1. Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2003 – 2009
Hasil klasifikasi penutupan lahan pada tahun 2003 dan tahun 2009 menunjukkan bahwa ada beberapa tutupan lahan yang mengalami perubahan
luasan lahan. Hal ini terlihat dari adanya perubahan jumlah luasan dari beberapa tutupan lahan. Perubahan tutupan lahan hutan lahan kering sekunder menjadi
semak belukar, tanah terbuka, dan pertanian lahan kering sebesar 585,23 Ha. Kemudian perubahan lahan hutan tanaman menjadi semak belukar, tanah terbuka
dan pertanian lahan kering sebesar 3.996,67 Ha. Selanjutnya perubahan lahan semak belukar menjadi hutan tanaman, tanah terbuka, dan pertanian lahan kering
sebesar 2.172,24 Ha. Perubahan lahan tanah terbuka menjadi hutan tanaman, semak belukar, dan pertanian lahan kering sebesar 3.055,15 Ha. Kemudian
perubahan lahan pertanian lahan kering menjadi hutan tanaman, semak belukar, dan tanah terbuka sebesar 1.501,53 Ha. Perubahan lahan pertanian lahan kering
campur semak menjadi hutan tanaman, semak belukar, pertanian lahan kering sebesar 21.394,24 Ha dan terakhir perubahan lahan sawah menjadi pertanian
lahan kering sebesar 252,06 Ha Gambar 9. Tabel 4 menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan seperti hutan lahan
kering primer, permukiman, tubuh air dan rawa tidak mengalami perubahan sama sekali dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 seperti yang terlihat pada
Gambar 10. Pengurangan maupun penambahan jumlah luasan beberapa dari tipe tutupan lahan yang terbesar seperti perubahan lahan pertanian lahan kering
campur semak menjadi pertanian lahan kering disebabkan oleh aktivitas manusia untuk membuka lahan pertanian yang baru dan untuk kepentingan beberapa pihak
yang mengelola pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2003 -2009
2.000 4.000
6.000 8.000
10.000 12.000
14.000 16.000
18.000
Tutupan Lahan Luas Ha
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Perubahan Luas Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2003-2009
Hutan Lahan Kering Primer HLKP 38.362,38
38.362,38 10,09
Hutan Lahan Kering Sekunder HLKS 129.829,24
115,65 32,58
437,00 130.414,47
34,30 Hutan Tanaman HT
19.935,37 1.877,82
951,78 1.167,07
23.932,04 6,29
Semak Belukar SB 1.872,24
27.019,01 59,73
240,27 29.191,25
7,68 Permukiman P
52,98 52,98
0,01 Tanah Terbuka TT
1.590,27 1.346,96
2.618,79 117,93
5.673,94 1,49
Tubuh Air TA 0,001
0,001 0,00
Pertanian Lahan Kering PLK 641,03
85,41 775,10
105.673,18 107.174,71
28,19 Pertanian Lahan Kering Campur Semak PLKCS
31,60 5.737,04
15.625,60 8.121,36
29.515,61 7,76
Sawah S 252,06
14.806,73 15.058,79
3,96 Rawa R
814,08 814,08
0,21 Total Luas Tahun 2009 Ha
38.362,38 129.829,24
24.070,50 36.181,89
52,98 4.437,99
0,001 123.513,11
8.121,36 14.806,73
814,08 380.190,25
100,00 Perubahan Tutupan Ha
0,00 -585,23
138,46 6.990,64
0,00 -1.235,95
0,00 16.338,40
-21.394,25 -252,06
0,00 Perubahan Tutupan
0,00 -0,45
0,58 23,95
0,00 -21,78
0,00 15,24
-72,48 -1,67
0,00 Ket : Tanda + mengindikasikan adanya penambahan jumlah luasan dan tanda - mengindikasikan adanya pengurangan jumlah luasan
Warna merah mengindikasikan luas tutupan yang tidak mengalami perubahan dan warna hitam mengindikasikan luas tutupan yang mengalami perubahan Tutupan Lahan Tahun 2009
Pertanian Lahan Kering
Pertanian Lahan Kering Campur
Semak Sawah
Rawa Total Tahun
2003 Luas Ha
Proporsi Tutupan Lahan Tahun 2003
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
Hutan Tanaman
Semak Belukar
Permukiman Tanah
Terbuka Tubuh
Air
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Peta Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2003-2009
Universitas Sumatera Utara
Selain berubah dari lahan pertanian lahan kering campur semak sebesar 15.625,60 Ha, lahan pertanian lahan kering juga meningkat luasnya yaitu dari
lahan hutan lahan kering sekunder sebesar 437,00 Ha, dari hutan tanaman sebesar 1.167,07 Ha, dari semak belukar sebesar 240,27 Ha, dari tanah terbuka sebesar
117.93, dan dari sawah sebesar 252,06 Ha Gambar 10. Adanya perubahan tutupan lahan di Kabupaten Tapanuli Utara disebabkan
oleh aktifitas masyarakat dan kebutuhan ekonomi untuk mengelola lahan menjadi lahan pertanian karena sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian.
Sesuai dengan pernyataan Wijaya 2004 yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penutupan lahan diantaranya adalah pertumbuhan
penduduk, mata pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah
berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di bidang pertanian memungkinkan terjadinya
perubahan penutupan lahan. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong
penduduk untuk melakukan konversi lahan pada berbagai penutupan lahan. Selain itu kurangnya sosialisasi maupun kesadaran masyarakat akan
keberadaan hutan juga menjadi faktor penyebab masyarakat tidak melakukan pengelolaan lahan yang baik. Rustiadi 2001 menyatakan bahwa untuk memacu
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya
sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang
berkualitas tinggi menjadi berkurang.
Universitas Sumatera Utara
2. Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009 – 2015