air Danau ………...… 6

2.2.4 Air Tanah ………... 6

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ……….... 7

2.2.4.2 Air Tanah Dalam ………... 7

2.2.4.3 Mata Air ……….... 7

2.3 Peranan Air dalam Tubuh ... 8


(6)

2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan ………..……… 10

2.6 Syarat-syarat Air Minum ………..…… 15

2.7 Standar Kualitas Air Minum ………..….. 15

2.8 Logam Aluminium ………..…. 17

2.9 Logam Tembaga ………..… 18

2.10 Teori Spektrofotometri ……….. 19

BAB III METODOLOGI ... 20

3.1 Penentuan Kadar Aluminium ... 20

3.1.1 Peralatan ... 20

3.1.2 Bahan ... 20

3.1.3 Prosedur Pengujian ... 20

3.2 Penentuan Kadar Tembaga ... 21

3.2.1 Peralatan ... 21

3.2.2 Bahan ………..…….. 21

3.2.3 Prosedur Pengujian ………..……. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…… 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam proses kehidupan makhluk hidup, air merupakan suatu kebutuhan yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari manusia. Tidak akan ada kehidupan jika di bumi ini tidak ada air. Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena air merupakan salah satu sumber penularan penyakit (Sitepoe, 1997).

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Supaya air yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak menjadi pembawa bibit penyakit (Sitepoe, 1997).

Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Ni, dan Co dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air (Effendy, 2003).

Air yang digunakan untuk air minum harus tidak berwarna, jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Pada air minum terdapat batas-batas tertentu kandungan logamnya, seperti aluminium dan tembaga yang bila tidak sesuai syarat yang ditetapkan dapat menurunkan kualitas air minum. Sesuai dengan peraturan syarat air bersih menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu kadar maksimum aluminium 0,2 mg/liter dan pada tembaga 1 mg/liter. Pada


(8)

Tugas Akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar aluminium dan tembaga pada air reservoir di PDAM Tirtanadi.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar aluminium (Al) dan tembaga (Cu) yang terkandung pada sampel air reservoir apakah memenuhi persyaratan yang diizinkan oleh Mentri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 untuk kualitas air minum.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar aluminium dan tembaga yang terkandung dalam air reservoir apakah layak digunakan sebagai air minum sesuai dengan peraturan menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air adalah suatu sarana utama dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Air digunakan sebagai air minum, untuk menyiapkan makanan, membersihkan diri (mandi), membersihkan peralatan rumah tangga, sebagai irigasi, dan pembangkit tenaga listrik (Sitepoe, 1997).

Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran air. Limbah industri juga mencemarkan air yang dipergunakan untuk keperluan hidup (Sitepoe, 1997).

Ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor karena lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar–benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh yang ada (Effendy, 2003).


(10)

Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi (Effendy, 2003).

2.2 Sumber–Sumber Air

Menurut Sutrisno (1991), sumber-sumber air meliputi: 1. Air laut

2. Air atmosfir 3. Air permukaan 4. Air tanah 2.2.1 Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari sungai, dan memiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Selain itu makhluk hidup juga sangat bergantung pada air (Sitepoe, 1997).

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 1991).

2.2.2 Air Atmosfer

Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi karena adanya pengotoran yang disebabkan oleh asap industri dan debu, sehingga air hujan dapat bersifat korosif atau karat (Riyadi, 1984).

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi. Air


(11)

hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 1991).

2.2.3 Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya (Sutrisno, 1990).

Beberapa pengotoran ini, untuk masing–masing air permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 1991).

Air permukaan ada 2 macam yakni: 2.2.3.1 Air sungai

Air sungai merupakan aliran yang bersal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan (Sitepoe, 1997).

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. (Sutrisno, 1991).

2.2.3.2 Air danau

Air permukaan yang tertampung di danau-danau dapat ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi pertumbuhannya.


(12)

Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya (Slamet, 1994).

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Effendy, 2003).

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada di permukaan air (Sutrisno, 1991).

