viii Hasil penelitian terhadap Novel LLKR ini diharapkan secara teoretis
dapat menambah wawasan mengenai isi, pengetahuan tentang sastra Jawa, terutama dalam struktur dan perspektif sosiologi sastra.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian terhadap Novel LLKR ini diharapkan secara praktis dapat: 1 Dimanfaatkan oleh para guru dalam menambah materi kesusastraan
dan pengajaran nilai patriotisme bagi para murid-murid. 2 Menambah khasanah penelitian sastra Jawa.
BAB II LANDASAN TEORI
Pengungkapan maksud dan tujuan sebuah karya sastra diperlukan semacam teori yang digunakan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian. Latar
masalah yang melingkupi perlu dipelajari untuk memperkuat sebuah teori, dan teori akan menjadi kuat apabila didukung oleh teori-teori yang lain yang
mempunyai latar yang sama. Menurut Moeliono, teori merupakan asas atau hukum-hukum umum yang menjadi dasar pijakan, pedoman, tuntunan suatu
ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, teori merupakan aturan tuntutan kerja untuk melakukan sesuatu dalam Sangidu, 2004: 13
A. PENGERTIAN PATRIOTISME
ix Patriotisme adalah paham dalam mencintai dan membela tanah air. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya
KBBI, 2007: 837. Semangat mencintai dan membela tanah air membuat seseorang menjadi pejuang yang kokoh, gigih dan tanpa pamrih.
Menurut M. Akbar Linggaprana bila didefinisikan patriotisme merupakan semangat kejuangan yang melahirkan rasa kebangsaan yang kokoh dengan tujuan
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia atas cita-cita dasar memiliki negara dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pengertian
patriotisme saat ini tidak hanya kerelaan berkorban di medan perang demi negara tercinta seperti yang dilakukan oleh para pahlawan pendiri bangsa. Pengertian
semacam ini memang mengandung kebenaran dan tentu saja tidak salah, namun demikian setelah merdeka tentu saja nuansa patriotisme saat ini bisa dimaknai
secara lebih luas, lebih dari sekedar kerelaan untuk berjuang, pengorbanan serta mati di medan perang seperti yang pernah dilakukan para pejuang pada zaman
perjuangan kemerdekaan dahulu dalam PUSJARAH TNI.Com yang diakses pada tanggal 24 mei 2010, pukul 21.00 Wib.
Menurut M Akbar Linggaprana, patriotisme dapat dibagi dalam dua pengertian, yaitu patriotisme buta dan patriotisme konstruktif. Patriotisme buta
didefinisikan sebagai sebuah keterikatan kepada Negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala sesuatu, loyal, dan tidak toleran terhadap kritik.
Patriotisme buta mempunyai ciri khas tidak memberikan kesempatan adanya evaluasi positif dan tidak menerima adanya kritik. Salah satu slogan patriotisme
buta yang sangat populer adalah pernyataan
right or wrong is my country.
Slogan
x semacam ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan kelompok bangsa harus
didukung sepenuhnya, terlepas dari benar atau salah. Sebagai akibatnya, sejarah telah mencatat berbagai konsekuensi buruk yang dihasilkan seperti pada saat
jaman Nazi-Jerman, Musssolini-Itali, atau negara-negara otoriter lain. Berbeda dengan patriotisme konstruktif. Patriotisme model ini lebih pada sebuah
keterikatan kepada bangsa dan Negara dengan lebih membuka kritik dan pertanyaan dari masyarakat, anggota kelompok dan individu terhadap berbagai
kegiatan yang dilakukan sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama. Meski begitu, M Akbar Linggaprana juga
menegaskan bahwa patriotisme konstruuktif juga menuntut kesetiaan anggota rakyat kelompoknya bangsa, namun tidak meninggalkan nilai-nilai
kemanusiaan. Kritik dan evaluasi bertujuan agar kelompoknya Negara tetap pada jalur yang benar.
Bangsa Indonesia telah mengenal patriotisme konstruktif sejak awal kemerdekaan dan memahami adanya dua faktor penting ini, yaitu mencintai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang dijabarkan dalam Pancasila. Seorang layak disebut patriot jika menjunjung dan mencintai kelompoknya baik
itu kelompok bangsa atau Negara, namun lebih dari itu juga harus menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Terkait dengan pelaksanaan pembangunan, patriotisme
konstruktif sangat cocok dengan kondisi dan budaya Indonesia yang telah ada sejak dahulu, yakni mencintai dan berkorban untuk Negara dengan falsafah
kejujuran dan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial.
B. PENGERTIAN NOVEL