21
3.6 Metode Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yakni dengan menentukan sampel atau responden yang di anggap dapat
mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh atau merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah.
Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik
ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
3.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara
22
resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuisioner
Para penduduk yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi
dari keompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi kabupatenkota di Kota Padangsidimpaun.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi sampel adalah meggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran atau
keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupatenkota di Kota Padangsidimpuan tahun 2014.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi kabupatenkota di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014 meliputi analisis
deskriptif dan Analytical Hierarchy Process AHP. Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain sebagai berikut
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan gambaran
23
mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupatenkota di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014. Analisis data disajikan
dalam bentuk tabulasi, gambar chart dan diagram.
2. Analytical Hierarchy Process AHP
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor variable dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupatenkota di Kota
Padangsidimpuan pada tahun 2014. Proses pemberian indikator dan sub-indikator variabel dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP
melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu. Pembobotan ini dilakukan dengan persepsi
manusia sehingga dapat menggambarkan hasil yang sebenarnya.AHP juga mampu memberikan prioritas alternative dalam pertimbangan dan preferensif setiap
responden Saaty, dalam hidayat, 2012 . Metode Analytical Hierarchy Process AHP awalnya dikembangkan oleh
Prof.Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekita tahun 1970. Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternative
dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alernatif. Disini
diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi
oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan. Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
24
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran
aktual atau skala data yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif
atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya,
menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy Process AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks tidak terstruktur, strategi dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan
varibel dalam suatu hirarki tingkatan. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak multicritcria, struktur
masalah yang belum jelas, ketidak pastian pendapat dari pengambilan keputusan, pengambilan keputusan lebih dari satu orang, serta ketidak akuratan data yang
tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur satu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode
ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi
25
hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara instuitif sebgaimana yang dipersentasikan pada pertimbangna yang telah dibuat.Selain itu AHP juga memiliki
perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen strukturnya.
Analyticl Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan
berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah K kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1k kali lebih penting
dari A. 2.
Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam
hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat. 3.
Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan complete hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna inclomplete
hierarchy 4.
Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data
kuantitatif maupuan yang bersifat kualitatif. Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah berikut : 1.
Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
26
2. Membuat struktur hirarki yang di awali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di rangking. 3.
Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4.
Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsiten maka
pengambilan data preferensi perlu di ulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan
matlab maupun dengan manual. 6.
Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan
dalam penentu prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tertentu.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0,15 maka
penilaian harus diulang kembali.
27
Rasio konsistensi CR merupakan batas ketidakkonsistenan inconsistency rasio Konsistensi CR dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi RI. Angka
pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana:
Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain
Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya Prioritas alternative terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking
yang di cari dalam Analyitical Hierarchy Process AHP ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP ada beberapa prinsip
yang harus dipahami antara lain :
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok,kemudian elemen-elemen tersebut disusunn secara
hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.
Sebagian besar masalah menjadi untuk diselesaikan karena proses pemecahannya
dilakukan tanpa memandang sebagai suatu sistem dengn suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan
tersebut.Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen
28
homogen. Semua elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman
tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan
yang akan diambil. Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan
permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut : 1.
Minimum
Jumlah kritria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2.
Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang dan harus dihindarkan pengulangan kriteria
untuk suatu maksud yang sama. 3.
Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4. Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunkasikan.
b. Comparative Judgment