xxxviii
BAB 5 PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknikpurposive samplingdan
jumlah sampel yang diperoleh yang memenuhi kriteria inklusi adalah 34 orang.
Peneliti memilih melakukan pengukuran dari akar palatal kearah sinus maksilaris karenapada penelitian ini hasil radiografi panoramik digital dua dimensi
yang diteliti gambaran akar distobukal dan akar mesiobukal umumnya sering terlihat superimpose dengan akar palatal yang berada dibelakangnya sehingga sulit
diidentifikasi titik tertinggi apikal dan penelitian terdahulu yang dilakukan Vyas.s dkk menyatakan akar gigi M1 dan M2 memiliki jarak yang sangat dekat dengan
dinding sinus maksilaris 40 kasus, dimana akar palatal berada lebih dekat dengan dinding sinus maksilarisdaripada palatum pada20 kasus
Pada penelitian ini diperoleh bahwa pada regiokiri akar palatal gigi M1- 4.556mm berada pada posisi yang paling dekat dengan sinus maksilaris diikuti
dengan akar palatal gigi M2-3.926 mm dan seterusnya akar gigi P2 1.221 mm. Akar palatal gigi P1 3.162mm berada posisi yang paling jauh dengan sinus
maksilaris. Pada regio kanan pula akar palatal gigi M1 -4.512 mm berposisi paling dekat dengan antrum diikuti dengan akar palatal gigi M2 -3.494 mm, kemudian akar
gigi P2 1.462 mm dan diikuti dengan akar palatal gigi P1 3.232mm. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa akar palatal gigi molar M1 regio kanan
-4.556mm dan kiri -4.512mm yang memiliki jarak paling dekat dengan sinus maksilaris. Gigi P1 kiri 3.162mm dan kanan 3.232mm memiliki jarak yang paling
jauh dengan sinus maksilaris.Hasil penelitian ini berbedadengan peneliti Zainab AH dkk yang menyatakan bahwa apikal akar mesiobukal M2 yang terdekat dengan
sinusmaksilaris.
5
Zainab AH dkk menggunakan radiografi spiral CT-SCAN dan akar yang dipilih sebagai patukan untuk mengukur jarak diantara akar gigi dan sinus
Universitas Sumatera Utara
xxxix
maksilaris juga berbeda sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian ini.
5
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hamidreza dkk2015 yang menggunakan radiografi panoramik menyatakan bahwa
gigi M1 memiliki jarak yang lebih dekat dengan gigi yang lain berbanding gigi M2. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eberhardt
dkk, dan Pagin dkk serta Huang dkk menyatakan bahwaposisi akargigi M1 lebih sering memiliki resiko terprotrusi ke dalam sinus maksilaris dibandingkan gigi-geligi
posterior yang lain.
27
Hal ini juga didukung olehpeneliti Andrea Didilesu dkk yang menggunakan CT-scan menyatakan bahwa P1 berada paling jauh dengan sinus
maksilaris dan gigi dan paling dekat adalah gigi M1.
1
Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitianterdahulu dimana akar palatal gigi M1 yang telihat paling paling protrusi kedalam rongga sinus
maksilaris dan diperoleh bahwa gigi P1 terlihat paling jauh dari lantai sinus maksilaris.Secara anatomis gigi geligi yang paling dekat dengan sinus maksilaris
adalah M1 diikuti dengan M2,P2 dan P1.
1
Hal ini mungkin disebabkan oleh variasi kedalaman sinus maksilaris yang berhubungan dengan dimensi pembesaran sinus,
ukuran, tahap dan derajat pneumatisasi disertai dengan kedekatan apikal lateral gigi dengan dinding sinus dan berakhir dengan erupsi sempurna gigi M3,
9
yang menujukkan kedekatan gigi geligi posterior dengan sinus maksilaris.
3,1
Hasil penelitian ini memperlihatkanbahwa akar palatal gigi M1 kiri dan kanan, memiliki klasifikasi 3 dengan94.1. Akar palatal M2 kiri dan kanan memiliki
klasifikasi 3 dengan 91.2 pada kedua regio.Akar gigi P2 kiri memiliki klasifikasi 0 41.2 manakala pada regio kanan berklasifikasi 2 dengan persentase 38.2.Akar
P1 kiri dan kanan memiliki klasifikasi 0 dengan 61.8 pada regio kiri dan 73.5 pada regio kanan karena sehingga dapat dilihat bahwa akar gigi P1 berada paling jauh
dari sinus maksilaris.Pada penelitian ini didapati bahwa akar palatal M1 paling terproyeksi kedalam rongga sinus maksilaris dan akar palatal gigi P1 tidak
bersentuhan dengan batasan kortisol sinus maksilaris
Universitas Sumatera Utara
xl
Menurut Hamidreza dkk 2013 evaluasi hubungan juga menunjukkan bahwa hubungan yang paling sering diamati pada gigi molar pertama adalah klasifikasi 3
yang menunjukkan bahwa akar palatal terproyeksi kearah sinus maksilaris.
27
Menurut penelitian Zainab dkk bahwa gigi M2 memiliki klasifikasi 3, dan akar palatal P1
paling banyak memiliki klasifikasi 1. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.
Penelitian ini menunjukkan jarak diantara sinus maksilaris dan apikal akar gigi pada regio kanan dan kiri rahang atas tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan, demikian juga dalam hal klasifikasi pada regio kanan dan kiri. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh V.Nimigean dkk
2008 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan yang dijumpai secara statistik pada regio kiri dan kanan. Penelitian Obha dkk 2001 juga
menyatakan secara statistik tiada perbedaan yang signifikan yang dijumpai pada regio kiri dan kanan.
3
Hubungan anatomi diantara apikal akar gigi-geligi posterior dengan sinus maksilaris sangat kompleks, karena perluasan sinus yang bervariasi. Hubungan antara
apikal akar gigi dan dinding sinus maksilaris penting untuk membantu mendiagnosa dan rencana perawatan kedokteran gigi, diantaranya pada tindakan endodontik dan
bedah pada regio maksila. Hubungan antrum dan gigi ini dapat terganggu sewaktu melakukan pencabutan gigi,implan gigi diregio posterior rahang atas.
5
Universitas Sumatera Utara
xli
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN