1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alam semesta, di sana terdapat ribuan galaksi yang dihiasi jutaan cahaya yang bergerak dengan keteraturanya masing-masing, milyaran planet
yang mengarungi jagad raya dengan struktur pembentuknya yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah swt serta
kegaiban dan keangungan-Nya. Pengetahuan manusia tentang benda langit semakin luas dengan
semakin majunya teknologi yang ada. Pikiran manusia menjelajah hingga ke hal yang terkecil sekalipun. Pikiran manusia menerawang tentang sebuah
bentuk keseimbangan dalam penciptaan. Allah swt, yang telah menciptakan alam semesta, memberikan isyarat
kepada manusia akan tanda-tanda kebesaran- Nya dalam al Qur’an. Dalam
dimensi ilmu pengtahuan, Al Qur’an telah memberi ilmu mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia untuk melakukan terobosan
terhadap rahasia-rahasia keseimbangan jagad raya dan planet-planet yang terdapat di alam semesta. Dan al Qur’an menunjukkan kepada Realitas
Intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah SWT melalui ciptaan-Nya Dalam sistem keyakinan Islam, al Qur’an adalah sumber ajaran yang
menjadi petunjuk bagi manusia untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Argument akan sebuah kebenaran al Qur’an, oleh ulama, antara lain
dirumuskan dalam
sebuah konsep
yang membahas
segi-segi kemujizatannya
i’jaz al Qur’an. Diskursus seputar ini dimulai sejak abad ke- 2 H awal abad ke-3 H,
1
dan menjadi bagian tersendiri dalam ilmu-ilmu al Qur’an.
Dalam hal ini, hubungan antara a l Qur’an dengan ilmu pengetahuan
dan informasi kontemporer, kalangan muslim menyakini bahwa al Qur’an telah mengisyaratkan ilmu-
ilmu pengetahuan modern. Intinya al Qur’an selalu selangkah lebih dulu dari ilmu pengetahuan yang baru.
Ian G. Barbour berpendapat, dalam salah satu tipologi tentang munculnya hubungan sains dengan kitab suci yaitu tipologi integrasi nature
theology, terdapat klaim bahwa eksistensi tuhan dapat disimpulkan dari bukti tentang desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan.
2
Tentunya dalam hal ini kitab suci yang dimaksud adalah al Qur’an. Allah swt
memberikan tanda-tanda akan keberadaan-Nya melalui sebuah kesempurnaan segala ciptaan-Nya yang diatur dengan keteraturan dan keseimbangan yang
begitu mengagumkan. Argumen kosmologi Ian G. Barbour ini menegaskan bahwa setiap pristiwa harus memiliki “sebab” sehingga harus mengakui
“sebab pertama” yaitu Allah swt.
Menurut Ahmad Khan, al Quran secara mutlak tidak bertentangan dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal, Ahmad Khan telah
mendeklarasikan bahwa alam dan al Qur ’an sama-sama hasil kreasi Allah
1
Mustafa Muslim, Mabahis Fi ijaz al- Qur’an, Jeddah: Dar al-Manar As-Saudiyah,
1988 M1408 H, cet. I, hal. 13.
2
Ian G, Barbour, Juru Bicara Tuhan, terj. E.R. Muhammad, Mizan: Bandung, 2002 , Cet. I, hal. 82-83.
swt; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan Al Qur ’an merupakan
kalam-Nya. Atas dasar itu tidak akan ada kontradiksi antara science modern dengan firman Allah swt yang terdapat al Qur
’an. Prinsipnya adalah: “The word of God Alquran must be in harmony with the work of God nature”.
al Qur ’an adalah kalam Allah, sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatan-
Nya N ature is the “Work of God” and the Qur’ân is the “Word of God”. Atas
dasar itu dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara perkataan dan perbuatan-Nya sendiri,
atau tidak ada kontradiksi antara pernyataan Al Qur
’an dengan sains modern.