2.2.4 Air Tanah

Menurut Sutrisno (1991), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal

2. Air tanah dalam 3. Mata air

2.2.4.1 Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing- masing lapisan tanah (Sutrisno, 1991).

Air tanah dangkal dapat berkualitas baik jika tanah disekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya. Karena


(13)

banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya selama perjalanannya menuju ke laut (Slamet,1994).

2.2.4.2 Air tanah dalam

Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun, kadar kimia air tanah dalam tergantung dari cara atau pengaliran air tersebut. Pada proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, 1994).

2.2.4.3 Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam (Sutrisno, 1991). 2.3 Peranan Air dalam Tubuh

Menurut Almatsier (2004), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:

1. Sebagai pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Di samping itu, air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal.


(14)

2. Sebagai katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.

3. Sebagai pelumas

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. 4. Sebagai pengatur suhu

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37oC. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh (Almatsier, 2004).

2.4 Pengolahan Air Minum

Menurut Sutrisno (1991), pengolahan air minum prosesnya dilakukan pada beberapa unit bangunan, sebagai berikut:

1. Bangunan penangkap air

Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat dimanfaatkan.

2. Bangunan pengendap pertama

Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai.


(15)

Koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan sendirinya, Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulant adalah

Aluminium sulfat, biasanya disebut sebagai tawas. Bahan ini paling ekonomis

(murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan. 3. Bangunan pengaduk cepat

Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulant) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.

5. Bangunan pembentuk flok

Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat koagulant yang kita bubuhkan, sebagai contoh tawas dengan bantuan alat agitator pengaduk lambat.

6. Bangunan pengendap kedua

Unit ini berfungsi mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak pembentuk flok yang telah dilengkapi sekat-sekat pemisah.

7. Filter (saringan)

Effuent (hasil olahan) dari bak pengendap mengalir ke filter, gumpalan-gumpalan dan Lumpur tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat-saat tertentu dimana hilangnya tekanan dari air di atas saringan terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan Lumpur pada bagian atas dari saringan, maka saringan akan dicuci kembali dengan air bertekanan dari bawah.


(16)

8. Reservoir

Air yang telah melalui filter sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bekteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.

9. Pemompaan

Berfungsi untuk mengalirkan air kepada konsumen. 2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan

Pengolahan air di PDAM Tirtanadi Medan kegiatannya dilakukan di beberapa unit bangunan sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine sreen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.


(17)

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m,tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, 2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah yang berfungsi sebagai tempat pengendapan Lumpur, pasir, dan lain-lain yang bersifat sedimen.

4. Raw water pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 L/det dengan total head 15 meter memakai electromotor.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 L/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang

dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

a) Primary Reaction Zone b) Secondary Reaction Zone c) Return Reaction Zone


(18)

d) Clarification Reaction Zone e) Concentrator

6. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.

Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:

a. Pasir kwarsa, 0,45-1.20 mm, dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa, 1.80-2.00 mm, dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil sedang, 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. f. Kerikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih/air olahan setelah melewati kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air bersih yang mengalir


(19)

dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.

8. Finish Water Pump (FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi ∆1.000 mm dan ∆800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 L/det total head 55 m menggunakan motor AC.

Selain pengolahan dilakukan juga pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan pada unit-unit bangunan berikut:

1. Slude Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa slude lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

2. Monitoring System (SCADA)

Metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit oleh petugas selain dilakukan secara langsung juga dilakukan dengan sistem scada. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontunuitas olahan. Fasilitas ini di desain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku.


(20)

3. Laboratorium

Laboratorium mempunyai peranan yang penting di dalam penunjang mutu produksi air minum yang dihasilkan. Laboratorium akan menganalisa mutu dan menjaga serta mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap kulitas air baku maupun air hasil olahan selama proses. Pemeriksaan kualitas air dilakukan didalam periode waktu tertentu. Beberapa indikator maupun parameter dalam pemriksaan tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, yang meliputi aspek kimiawi, fisika, dan bakteriologi. Secara umum hasil pemeriksaan terhadap air hasil olahan berada dalam kualitas air minum.

