100
5. Pemaknaan Ragam Hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Mangkunegaran
Dalam upaya memberikan pemaknaan terhadap ragam hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Mangkunegaran pendekatan hermeneutik digunakan sebagai
langkah untuk mencapai temuan makna dan nilai. Hermeneutik mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia.
Artinya kita melakukan Reinterpretasi yang telah dilakukan oleh pribadi atau kelompok manusia terhadap situasi mereka sendiri. Dalam mengungkap persoalan-
persoalan tersebut dibutuhkan suatu alat tafsir yang dapat mengucap substansi yang ada dalam makna simbolis tersebut.
Hermeneutik adalah proses penelaah isi dan maksud yang mengejawantah dari sebuah teks sampai kepada maknanya yang terdalam dan laten. Mangkunegaran dulu
merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram. Dalam istana Mangkunegaran tersebut terdapat banyak bangunan yang masing-masing bangunan tersebut mempunyai fungsi
yang berbeda-beda, terutama pada langit-langitnya terdapat beraneka ragam hias tersebut menyimbulkan kehidupan masyarakat Mangkunegaran. Ragam - ragam hias
tersebut mempunyai makna yang berbeda – beda antara yang satu dengan yang lainnya. Penggambarannya sesuai dengan kondisi masyarakat Mangkunegaran mulai
jaman Mangkunegoro sampai Mangkunegoro VII. Adapun makna ragam-ragam tersebut ada yang memberi teladan adapula yang
bersifat larangan sebagaimana digambarkan dibawah ini. Dalam Pemaknaan Pada Arah Mata Angin, yaitu penggambaran senjata para
Dewa dari dongeng Jawa Kuno yang masing masing senjata mempunyai makna dan watak yang berbeda-beda dari berbagai macam arah. Dengan demikian dimaksudkan
untuk kebaikan dari berbagai macam fungsi didalam kehidupan manusia. Motif
101
simbol atribut senjata para dewa pada ornamen Kumudawati diadaptasikan dari tokoh dewa dewi yang pada umumnya ada dalam pewayangan Jawa, diwakili delapan dewa
dewi penjaga arah mata angin. Dewa dewi tersebut awalnya diambil dari Pantheon Hindu, agama yang telah berkembang sebelum masuknya Islam. Simbol arah mata
angin yang berisikan ajaran dan sifat dari para dewa melalui senjata yang digunakan. Dari masing-masing gambar mempunyai makna filosofis dan simbolis yang
dimaksudkan untuk kebaikan atau jalan menuju kebenaran dunia. Masing-masing simbol semua mempunyai maksud kebaikan, kecuali Nagapasa yang merupakan
simbol kejahatan atau perbuatan yang tidak baik. Dalam Pemaknaan Pada Watak Hari Pasaran, adalah penggambaran watak
manusia dilihat dari hari pasaran atau
pitungan Jawa, yaitu Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon
yang masing – masing gambar mempunyai maksud yang berbeda-beda. Sistem perhitungan hari yang bersiklus lima panca warna atau dina lima itu umum
disebut pasaran. Pemaknaan dari berbagai macam gambar yang dihubungkan dengan dewa atau dewi menurut hari pasaran. Makna simbolisnya memiliki watak, karakter
atau sifat manusia yang berbeda-beda satu sama lain berdasarkan dewwa atau dewi penganut hari-hari pasaran tertentu. Kesemuanya berisi tentang larangan dan
tuntunan. Dalam Pemaknaan Pada Watak Tahun, ornament ini terletak di antara
ornamen simbol mata angin atribut senjata para dewa . Penggambarannya disesuaikan dengan corak Jawa Kuno. Ornamen ini memiliki kesamaan rupa zodiak
barat tetapi ada sedikit perbedaan. Simbol ini berisikan tentang watak yang dihitung dari Tahun Jawa pada hari pertama bulan Sura awal Tahun Baru Jawa. Dalam
pemaknaan digambarkan hewan yang masing-masing disimbolkan dengan awal tahun
102
baru yang jatuh pada hari-hari tertentu. Arti simbolisnya dihubungkan dengan kejadian-kejadian alam seperti hujan, panas, badai atau angin.
Dalam Pemaknaan Warna Pada Kumudawati, adalah penggambaran tentang delapan warna yang mempunyai kekuatan megis dalam kosmologi Jawa termasuk di
dalamnya terdapat warna- warna primer putih, hijau, merah, orange, kuning, hitam, biru dan ungu . Warna-warna tersebut Masing-masing warna diawali atau diakhiri
dengan istilah manik yang artinya mutiara atau zamrud berisi nasehat dan tuntunan kepada manusia untuk menuju jalan kebenaran yang diberikan Yang Maha
Kuasa. Dari kesemuanya memiliki makna simbolis adanya unsur kebaikan, pembenaran, penolakan yang tidak baik, meluruskan jalan yang benar. Adapun unsur
tuntunan dan saran, lebih mendominasi pada pemaknaan warna-warna pada Kumudawati ini.
6. Konsep hastabrata dan hastagina kaitan dengan bentuk ragam hias