6 dilakukan oleh siswa pada sekolah berbasis agama, dan 4 bagaimanakah dinamika
psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama?
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan pendekatan
studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba Moelong, 2008 yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan
case study
ataupun
qualitative
, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Studi kasus dapat diartikan
sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam mengenai kecurangan akademik pada siswa
INFORMAN PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan subjek yang dijadikan informan sebanyak 5 orang, seperti yang dikemukakan oleh Polkinghorne dalam Creswell, 2008 bahwa
informasi dikumpulkan melalui wawancara panjang dengan subjek yang berkisar 5- 25 subjek. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 0rang.
Subjek penelitian ditentukan secara
purposive sampling
yaitu menentukan ciri-ciri atau karakteristik tertentu dari informan Hadi, 2000. Pengambilan subjek dengan
metode
purposive sampling
diharapkan tujuan penelitian akan dapat terpenuhi secara baik. Subjek penelitian adalah siswa, dengan karakteristiknya sebagai berikut:
1. Subjek tercatat secagai siswa di MAN Al Huda Kabupaten Semarang.
2. Subjek pernah melakukan kecurangan akademik.
ANALISIS DAN VERIFIKASI DATA
Analisis data dalam penelitian dengan pendekatan fenomenologi ini terdiri dari empat tahap yaitu epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi, sintesis makna
dan esensi Huserl dalam Cresswel, 2009.
1. Tahap pertama
Epoche
7 Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang
peneliti miliki sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memerlukan sebuah cara untuk melihat, memperhatikan, tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa yang
dilihat, dipikirkan dan dirasakan. Peneliti mengamati pengalaman yang dialami subyek tanpa melibatkan pengalaman dan pengetahuan peneliti sehingga peneliti
hanya focus pada subyek penelitian. a.
Kegiatan wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
kecurangan akademis dan bentuk-bentuk kecurangannya menggunakan guide interview yang disusun berdasarkan studi pendahuluan observasi dan wawancara
yang dilakukan sebelum penelitian. b.
Pemberian kode koding untuk reduksi data Koding adalah pemberian kode pada satuan-satuan yang telah direduksi. Pemberian
kode meliputi: a penandaan sumber asal satuan, dalam penelitian ini data yang berdasar wawancara, b penandaan jenis informan, pada penelitian ini kode 1 =
untuk wawancara pertama pada informan dan 2 = untuk wawancara kedua. Kelima informan akan dibedakan dengan pemberian kode inisial nama. c penandaan letak
baris didalam verbatim, penandaan dilakukan dengan menggunakan angka arab untuk menunjukkan letak baris dalam verbatim. Contoh: W.I.F.65-67 artinya wawancara
pertama terhadap informan yang bernama F dan kutipan diambil dari baris 65-67 dalam verbatim.
2. Tahap kedua Reduksi Fenomenologi
Pada langkah ini peneliti menjelaskan bagaimana subyek terlihat. Tidak hanya secara eksternal melainkan juga secara internal yang meliputi kesadaran dalam tindakan,
pengalaman dan hubungannya dengan fenomena yang dikaji yaitu kecurangan akademis. Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan faktor-faktor yang
ditemukan selama wawancara.
3. Tahap ketiga Variasi Imajinasi
Variasi imajinasi mencari makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif yang berbeda.
Tujuannya untuk mencapai deskripsi structural dari sebuah pengalaman. Peneliti
8 melakukan pemberian makna sesuai data yang diperoleh dari suyek penelitian.
Pemberian makna dapat berupa bahasa yang diperoleh peneliti melalui wawancara dan dipadukan dengan hasil observasi sebelum dan saat melakukan penelitian.
4. Tahap keempat Sintesis makna dan esensi