Faktor teman DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH BERBASIS AGAMA Dinamika Perilaku Kecurangan Akademik Pada Siswa Sekolah Berbasis Agama.

9 orang lain yang dianggap penting oleh pelaku perilaku tertentu, c kontrol perilaku yang dirasakan perceived behavioral control adalah kesulitan atau hambatan yang dirasakan atau kemudahan dalam melakukan perilaku tertentu d kewajiban moral moral obligation : perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau menolak melakukan perilaku tertentu. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan empat hal dalam faktor diri sendiri informan, yang meliputi kebutuhan akan prestasi akademik, pandangan moral terhadap perilaku kecurangan, kebutuhan akan pengakuan, serta motivasi prestasi yang menjadi pendorong perilaku kecurangan. Keinginan siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara efisien keinginan untuk memperoleh hasil yang baik terkadang tidak disertai dengan kemauan berusaha, karena itu sering muncul keinginan untuk mendapat hasil dengan cara yang singkat dan mudah yaitu dengan cara menyontek. Sikap peserta didik adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Perilaku menyontek yang dilakukan peserta didik saat ulangan atau ujian, dapat mengikis kepribadian positif didalam diri peserta didik, menzalimi temannya sendiri, dan akan mengalami kerugian terhadap dirinya, menyontek bisa mendapatkan nilai yang tinggi akan tetapi mengalami kesulitan saat belajar nya dan kemungkinan tidak memahami soal-soal saat ulangan hal ini disebabkan perilaku menyontek merupakan tindakan curang yang mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti belajar tekun sebelum ujian, serta mengikis kepercayaan diri peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, tiga pernyataan yang sering dijadikan alasan oleh informan, yaitu: 1 nilai tinggi penting untuk mendapat pengakuan; 2 saya malas untuk belajar tetapi ingin mendapat nilai yang tinggi; 3 Saya mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam kelas.

2. Faktor teman

Di masa informan atau pada saat duduk di bangku SMA, informan sangat rentan terpengaruh terhadap pengaruh sosial yang akan mempengaruhi perilaku informan. 10 Selanjutnya pengaruh dari orang lain dalam sebuah kelompok inilah yang disebut sebagai konformitas. Santrock 2003, mendefinisikan konformitas sebagai hal yang muncul ketika individu meniru tingkah laku atau sikap orang lain. Sikap menyesuaikan diri dengan kelompok atau yang disebut konformitas teman sebaya tersebut dapat menimbulkan beberapa akibat seperti kehilangan identitas diri dan kurangnya rasa percaya diri Myers, 2008. Informan mempengaruhi teman untuk menyontek. Sikap solidaritas informan dibagi menjadi dua hal, yaitu solidaritas yang positif dan solidaritas negatif, jika solidaritas ditanggapi secara positif oleh informan sekarang maka dampaknya akan baik sekali untuk perkembangan kehidupan sosial informan di masa yang akan datang. Tetapi jika sikap solidaritas ini sudah menyimpang dari arti yang sebenarnya inilah yang membuat sikap solidaritas itu sendiri menjadi negatif. Melihat fenomena ini para informan di sekolah misalnya pada saat ujian berlangsung informan membantu temannya dengan cara memberikan jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan sikap solider. Menurut Ajzen dalam Meng, dkk., 2011 terdiri dari dari aspek: a sikap terhadap perilaku attitude toward behavior , yaitu keyakinan tentang perilaku tertentu beserta konsekuensinya, b norma informantif subjective norm adalah harapan yang bersifat normatif menurut norma atau kaidah yang berlaku dari orang lain yang dianggap penting oleh pelaku perilaku tertentu, c kontrol perilaku yang dirasakan perceived behavioral control adalah kesulitan atau hambatan yang dirasakan atau kemudahan dalam melakukan perilaku tertentu, dan 4 kewajiban moral moral obligation didefinisikan sebagai perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau menolak melakukan perilaku tertentu. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1 Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2 Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3 Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. 11 Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap social yang dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan informasi. Fishbein dan Ajzen dalam Meng, dkk., 2011 mengemukakan hasil penelitian yang kemudian disebut dengan Teori Reasoned Action bahwa suatu perilaku seseorang dipengaruhi oleh intensi untuk melakukan perilaku tersebut, sedangkan intensi itu dipengaruhi oleh sikap dan norma informantif orang tersebut. Sikap ini merupakan faktor personal seseorang yaitu adanya keyakinan bahwa perilaku yang dipikirkannya memiliki dampak yang menguntungkan atau merugikan dirinya. Kemudian terjadi proses pertimbangan evaluasi atau penilaian konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku tersebut. Apabila penilaian tersebut positif, maka orang akan cenderung memiliki intensi melakukan perilaku yang dipikirkannya. Sedangkan, norma informantif ini merupakan faktor sosial seseorang yaitu adanya persepsi informatif atas pendapat orang-orang yang menjadi teladan atau panutannya. Orang cenderung akan mematuhi pendapat orang yang menjadi panutannya. Apabila yang dipersepsikan ialah panutannya akan melakukan perilaku yang dipikirkan, maka orang tersebut memiliki intense kuat untuk melakukan perilaku yang dipikirkannya. Sikap terhadap kecurangan akademis adalah tingkatan dimana individu memiliki evaluasi setuju dan tidak setuju atau penetapan nilai terhadap kecurangan akademis. Sikap terhadap kecurangan akademis diasumsikan dari keyakinan-keyakinan atas perilaku plagaisi dan evaluasi secara positif atau negatif terhadap konsekuensi kecurangan akademis. Konsekuensi kecurangan akademis meliputi keuntungan dan kerugian yang didapat individu saat melakukan tindak kecurangan akademis.

3. Faktor guru