3
Lebih lanjut, seorang muffasir seperti Muhammad Kamil Daww menulis dalam bukunya al-
Qur’an al-Karim wa Ulum al-Hadits bahwa keajaiban muatan “ilmiah” al Qur’an lebih besar daripada keajaiban kefasihan
bahasa yang tak ada bandingnya. Kesesuaian antara al Qur’an dan ilmu pengetahuan bagi muffasir ilmiah modern merupakan suatu bukti kejujuran
Nabi Muhammad saw yang menyakan dan karenanya merupakan kebenaran dari semua peryataan al Qur’an, termasuk yang berkaitan dengan Tuhan, Hari
Akhir, Hari kebangkitan dan seterusnya. Mereka tidak pernah bosan bahwa bagaimanapun keajaiban besar bahwa awal abad ke-7 seorang Nabi pembawa
pesan yang berisi ibarat-ibarat ilmu pengetahuan yang tidak dikembangkan hingga abad ke-19. Para ulama generasi awal berpendapat bahwa kebesaran
alam membuktikan adanya Tuhan dan secara tidak langsung menyatakan
3
Mukti Ali, Alam Pokiran Islam Modren di India dan Pakistan Bandung: Mizan, 1995, h. 90
sifat-sifatnya.
4
Sebagai contoh muatan ilmiah yang disebutkan dalam al Qur’an adalah, firman Allah swt:
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman? ”
5
Sungguh bukan suatu kebetulan belaka al- Qur’an yang telah
diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan kemanusiaan. Telah menyampaikan informasi bagaimana alam semesta ini tercipta. Allah
swt secara tegas menyatakan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan untuk hal yang khusus, disertai dengan sistem dan keseimbangan
yang dirancang khusus untuk menunjang kehidupan manusia. Jika penelitian ini menunjukan adanya keserasian dan keseimbangan
dalam hukum-hukum alam semesta merupakan sebuah bentuk akan keberadaan Allah swt yang mengusai seluruh alam semesta yang berada
dalam kendali-Nya atau sebaliknya.
6
Hukum dan fenomenanya teratur dan tepat meliputi ruang yang maha luas sampai pada unsur terkecil dalam alam
semesta, tunduk kepada suatu pola dan susunan yang sama. Sungguh hanya
4
Fakruddin ar-Razi, Mafatihul Ghayb,Beirut: Dar Al-Fikri, 1994, juz. V, hal. 501.
5
QS. Al- Anbiyaa’: 30
6
Afzalur Rahman, Al- Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992, cet. II, hal. 4.
Allah swt yang menciptakan alam semesta dengan berjuta galaksi bintang dan planet yang tunduk pada aturan yang ditetapkan secara sempurna.
7
Maha besar Allah dengan firman-Nya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan
payah
”
8
. Dalam al Qur’an dinyatakan bahwa manusia harus melihat dan
mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah diciptakan Allah swt untuknya serta mengambil pelajaran dari
pengamatannya:
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan untukmu dengan
7
Afzalur Rahman, Al- Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992, cet. II, hal. 5.
8
QS. Al Mulk : 3- 4
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memahami Nya,
”
9
Menurut M.Quraish Shihab, tanda-tanda kekuasaan Allah swt yang telah disebutkan dalam firman di atas hanya kaum yang berakal yang mau
memanfaatkan akalnya untuk memahami apa-apa yang terjadi pada tanda- tanda kebesaran-Nya.
10
Kebenaran nyata yang dipapar kan al Qur’an juga ditegaskan oleh
sejumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa sruktur alam semesta, rancangan tata surya,
hukum-hukum fisika dan keadaan seimbang semuanya diciptakan Tuhan
11
. Allah mengajak kepada manusia untuk mempertimbangkan kebenaran
ini dalam ayat berikut:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah
membinanya, Dia
meninggikan bangunannya
lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan
menjadikan siangnya terang benderang. dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya
”
12
Menurut M. Quraish Shihab, dalam ayat tersebut Allah Swt menunjukan bukti kuasa-Nya yang dapat ditarik dari alam raya. Allah
berfirman sekaligus “bertanya” dengan tujuan mengecam bahwa penciptaan
9
QS. An Nahl : 12
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 7, hal. 198.
11
Harun yahya, The Creation of The Universe, London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000, cet. I, hal. 2
12
QS. An Nazi’at : 27- 30
langit lebih sulit dari pada penciptaan manusia. Ayat ini menjelaskan kuasanya mengenai penciptaan langit yang kokoh dan harmonis. Dia
meninggikan bagunannya sehingga langit menjadi bagaikan atap bagi Bumi, dan juga meninggikan gugusan-gugusan bintangya lalu menyempurnakannya
sehingga menjadi padu tanpa sedikit ketimpanganpun dan jarak pun menjadi sesuai untuk menunjang kehidupan di bumi. Kata samkahâ terambil dari kata
As-samk yang dari segi bahasa antara lain diartikan atap atau jarak antara bagian atas sesuatu dan bagian bawahnya. Para ulama memahami kata
tersebut sebagai bermakna jarak antara Bumi dan benda langit lainnya sehingga kehindupan di bumi bisa berlangsung dengan nyaman.
