Hipotesis keempat menunjukkan adanya pengaruh jumlah penduduk terhadap pengungkapan belanja bantuan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar jumlah penduduk di suatu daerah dapat memberikan tekanan dan dorongan kepada pemerintah untuk melakukan pengungkapan pada laporan
keuangan. Pengungkapan laporan keuangan ini sebagai bentuk transparansi pemerintah daerah akan kinerjanya.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan pengembangan dan perbaikan pada penelitian berikutnya. Keterbatasan dalam
penelitian ini sebagai berikut : 1. Dalam
penelitian ini
hanya menggunakan
4 variabel,
yaitu intergovernmental revenue, pembiayaan utang, kekayaan daerah, dan
jumlah penduduk, sehingga nilai koefisien determinasi yang diperoleh
rendah.
2. Jumlah sampel yang digunakan hanya 40 kabupatenkota di Provinsi DIY
dan Jawa Tengah, sehingga tingkat generalisasi rendah.
3. Periode pengamatan yang relatif pendek hanya tahun 2012-2014, sehingga
hasil penelitian kurang mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya.
C. Saran
Saran yang dapat diambil bagi peneliti selanjutnya yang dapat diambil dari keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Menambahkan jumlah variabel penelitian agar dapat melihat berbagai faktor lain yang dapat mendorong terjadinya pengungkapan belanja
bantuan sosial.
2. Sampel yang digunakan dapat seluruh kabupatenkota di seluruh provinsi
di Indonesia agar dapat meningkatkan tingkat generalisasi.
3. Menambahkan kriteria pengungkapan wajar atau tidak wajar pada kriteria
purposive sampling.
4. Membandingkan pengungkapan belanja bantuan sosial sebelum dan sesudah ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 32 Tahun
2011.
DAFTAR PUSTAKA
Andirfa, M. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah Terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal. Universitas Syiah Kuala. Skripsi. Andriani, W., Ak, M. S. 2002. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan
Pemanfaatan Teknologi
Informasi Terhadap
Keterandalan dan
Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi pada Pemerintah Daerah Kab. Pesisir Selatan. Jurnal Akuntansi Manajemen.
Vol 5 No 1, Hal 69-80.
Andriyanto, R. W., Metalia, M. 2011. Perbandingan Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure dan Voluntary Disclosure Informasi Akuntansi Antara
Industri High-Profile dan Low-Profile. Jurnal Akuntansi Dan Investasi. Vol 12 No 1. Hal 15-35.
Arifin, B. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntanbilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi Dan Investasi Vol 13 No 1. Hal 15-27.
Austin, K. R. 2013. Disclosure Quality in Governmental Financial Reports : An Assessment of the Appropriateness of a Compound Measure. Journal of
Accounting Research. Vol 24 Issue 2. Page 412-421. Barnawi, Y. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan,
Belanja Modal dan Jumlah Penduduk Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Studi Pada Pemerintah KabupatenKota di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi.
Bestari, A. R. 2013. Pengaruh Rasio Camel dan Ukuran Bank Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Sektor Perbankan Studi Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011. Universitas Diponegoro. Skripsi.
Budiharjo, A. 2003. Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB dan Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi
Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. Skripsi. Cahyat, A. 2004. Sistem Pengawasan Terhadap penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Kabupaten. Proverty Decentralization Project. Chariri, A., Ghazali, I. 2003. Teori Akuntansi. Semarang. BP UNDIP.
Chusna, M. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum, Dana