2.6 Syarat-syarat Air Minum

Menurut Gabriel (2001), air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant Level) (Gabriel, 2001).

Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut:

− Harus jernih, transparan dan tidak berwarna

− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik − Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum − Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard − Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman


(21)

2.7 Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah:

1. Bakteriologis

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Total Bakteri Coliform Jumlah per 100

ml sampel

0

2. Kimiawi

2.1 Bahan kimia Anorganik yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Antimon (mg/liter) 0,005

Air Raksa (mg/liter) 0.001

Arsenic (mg/liter) 0,01

Barium (mg/liter) 0,7

Boron (mg/liter) 0,3

Kadmium (mg/liter) 0,003

Kromium (mg/liter) 0,05

Tembaga (mg/liter) 2

Sianida (mg/liter) 0,07

Flourida (mg/liter) 1,5

Timbal (mg/liter) 0,01

Molybdenum (mg/liter) 0,07

Nikel (mg/liter) 0,02

Nitrat (mg/liter) 50

Nitrit (mg/liter) 3

Selenium (mg/liter) 0,01

2.2 Bahan Kimia Anorganik yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Ammonia (mg/liter) 1,5

Aluminium (mg/liter) 0,2

Klorida (mg/liter) 250

Tembaga (mg/liter) 1


(22)

Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05

Besi (mg/liter) 0,3

Mangan (mg/liter) 0,1

pH (mg/liter) 6,5-8,5

Sodium (mg/liter) 200

Sulfat (mg/liter) 250

Total zat padat terlarut (mg/liter) 1000

Seng (mg/liter) 3

3. Fisik

Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

Warna TCU 15

Rasa dan Bau - - Tidak berbau dan berasa

Temperatur oC Suhu udara ± 3oC

Kekeruhan NTU 5

Sumber: DepKes RI 2.8 Logam Aluminium

Aluminium merupakan unsur terbanyak ketiga dalam kerak bumi. Kebanyakan aluminium yang dibawa air terdapat sebagai partikel-partikel mineral mikroskopik yang tersuspensi. Di perairan biasanya terserap ke dalam sedimen atau mengalami presipitasi. Aluminium dan bentuk oksida aluminium bersifat tidak larut (Achmad, 2004).

Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asm memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Begitu juga menurut peratuan Menkes dimana kadar maksimum aluminium dalam air minum adalah 0,2 mg/liter (Effendy, 2003). Pada nilai pH dari 4,0 jenis aluminium yg terlarut adalah Al(H2O)3+ dan ion hydrogen pada nilai pH lebih besar dari 4,0.


(23)

Dalam kisaran pH 4,5 – 6,5 terjadi polimerisasi yang akhirnya berhenti dengan pembentukan partikel-partikel padat dari Al2O3. 3H2O (Achmad, 2004).

Aluminium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10 terbentuk ion aluminat yang larut Al (OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium dan dengan adanya da seperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Achmad, 2004).

2.9 Logam tembaga

Tembaga merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan merupakan unsur yang essensial bagi tumbuhan dan hewan. Garam-garam tembaga divalen, misalnya tembaga klorida, tembaga sulfat, dan tembaga nitrat sangat mudah larut dalam air, sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida, dan tembaga sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air. Apabila masuk ke dalam perairan alami yang alkalis, ion tembaga akan mengalami presipitasi dan mengendap sebagai tembaga hidroksida dan tembaga karbonat (Effendy, 2003).

Kadar tembaga pada kerak bumi sekitar 50 mg/kg. Sumber alami tembaga adalah chalcopyrite (CuFeS2), copper sulfida (CuS2), malachite [Cu2(CO3)(OH)2], dan azurite [Cu3(CO3)2(OH)2]. Pada perairan alami, kadar tembaga biasanya < 0,02 mg/liter. Air tanah dapat mengandung tembaga sekitar 12 mg/liter. Pada


(24)

perairan laut, kadar tembaga berkisar antara 0,001 - 0,025 mg/liter (Effendi, 2003).

Kekurangan atau defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia atau kekurangan darah. Namun, kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan air menjadi berasa jika diminum dan dapat mengakibatkankerusakan pada hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium (Effendy, 2003).

Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air bervariasi antara 1 – 5 mg/liter. Konsentasi 1 mg/liter merupakan konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan. Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah , namun dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan hati. Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh DepKes RI untuk Cu ini adalah sebesar 0,05 mg/L untuk batas minimum yang dianjurkan, dan sebesar 1,5 mg/L sebagai batas maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 1991).

2.10 Teori Spektrofotometri

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu. Instrumen ini digunakan adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrometer dan sebuah


(25)

fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotmetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Bassett. J, 1994).

Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Anonim, 1979).

Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1986).

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Rohman, 2007).


(26)

BAB III METODOLOGI

3.1 Peralatan

Spektrofotometer DR2800, kuvet, beaker glass 500 ml, pipet volume 25 dan 10 ml, botol semprot, stopwatch.

3.2 Bahan

Ascorbic acid powder pillow, Alu Ver 3 powder pillow, Bleaching 3 powder pillow, Cu Ver 1 powder pillow.

3.3 Prosedur Pengujian

Penentuan kadar aluminium dalam sampel air reservoir dengan alat spektrofotometri diukur pada panjang gelombang 550 nm, sedangkan untuk tembaga diukur pada panjang gelombang 343,7 nm.

3.3.1 Prosedur Pengujian Aluminium

Pastikan telah memakai alat pengaman. Tekan “PRGM” dan tekan “1” untuk analisa aluminiumTekan “Enter”,layar akan menunjukkan mg/L Al. Isi 50 ml sampel air ke dalam gelas ukur 50 ml. Tambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid powder pillow,aduk hingga larut. Tambahkan 1 bungkus Alu Ver 3 powder pillow,aduk hingga larut,tunggu selama 5 menit. Isi kuvet sampel pertama dengan 25 ml sebagai sampel,dan sisanya (sebagai blanko),tambahkan 1 bungkus Bleaching 3 powder pillow. Tekan “Enter”,tunggu selama 30 detik. Tuang larutan ke dalam kuvet sampel kedua (sebagai blanko). Tekan “Enter”,tunggu selama 15 menit. Masukkan kuvet blanko ke dalam tempat sel dan tutup. Tekan “Zero”


(27)

kemudian layar kan menunjukkan 0,000 mg/L Al. Masukkan kuvet sampel ke tempat sel dan tutup. Tekan “Read”,catat hasil analisa yang ditunjukkan pada layar

3.3.2 Prosedur Pengujian Tembaga

Pastikan telah memakai alat pengaman sarung tangan dan masker. Tekan “PRGM” dan “20” untuk analisa tembaga. Tekan “Enter”, layar akan menunjukkan mg/L Cu. Isi kuvet sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel ) dengan 10 ml air. Tambahkan 1 bungkus Cu Ver 1 powder pillow ke dalam kuvet sampel kedua, aduk hingga larut. Tekan “Timer” dan”Enter”, tunggu selama 2 menit. Masukkan blanko ke dalam tempat sel dan tutup. Tekan “Zero”, layar akan menunjukkan 0,000 mg/L Cu. Masukkan sampel ke dalam tempat sel dan tutup. Tekan “Read”, catat hasil analisa tembaga yang ditunjukkan layar.


(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penetapan kadar aluminium

Penetapan kadar aluminium dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 550 nm.

4.1.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli tua pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir dan air baku.

No Sampel Tanggal

pemeriksaan

Kadar aluminium yang

diperoleh pada air reservoir

(mg/L)

Kadar aluminium yang diperoleh

pada air baku (mg/L) 1 Air reservoir 1 15 Januari 2010 0,065 0,064 2 Air reservoir 2 20 Januari 2010 0,062 0,060 3 Air reservoir 3 25 Januari 2010 0,077 0,069 4 Air reservoir 4 03 Februari 2010 0,078 0,064 5 Air reservoir 5 08 Februari 2010 0,063 0,060

4.1.2 Pembahasan

Kadar aluminium yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air reservoir adalah 0,065 mg/l, 0,062 mg/l, 0,077 mg/l, 0,078 mg/l dan 0,063 mg/l. Sedangkan pada sampel air baku kadar aluminium yang diperoleh adalah 0,064 mg/l, 0,060 mg/l, 0,069 mg/l, 0,064 mg/l , dan 0,060 mg/l. Maka kadar aluminium


(29)

yang diperoleh lebih besar pada sampel air reservoir karena adanya penambahan tawas pada proses pengolahan air.

Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum aluminium yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,2 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar aluminium dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Perbedaan kadar aluminium yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakan oleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Darmono, 1995).

4.2 Penetapan kadar tembaga

Penetapan kadar tembaga dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 343,7 nm.

4.2.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli tua pada Tabel 4.2.


(30)

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir dan air baku

No Sampel Tanggal

pemeriksaan

Kadar tembaga yang diperoleh

pada air reservoir (mg/L)

Kadar tembaga yang diperoleh pada air baku

(mg/L) 1 Air reservoir 1 20 Januari 2010 0,05 0,03 2 Air reservoir 2 08 Februari 2010 0,02 0,03 4.2.2 Pembahasan

Kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air reservoir adalah 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Sedangkan kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air baku adalah 0,03 mg/l dan 0,03 mg/l. Ini menyatakan adanya perbedaan kadar tembaga yang diperoleh pada air yang telah diolah.

Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum tembaga yang diperbolehkan untuk air minum adalah 1 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar tembaga dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Perbedaan kadar tembaga yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakanoleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Kekurangan atau defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia atau kekurangan darah. Namun, kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan air menjadi berasa jika diminum dan dapat mengakibatkankerusakan pada hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium (Effendi, 2003).


(31)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

− Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,065 mg/l, 0,062 mg/l, 0,077 mg/l, 0,078 mg/l dan 0,043 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum aluminium yatiu 0,2 mg/l.

− Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum tembaga yaitu 1mg/l.

− Air reservoir dari IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua layak untuk dikonsumsi sebagai air minum.

5.2 Saran

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar pelayanan kepada masyarakat atau konsumen lebih ditingkatkan.

− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 54, 68.

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 25, 45-46.

Bassett, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 809-810.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 81, 97, 104.

Effendy, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15, 43-45, 67-69.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 125, 152.

Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 25, 57, 101.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 25, 46-47, 95, 102.

Sutrisno, C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 35, 78, 81.

Underwood, L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi V. Jakarta: Erlangga. Hal. 104.

Vogel. (1990). Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Edisi V. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 45, 89.

Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 67, 75, 96.


(1)

kemudian layar kan menunjukkan 0,000 mg/L Al. Masukkan kuvet sampel ke tempat sel dan tutup. Tekan “Read”,catat hasil analisa yang ditunjukkan pada layar

3.3.2 Prosedur Pengujian Tembaga

Pastikan telah memakai alat pengaman sarung tangan dan masker. Tekan “PRGM” dan “20” untuk analisa tembaga. Tekan “Enter”, layar akan menunjukkan mg/L Cu. Isi kuvet sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel ) dengan 10 ml air. Tambahkan 1 bungkus Cu Ver 1 powder pillow ke dalam kuvet sampel kedua, aduk hingga larut. Tekan “Timer” dan”Enter”, tunggu selama 2 menit. Masukkan blanko ke dalam tempat sel dan tutup. Tekan “Zero”, layar akan menunjukkan 0,000 mg/L Cu. Masukkan sampel ke dalam tempat sel dan tutup. Tekan “Read”, catat hasil analisa tembaga yang ditunjukkan layar.


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penetapan kadar aluminium

Penetapan kadar aluminium dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 550 nm.

4.1.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli tua pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir dan air baku.

No Sampel Tanggal

pemeriksaan

Kadar aluminium yang

diperoleh pada air reservoir

(mg/L)

Kadar aluminium yang diperoleh

pada air baku (mg/L) 1 Air reservoir 1 15 Januari 2010 0,065 0,064 2 Air reservoir 2 20 Januari 2010 0,062 0,060 3 Air reservoir 3 25 Januari 2010 0,077 0,069 4 Air reservoir 4 03 Februari 2010 0,078 0,064 5 Air reservoir 5 08 Februari 2010 0,063 0,060

4.1.2 Pembahasan

Kadar aluminium yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air reservoir adalah 0,065 mg/l, 0,062 mg/l, 0,077 mg/l, 0,078 mg/l dan 0,063 mg/l. Sedangkan pada sampel air baku kadar aluminium yang diperoleh adalah 0,064 mg/l, 0,060 mg/l, 0,069 mg/l, 0,064 mg/l , dan 0,060 mg/l. Maka kadar aluminium


(3)

yang diperoleh lebih besar pada sampel air reservoir karena adanya penambahan tawas pada proses pengolahan air.

Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum aluminium yang diperbolehkan untuk air minum adalah 0,2 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar aluminium dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Perbedaan kadar aluminium yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakan oleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Kelebihan aluminium pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Darmono, 1995).

4.2 Penetapan kadar tembaga

Penetapan kadar tembaga dalam air reservoir secara spektrofotometri yang diukur pada panjang gelombang 343,7 nm.

4.2.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Deli tua pada Tabel 4.2.


(4)

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir dan air baku

No Sampel Tanggal

pemeriksaan

Kadar tembaga yang diperoleh

pada air reservoir (mg/L)

Kadar tembaga yang diperoleh pada air baku

(mg/L) 1 Air reservoir 1 20 Januari 2010 0,05 0,03 2 Air reservoir 2 08 Februari 2010 0,02 0,03 4.2.2 Pembahasan

Kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air reservoir adalah 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Sedangkan kadar tembaga yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada sampel air baku adalah 0,03 mg/l dan 0,03 mg/l. Ini menyatakan adanya perbedaan kadar tembaga yang diperoleh pada air yang telah diolah.

Menurut Keputusan Menteri No.907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum tembaga yang diperbolehkan untuk air minum adalah 1 mg/liter. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar tembaga dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih, karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Perbedaan kadar tembaga yang kita peroleh satu sama lain dapat dikarenakanoleh berbedanya waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Kekurangan atau defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia atau kekurangan darah. Namun, kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan air menjadi berasa jika diminum dan dapat mengakibatkankerusakan pada hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada besi dan aluminium (Effendi, 2003).


(5)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

− Hasil pemeriksaan kadar aluminium pada sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,065 mg/l, 0,062 mg/l, 0,077 mg/l, 0,078 mg/l dan 0,043 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum aluminium yatiu 0,2 mg/l.

− Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi Medan adalah sebesar 0,05 mg/l dan 0,02 mg/l. Yang semuanya masih dibawah dari batas kadar maksimum tembaga yaitu 1mg/l.

− Air reservoir dari IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua layak untuk dikonsumsi sebagai air minum.

5.2 Saran

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar pelayanan kepada masyarakat atau konsumen lebih ditingkatkan.

− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 54, 68.

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 25, 45-46.

Bassett, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 809-810.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 81, 97, 104.

Effendy, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15, 43-45, 67-69.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 125, 152.

Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 25, 57, 101.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 25, 46-47, 95, 102.

Sutrisno, C. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 35, 78, 81.

Underwood, L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi V. Jakarta: Erlangga. Hal. 104.

Vogel. (1990). Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Edisi V. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 45, 89.

Winarno, F. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 67, 75, 96.