13
Sementara Hamka dalam tafsirnya mengambil pendapat dari ulama tafsir lain yaitu, Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir juz’ammanya
menjelaskan tentang ayat ini: “Bagunan itu menggabungkan sudut-sudut yang tersebar keseleruh
penjuru hingga jadi satu kesatuan, terikat demikian rapat dalam satu bangunan. Demikian Allah swt mengatur bintang-bintang. Sama
sekali terletak ditempat yang teratur dan seimbang diantara hunbungan yang satu dengan yang lain; semua berjalan dijalannya
sendiri,”
14
Senada dengan pernyataaan di atas seorang ilmuwan bernama George Watherill dalam karyanya
“how special Jupiter is” : “Tanpa planet besar yang dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter,
bumi tentunya telah ditabrak ribuan kali lebih sering oleh komet atau
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 15, hal. 44.
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000, Cet. Ke-3, Juz. 30, hal. 36
meteor serta serpihan antar planet. Jika saja tanpa Yupiter, kita tidak mungkin ada untuk mempelajari asal-
usul tata surya”
15
Dari pernyataan-peryataan para ulama tafsir dan ilmuwan bahwa benarlah memang tanpa disadari oleh sebagian manusia bumi telah diciptakan
khusus untuk menunjang sebuah kehidupan bgai manusia dan mhaluk lainya. Keberadaan planet Bumi yang tepat pada posisi dimana sebuah kehidupan
bisa berlangsung sebagai mana Allah Swt dalam firman-Nya telah menempatkan Bumi diposisi yang sangat begitu teliti sehingga belengsung
kehidupan yang nyaman. Ini menjadi sebuah jawaban besar akan kebenaran-Nya dan
keberadaan-Nya melalui firman-Nya di dalam a l Qur’an yang ditunjukan bagi
kaum yang mau memikirkan ciptaan-Nya termasuk dalam keseimbangan penciptaan bumi.
Tidak diragukan lagi al Qur’an menegaskan tanpa ragu bahwa seluruh ciptaan merupakan satu kesatuan yang mematuhi hukum tunggal dari Maha
pencipta. Jika tidak demikian maka tidak mungkin ada keseimbangan, keserasian serta pertimabangan yang sempurana. Kerjasama dan kesesuaian
antara berbagai bagaian alam semesta, dan semuanya berfungsi dalam keharmonisan yang saling menlengkapi tugas antara yang satu dan yang
lain.
16
Keseimbangan penciptaan juga terdapat dalam penciptaan planet Bumi. Bumi merupakan planet dengan atmosfer yang ramah, kondisi
15
Harun yahya, The Creation of The Universe, London: Ta-Ha publisher Ltd, 2000, cet. I, hal. 68
16
Afzalur Rahman, Al- Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj.H. M. Arifin, Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992, cet. II, hal. 51.
permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak tepat pada matahari, tampak telah dirancang secara khusus
untuk tempat hidup. Keseimbangan yang terdapat dalam penciptaan bumi merupakan
sebuah tanda dari kebesaran Allah swt. Maha besar Allah dalam firman-Nya :
“
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al Qur ’an itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
17
Selain itu, ada ayat lain yang menyebutkan akan kebesaran Allah melalui penciptaan langit dan bumi dalam al Quran :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. ”
18
17
QS. Al Fushsilat : 53
18
QS. Ali Imran : 190
Ini menandakan terdapat keselarasan atau tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat dihuni oleh manusia dan mahluk
lainnya. Penulis mencoba menelisik lebih jauh akan tanda-tanda yang terdapat dalan keseimbangan penciptaan Bumi melalui penafsiran para ulama tafsir
dan ilmuwan, sehingga bisa menghasilkan sebuah kesimpulan akan kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan Bumi sehingga dapat
menopang kehidupan. Penulis menganggap permasalahan ini menarik untuk dibahas karena
jarang sekali yang memikirkan akan ciptaan Allah yang sangat sempurna ini yaitu Bumi sehingga bisa dihuni oleh manusia. Pembahasaan ini pula dapat
menambah keyakinan kepada Allah melalui sisi lain akan sebuah keyakinan. Berdasarkan deskripsi di atas, penulis akan mengadakan penelitian
tentang
“KESEIMBANGAN PENCIPTAAN
BUMI DALAM
PERSPEKTIF ALQUR’AN DAN SAINS”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah