Kesimpulan Saran Sejarah Rokok

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tekanan darah yang tinggi dijumpai pada kelompok mahasiswa yang merokok sebesar 23,9. 2. Nilai frekuensi nadi tinggi dijumpai pada kelompok yang merokok sebesar 8,7. 3. Hasil penelitian berdasarkan analisis Uji Chi-Square menunjukkan ada perbedaan yang signifikan nilai tekanan darah dan frekuensi nadi antara kelompok mahasiswa merokok dan tidak merokok di Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2011.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan nilai tekanan darah dan frekuensi nadi antara mahasiswa merokok dengan tidak merokok di FK USU angkatan 2011, maka dapat disarankan hal-hal berikut : 1. Kepada perokok, agar berhenti merokok, mengingat dampak negatif yang ditimbulkan. 2. Jika masih merokok, agar memilih tempat khusus untuk perokok. 3. Agar dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis rokok dan cara hisap rokok yang berbeda dalam menimbulkan gangguan kesehatan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Rokok

Kebiasaan merokok ditemukan oleh Christopher Columbus pada saat beliau menemukan benua Amerika pada tahun 1518. Kebiasaan merokok merupakan hal yang lazim dilakukan di benua tersebut. Perjalanan Columbus tersebut ke benua Amerika bersama dengan para pelaut Sepanyol sehingga kebiasaan merokok secara otomatis menular kepada para pelaut Sepanyol dalam setiap perjalanan mereka di laut tengah maupun dalam perjalanan mereka ke Eropa Selatan. Eropa Utara baru mengenal rokok pada tahun 1850, yakni pada saat tentera Inggris pulang dari peperangan yang dikenal dengan nama ‘Crimean War’ dengan membawa rokok dalam genggaman mereka. Kebiasaan merokok di Amerika Serikat bisa dibilang masih baru, yakni baru menyebar pada tahun 1865 sedangkan Eropa telah lama mengenalnya. Kebiasaan merokok semakin meningkat pada masa itu diakibatkan oleh persepsi yang salah bahwa menghisap daun tembakau merupakan salah satu bentuk pengobatan dengan tumbuhan dan dedaunan. Maka tak heran pada masa itu, para tabib dan dokter memerintahkan pasiennya untuk merokok yang dipercaya dapat mengobati penyakit yang mereka derita. Munculnya kebiasaan merokok di negara-negara Arab dan Islam pada akhir abad 10 Hijriah. Kebiasaan ini mereka kenal dari orang Yahudi dan Nasrani yang datang ke negara mereka. Masyarakat Mesir baru mengenal rokok sekitar tahun 1601 atau 1603. Orang pertama yang memperkenalkannya adalah Ahmad bin Abdullah Al-Kharijy. 10 Menurut buku “Babad Ing Sangkala”, tembakau telah masuk dan ditanam di Pulau Jawa pada masa akhir pemerintahan Panembahan Senopati di Mataram sekitar tahun 1600-an. Pada tahun 1830, terjadi penanaman tembakau khususnya tembakau cerutu atau vorstenland secara besar-besaran di Indonesia pada zaman Van Den Bosch melalui Culturstelsel, di sekitar Semarang, Jawa Tengah. Pada saat itu tembakau memang sangat dibutuhkan oleh pabrik-pabrik cerutu besar Universitas Sumatera Utara yang berada di Eropa. Anehnya, walaupun orang-orang Belanda dan Eropa menyukai cerutu dan rokok putih Tembakau Virginia, namun kedua jenis rokok ini tidak begitu diminati oleh mayoritas orang Jawa. Pada zaman itu cerutu hanya beredar dan dimiliki oleh orang-orang Belanda dan juga keluarga keraton. Cerutu juga dijadikan sebagai simbol status bangsawan oleh orang-orang Belanda, Eropa dan keluarga keraton. Dikabarkan juga para aristokrat Melayu di zaman itu juga sudah menggemari rokok cerutu. Demikian juga dengan bangsawan Aceh dan para sultas di Banten. Utusan-utusan VOC yang berkunjung ke Mataram 1622-1623 mengisahkan sultan Agung juga merokok cerutu saat menyambut tamu-tamunya. Sementara rakyat pribumi, lebih menyukai rokok dengan bumbu lokal uwur, klembak, menyan dan belakangan dicampur cengkeh, yang akhirnya berkembang menjadi rokok kretek pada saat ini. 24

2.2. Jenis-jenis Rokok