Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009 – 2015

2. Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2009 – 2015

Hasil klasifikasi penutupan lahan di Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2009-2015 mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan tutupan lahan yang terbesar adalah tutupan lahan hutan tanaman menjadi tanah terbuka dengan luasan sebesar 4.375,77 Ha yang dapat dilihat pada Gambar 11. Sehingga pertambahan untuk luasan tanah terbuka pada kurun waktu 2009-2015 menjadi 5,051.25 Ha. Perubahan tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Penutupan lahan hutan lahan kering sekunder juga mengalami perubahan luasan menjadi semak belukar yaitu sebesar 967,80 Ha. Selain perubahan di atas, tutupan lahan hutan lahan kering primer mengalami perubahan menjadi menjadi semak belukar sebesar 41,07 Ha, hutan lahan kering primer menjadi tanah terbuka sebesar 2,42 Ha, hutan lahan kering sekunder menjadi tanah terbuka sebesar 948,24 Ha, hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering sebesar 528,49 Ha, hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 111,60 Ha, hutan lahan kering sekunder menjadi sawah sebesar 68,40 Ha, hutan tanaman menjadi semak belukar sebesar 215,74 Ha, hutan tanaman manjadi pertanian lahan kering sebesar 476,34 Ha, semak belukar menjadi tanah terbuka sebesar 24,87 Ha, semak belukar menjadi bandara sebesar 12,91 Ha, tanah terbuka menjadi hutan tanaman sebesar 32,04 Ha, tanah terbuka menjadi semak belukar sebesar 298,96 Ha, pertanian lahan kering menjadi hutan tanaman sebesar 72,22 Ha, pertanian lahan kering manjadi tanah terbuka sebesar 30,95 Ha dan pertanian lahan kering menjadi bandara sebesar 54,42 Ha. Persentase perubahan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Universitas Sumatera Utara Gambar 11. Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009-2015 0,000 500,000 1.000,000 1.500,000 2.000,000 2.500,000 3.000,000 3.500,000 4.000,000 4.500,000 5.000,000 Luas Ha Perubahan Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Perubahan Luas Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009-2015 Hutan Lahan Kering Primer HLKP 38.318,89 41,07 2,42 38.362,38 10,09 Hutan Lahan Kering Sekunder HLKS 127.204,71 967,80 948,24 528,49 111,60 68,40 129.829,24 34,15 Hutan Tanaman HT 19.002,64 215,74 4.375,77 476,34 24.070,50 6,33 Semak Belukar SB 36.144,11 24,87 12,91 36.181,89 9,52 Permukiman P 52,98 52,98 0,01 Tanah Terbuka TT 32,04 298,96 4.106,99 4.437,99 1,17 Tubuh Air TA 0,001 0,001 0,00 Pertanian Lahan Kering PLK 72,22 30,95 123.355,53 54,42 123.513,11 32,49 Pertanian Lahan Kering Campur Semak PLKCS 8.121,36 8.121,36 2,14 Sawah S 14.806,73 14.806,73 3,89 Rawa R 814,08 814,08 0,21 Total Luas Tahun 2015 Ha 38.318,89 127.204,71 19.106,90 37.667,68 52,98 9.489,23 0,001 124.360,36 8.232,96 14.875,13 814,08 67,33 380.190,25 100,00 Perubahan Tutupan Ha -43,48 -2.624,53 -4.963,60 1.485,79 0,00 5.051,25 0,00 847,25 111,60 68,40 0,00 67,33 Perubahan Tutupan -0,11 -2,02 -20,62 4,11 0,00 113,82 0,00 0,69 1,37 0,46 0,00 Ket : Tanda + mengindikasikan adanya penambahan jumlah luasan dan tanda - mengindikasikan adanya pengurangan jumlah luasan Warna merah mengindikasikan luas tutupan yang tidak mengalami perubahan dan warna hitam mengindikasikan luas tutupan yang mengalami perubahan Sawah Rawa Bandara Total Tahun 2009 Luas Ha Tutupan Lahan Tahun 2009 Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman Semak Belukar Tutupan Lahan Tahun 2015 Proporsi Permukiman Tanah Terbuka Tubuh Air Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Semak Universitas Sumatera Utara Gambar 12. Peta Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009-2015 Universitas Sumatera Utara Tanah terbuka merupakan tutupan lahan yang paling banyak mengalami peningkatan pertambahan luasannya pada periode tahun 2009-2015. Nugroho dan Prayogo 2008 berpendapat bahwa merosotnya kualitas lingkungan dan sumberdaya alam diikuti oleh peningkatan perubahan lahan, khususnya dari hutan ke pertanian kemudian diikuti oleh perluasan pertanian, baik secara terencana maupun spontanitas dari masyarakat. