memiliki frekuensi nadi normal. Sementara, dari 16 orang 34,8 mahasiswa yang merokok lebih dari tiga tahun, 12 orang 26,1 memiliki frekuensi nadi
normal dan 4 orang 8,7 lagi memiliki frekuensi nadi yang tinggi. Hasil uji hipotesis Pearson Chi Square didapati nilai P-value sebesar 0,016.
Frekuensi nadi mahasiswa berdasarkan jumlah batang rokok perhari diperoleh hasil dari 10 orang 21,7 mahasiswa yang merokok 10-12 batang
perhari, 7 orang 15,2 memiliki frekuensi nadi yang normal dan 3 orang 6,5 lagi memiliki frekuensi nadi yang tinggi. Sementara, dari 13 orang 28,3
mahasiswa yang merokok lebih dari 13 batang perhari, 12 orang 26,1 memiliki frekuensi nadi yang normal dan 1 orang 2,2 lagi memiliki frekuensi nadi yang
tinggi. Hasil uji hipotesis Pearson Chi Square didapati nilai P-value sebesar 0,019.
5.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, berdasarkan karakteristik responden diperoleh kelompok yang merokok dengan lama merokok lebih dari tiga tahun merupakan
terbesar yaitu sebanyak 16 orang 34,8 mahasiswa. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa hampir 70 perokok di
Indonesia mulai merokok setelah mereka berumur 18 tahun. Banyaknya perokok pemula di kalangan remaja mungkin karena mereka belum mampu menimbang
bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin. Sebagian besar perokok berusia muda, yakni 44 perokok usia 10-19 tahun dan
37 usia 20-29 tahun.
16
Di samping itu, berdasarkan jumlah batang rokok perhari, kelompok yang terbesar adalah kelompok yang merokok lebih dari 13 batang rokok perhari yaitu
sebanyak 13 orang 28,3 mahasiswa. Berdasarkan kategori menurut kebiasaan merokok, keadaan ini termasuk ke dalam kategori perokok berat. Hal ini
disebabkan, nikotin yang terdapat dalam rokok merupakan zat atau bahan senyawa yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan.
2
Berdasarkan hasil analisis nilai tekanan darah, dapat dilihat 11 orang 23,9 mahasiswa memiliki tekanan darah tinggi dan seluruhnya dari kelompok
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa yang merokok. Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding
arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak arterosklerosis. Hal ini terutama disebabkan nikotin dapat merangsang saraf simpatis sehingga
memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang terkandung di dalam rokok dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
28
Berdasarkan lama merokok, kelompok yang merokok lebih dari tiga tahun yaitu sebanyak 11 orang 23,9 mahasiswa, seluruhnya memiliki tekanan darah
tinggi. Semakin lama seseorang memiliki kebiasaan merokok, maka semakin tinggi kemungkinan menderita hipertensi.
25
Dampak rokok memang akan terasa setelah 10-20 tahun pasca penggunaan. Rokok juga punya dose-response effect,
artinya semakin muda usia mulai merokok, semakin sulit untuk berhenti merokok, maka semakin lama seseorang akan memiliki kebiasaan merokok. Hal ini
menyebabkan semakin besar pula resiko untuk menderita hipertensi.
4
Kelompok terbesar yang memiliki tekanan darah tinggi berdasarkan jumlah batang rokok perhari adalah kelompok yang merokok lebih dari 13 batang
rokok perhari yaitu sebanyak 6 orang 13 mahasiswa. Dalam penelitian Cohort prospektif oleh Bowman, 2007 di Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussets terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51 subyek tidak merokok, 36 merupakan perokok pemula, 5 subyek
merokok 1-14 batang rokok per hari dan 8 subyek yang merokok lebih dari 15 batang per hari. Subyek lalu diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang per hari.
3
Uji statistik Chi Square pada penelitian ini diperoleh nilai p-value 0,05, hal ini menunjukkan ada perbedaan nilai yang signifikan antara riwayat merokok,
lama merokok dan jumlah batang rokok perhari dengan tekanan darah. Berdasarkan hasil analisis data frekuensi nadi, dapat dilihat 4 orang 8,7
mahasiswa yang merokok memiliki frekuensi nadi tinggi. Peningkatan kadar CO
Universitas Sumatera Utara
dalam darah menyebabkan peningkatan saturasi karboksihemoglobin dalam darah yang dapat menurunkan saturasi oksihemoglobin. Hal ini menyebabkan, transpor
oksigen ke jaringan berkurang, sehingga menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan meningkatkan frekuensi nadi agar suplai oksigen ke jaringan
tetap terpenuhi.
8
Selain itu, berdasarkan lama merokok pula, kelompok yang memiliki frekuensi nadi tinggi adalah kelompok yang merokok lebih dari tiga tahun yaitu
sebanyak 4 orang 8,7 mahasiswa. Salah satu mekanisme yang menjelaskan efek rokok terhadap peningkatan frekuensi nadi adalah peningkatan konsentrasi
nikotin dalam darah. Nikotin akan masuk ke dalam tubuh ketika merokok tembakau. Nikotin merupakan salah satu substansi agonis asetilkolin ACh,
namun dalam jangka waktu yang lama nikotin akan bertindak seperti substansi antagonis. Tingginya kadar nikotin dalam otak dapat menimbulkan kerusakan
otak dan adiksi serta dapat merangsang sistem saraf autonom sehingga mempengaruhi fungsi sistem saraf autonomy. Nikotin juga akan merangsang
pelepasan katekolamin sehingga akan merangsang saraf simpatis, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan frekuensi nadi.
21
Kelompok yang memiliki frekuensi nadi tinggi, berdasarkan jumlah batang rokok perhari adalah kelompok yang merokok lebih dari 10 batang rokok yaitu
sebanyak 4 orang 8,7 mahasiswa. Maka pada perokok yang menghisap lebih dari 10 batang per hari akan merasakan dampak lebih cepat dibanding dengan
perokok yang hanya menghisap kurang dari 10 batang per hari. Rokok juga mempunyai dose-response effect, dimana semakin muda usia merokok, akan
semakin besar pula pengaruhnya karena akan semakin banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuhnya sehingga pada kurun waktu yang lama, dosis racun
akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.
22
Uji statistik Chi Square pada penelitian ini diperoleh nilai p-value 0,05, hal ini menunjukkan ada perbedaan nilai yang signifikan antara riwayat merokok,
lama merokok dan jumlah batang rokok perhari dengan frekuensi nadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan