xxviii Pengarang dalam menghasilkan karya-karya sastranya, memiliki cara dan
keunikan tersendiri karena pengarang mempunyai suatu kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan fantasinya untuk disusun dan
diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita tanpa terikat oleh apapun, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dan pandangannya karena pada dasarnya
pengarang itu juga merupakan anggota dari masyarakat.
1. Riwayat Hidup Pengarang
Dalam penelitian sebuah karya sastra pengarang merupakan hal yang cukup penting untuk ikut dikaji. Berhasil tidaknya suatu karya sastra
tergantung dari luas tidaknya wawasan yang dimilikinya. Kepiawaian dalam mengolah cerita serta kejelian pengamatan terhadap sendi-sendi kehidupan
yang amat kompleks. Karya sastra umumnya dibuat berdasarkan pengalaman hidup pengarang, namun bisa juga hasil pengamatannya terhadap kondisi
sosial yang terjadi disekitarnya. Oleh karena itu, segala aspek yang menyangkut diri pengarang perlu sekali untuk diperhatikan. Latar belakang
kehidupan keluarganya, pengarang dalam dunia kesastrawanannya, hubungan pengarang dengan pengarang yang lain. Hal ini penting mengingat banyak
kemungkinan yang terjadi tentang proses kelahiran karya sastra itu sendiri dengan kehidupan pengarang. Ada suatu hubungan kausal yang menyangkut
dirinya maupun orang lain sehubungan dengan eksistensinya dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, penulis akan menguak tentang kehidupan pengarang dan latar belakangnya membuat novel
xxix LLKR tersebut. Suparto Brata adalah seorang pengarang yang sangat
produktif. Di hampir semua media cetak berbahasa Jawa memuat karya- karyanya. Di usianya yang sudah tidak relatif muda lagi pengarang masih
terus berkarya. Suparto Brata lahir di RSUP Surabaya pada tanggal 27 Pebruari 1932. Istrinya bernama Rara Ariyati dan dikaruniai 4 orang anak
yang masing–masing bernama; Tatik Merapi Brata, Teratai Ayuningtyas, Neo Semeru Brata dan yang terakhir bernama Tenno Singgalang Brata. Dalam
sejarah kariernya, Suparto Brata pernah menjadi seorang pegawai Kantor Telegrap PTT di Surabaya 1952-1960, kemudian sempat juga menjadi
wartawan freelancer membantu beritaartikelfoto di Jaya Baya, Surabaya Post, Indonesia Raya, Sinar Harapan, Kompas, Suara Karya tahun 1968-
1988. Suparto Brata kemudian menjadi Pegawai Negeri Pemda II Kotamadya Surabaya, bagian hubungan masyarakat HUMAS tahun 1971-1988pensiun.
Hingga akhirnya menjadi pengarang merdeka hingga sekarang. Awal kepenulisannya sebenarnya sudah sejak lama. Suparto Brata mulai menulis
karya sastra dalam bahasa Jawa yaitu pada tahun 1958 ketika dia berhasil menjadi juara pertama dalam Sayembara menulis cerbung yang diadakan oleh
Panjebar Semangat. Setelah peristiwa itu, Suparto Brata akhirnya melanjutkan kesenangannya menulis sastra Jawa hingga sekarang.
2. Latar Belakang Penciptaan Novel LLKR