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, perubahan tutupan lahan hutan menjadi tanah terbuka disebabkan oleh pembukaan wilayah hutan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di sekitar hutan yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan untuk kepentingan beberapa pihak pengusaha hutan maupun pertanian. Gambar 13. Tipe Tutupan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara berupa Hutan Tanaman Gambar 14. Kondisi Pembukaan Lahan yang berubah menjadi Tanah Terbuka Universitas Sumatera Utara Tabel 6 menunjukkan bahwa batas kawasan hutan menurut SK Menhut No. 579 Tahun 2014 jika dibandingkan dengan peta penutupan lahan tahun 2015 berbeda. Menurut SK Menhut No. 579 Tahun 2014 kawasan hutan dibagi atas 5 yaitu Air seluas 0,005 Ha, Areal Penggunaan Lain APL seluas 163.130,92 Ha, Hutan Lindung HL seluas 122.943,09 Ha, Hutan Produksi seluas 43.821,66 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 48.416,83 Ha, dan Hutan Suaka Alam seluas 1.877,75 Ha. Tetapi pada peta tutupan lahan tahun 2015, Hutan Lindung HL berubah bentuk menjadi menjadi hutan tanaman sebesar 1.264,24 Ha, semak belukar sebesar 8.965,79 Ha, tanah terbuka sebesar 1.266,97 Ha, pertanian lahan kering sebesar 9.387,97 Ha, pertanian lahan kering campur semak sebesar 686,22 Ha, sawah sebesar 1.024,54 Ha, dan rawa sebesar 5,98 Ha. Demikian juga halnya dengan kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan suaka alam. Hutan produksi menurut SK Menhut No. 579 Tahun 2014 merupakan semak belukar, tanah terbuka, pertanian lahan kering serta campur semak, dan sawah. Hanya sebesar 24.501,59 Ha yang merupakan hutan, sementara 19.320,07 Ha merupakan bukan lahan hutan. Tidak jauh berbeda dengan hutan produksi, hutan produksi terbatas menurut SK Menhut No. 579 Tahun 2014 juga berbeda dengan keadaan di lapangan. Akan tetapi sebagian besar kawasan hutan produksi terbatas yaitu sebesar 31.969,63 Ha masih merupakan tutupan berupa hutan dan sisanya yaitu sebesar 7.089,16 Ha merupakan tutupan lahan berupa lahan pertanian dan sawah. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa hutan suaka alam sebagian besar juga tetap merupakan hutan menurut data di lapangan yaitu sebesar 1.874,22 Ha sedangkan sisanya yaitu sebesar 3,53 Ha merupakan lahan semak belukar. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Perbandingan SK.579Menhut-II2014 dengan Tutupan Lahan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 Air 0,000 0,002 0,000 0,002 0,001 0,005 Areal Penggunaan Lain APL 11,77 20.735,48 3.740,85 15.707,85 52,98 1.836,03 0,001 102.263,36 4.096,54 13.810,62 808,10 67,33 163.130,92 Hutan Lindung HL 35.989,34 64.352,05 1.264,24 8.965,79 1.266,97 9.387,97 686,22 1.024,54 5,98 122.943,09 Hutan Produksi HP 496,42 11.154,45 12.850,72 4.314,26 5.704,44 7.632,54 1.664,86 3,96 43.821,66 Hutan Produksi Terbatas HPT 1.821,36 28.897,18 1.251,09 8.676,24 681,80 5.076,49 1.976,67 36,00 48.416,83 Kawasan Suaka Alam KSA 1.874,22 3,53 1.877,75 Total 38.318,89 127.013,38 19.106,90 37.667,68 52,98 9.489,23 0,001 124.360,36 8.424,29 14.875,12 814,08 67,33 380.190,25 Pertanian Lahan Kering Campur Semak Sawah Rawa Bandara Total Permukiman Tanah Terbuka Tubuh Air Pertanian Lahan Kering Kawasan Hutan SK.579Menhut-II2014 Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman Semak Belukar Universitas Sumatera Utara Gambar 15. Peta Overlay Kawasan Hutan berdasarkan SK.579Menhut-II2014 pada Peta Tutupan Lahan Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara Pada periode tahun 2009-2015 terdapat jenis tutupan lahan yang baru yaitu bandara seluas 67,33 Ha. Sebelumnya sebesar 12,91 Ha lahan tersebut adalah merupakan lahan semak belukar dan sebesar 54,41 Ha adalah merupakan pertanian lahan kering. Menurut PP No. 10 Tahun 2012, lokasi bandara ditetapkan oleh Menteri dengan beberapa pertimbangan yaitu keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar udara dan kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan pengoperasian serta kelayakan lingkungan. Adanya tutupan lahan yaitu bandara ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk mempermudah akses menuju daerah wisata Danau Toba dan daerah Tapanuli sekitarnya. Berdirinya bangunan Bandara Silangit ini diharapkan dapat mendongkrak laju pertumbuhan eknonomi daerah yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Utara. PT Angkasa Pura II bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengembangan Bandara Silangit. Gambar 16. Tipe Tutupan Lahan berupa Bandara di Kabupaten Tapanuli Utara Universitas Sumatera Utara

3. Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2003-2015