37
3.2. Simbolisme Masyarakat Jawa
Bentuk simbolisme dalam budaya Jawa sangat dominan dalam segala hal dan dalam segala bidang. Maksud dan tujuan simbol kebudayaan masyarakat Jawa
sepanjang sejarahnya, mulai jaman prasejarah sampai sekarang ialah untuk sebagai tanda untuk memperingati suatu kejaian tertentu, agar segala peristiwa dapat
diketahui atau diingat kembali oleh masyarakat segenerasi maupun masyarakat generasi berikutnya, dipakai sebagai media dan peran dalam religinya. Simbol
tersebut tampak dalam berbagai upacara adat. Simbol simbol tersebut mempunyai makna yang dirangkai oleh pendahulu dan memunculkan tradisi untuk dipakai secara
turun temurun baik dimasyarakay maupun di Keraton Makna simbolisme dalam budaya Jawa Sukmawati, 2004 : 18-19 adalah sebagai
berikut : 1.
Kepercayaan orang Jawa terhadap Yang Maha Kuasa atau Tuhan, Yang Menciptakan Manusia dan alam seisinya, dan juga adanya dnia lain untuk
melanjutkan kehidupan dunia ini, yaitu alam dimana para arwah nenek moyang sekarang berada.
2. Karena berkembang budaya, simbol – simbol selalu mengalami pembaharuan
dari masa ke masa. Pembaharuan itu disesuaikan dengan kemajuan pengetahuan demi kepuasn batin dan rasa budaya manusia.
Pandangan hidup orang jwa lazim disebut
ngilmu
kejawen atau yang dalam kasusastraaan jawa dikenal pula sebagai
ngelmu
kasempurnaan Jawa.
Wejagangan
tentang ilmu kesempurnaan jawa ini termasuk ngelmu kebatinan. Kejawaen itu sebenarnya buka aliran agama, tetapi adapt kepercayaan, karena disana terdapat
ajaran yang berdasarkan kepercayaan terhadap Tuhan yang lebih tepatnya disebut
38 pandangan hidup orang Jawa. Mistik kejawen merupakan representasi upaya berfikir
filosofis masyarakat Jawa melalui mistik Kejawen dapat diketahui bagaimana manusia Jawa befikir tentang hidup, manusia, dunia dan Tuhan.
Masyarakat Jawa dalam setiap tindakannya selalu berdasarkan atas sikap tertentu yang dijabarkan dalam pelbagai ungkapan hidup. Hal itu ditunjukan oleh
ungkapan
ojo dumeh
jangan sok ,
ngono yo ngono ning ojo ngono
begitu ya begitu, tapi jangan begitu ,
memayu hayuning bawana
memelihara perdamaian dunia dan sebagainya. Ungkapan – ungkapan filosofis tersebut hakikatnya
melandasi sebuah sikap “ Manusia Jawa “ dalam perbuatannya. Demikian pula dalam konsep estetik Jawa selalu bermakna filosofis. Hal itu terungkap pada falsafah yang
menyertai pelbagai benda yang dibuat oleh orang Jawa. “pacul “ diartikan sebagai
ngipatake sing muncul
atau menyingkirkan penghalang. Dalam kehidupan manusia, pacul secara harafiah sebenarnya berfungsi untu menyingkirkan tanah yang tidak rata
Budiyono Herusatoto, 1987 : 85 - 90 .
4. Kesenian Jawa 4.1. Pengertian Seni