30 mengabaikan begitu saja perkembangan kebudayaan Daerah, karena Kebudayaan
Nasional tetap berorientasi pada kebudayaan Daerah di samping peradaban masa kini. Kebudayaan daerah sebagai penghayatan masyarakat mampu memberikan benih serta
berbagai unsur
yang perlu
ditingkatkan ditaraf
kebudayaan nasional.
Koentjaraningrat,1990 :23 Oleh karena itu pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah sangat perlu, untuk kemudian dilakukan penyeleksian bermacam
nilai positif yang perlu ditingkatkan ke taraf Nasional.
2. Kebudayaan Masyarakat Jawa
Kebudayaan menurut perbendaharaan bahasa Jawa berasal dari dua kata “
budi”
dan
“ daya”
, kata “budi” mempunyai pengertian bahwa : akal dalam arti batin berguna untuk menimbang mana yang baik dan buruk, salah dan benar. Dalam bahasa
Jawa
ditimbang-tinimbang ing batin,
tabiat, watak, dan perangai dalam pengertian bahasa Jawa yaitu
berbudi bawa laksana,
kebaikan, perbuatan baik dalam bahasa Jawa
budi luh,
daya upaya ikhtiar dalam bahasa Jawa
mengulir budi ,
kecerdikan untuk memecahkan masalah dalam bahsa Jawa
hamudidaya
. Kata daya sendiri mengandung pengertian sebagai berikut :
dayaning batin,
yakni kekuatan jiwa, tenaga yang berasal dari dalam jiwa,
daya upaya
yakni akal, jalan, ikhtiar,
daya wibawa,
yakni
pengaruh, kewibawaan
Budiono Heru Satoto, 2000 :7 Kedua kata tersebut mempunyai kesamaan arti, setelah mengalami peleburan
memiliki arti baru, yaitu kekuatan - kekuatan batin dalam berupaya menuju kebaikan atau kesadaran batin manusia untuk menciptakan suatu keindahan, dengan demikian
menimbulkan pengertian baru, yakni kekuatan batin dalam usaha menuju kesadaran batin yang membuat kehidupan lebih berharga untuk ditempuh.
31 Secara umum kebudayaan Jawa dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
”kebudayaan pedalaman ” dan ”kebudayaan pesisir ”. Daerah pedalaman Jawa yang berpusat di Yogyakarta dan Surakarta atau yang bisa disebut wilayah kebudayaan
Jawa
Negarigung.
Di samping ”Kebudayaan Pesisir” meliputi daerah – daerah pesisir pantai
utara Jawa
yang berpusat
diwilayah Blambangan,
Pati, Tega
Sukmawati,2004 : 12 . Masyarakat Jawa terutama yang berada di wilayah kebudayaan Jawa
Negarining
memiliki pandangan hidup atau falsafah dalam memahami dari makna kehidupan, sehingga mempunyai pedoaman dan melakukan tindakan. Kebudayaan
Jawa mempunyai pengertian norma, nilai, tata aturan, gagasan, ide, etika, estetika dan hasil karya yang dihasilkan oleh masyaraka Jawa dan berlaku dalam hidup sehari-
hasri, dengan demikian menimbulkan cara pandang masyarakat Jawa terhadap hidup serta menciptakan kaidah kehidupan masyarakat Jawa, yaitu prinsip
rukun
dan hormat demi terciptanya keselarasan sosial
Kebudayaan Jawa memiliki ciri khas yang terletak pada kemampuan untuk menerima pengaruh kebudayaan lain dan tetap mempertahankan kebudayaan aslinya.
Selain menemukan jati diri dan berkembang kekhasannya melalui pengaruh luar. Identitas semakin berwarna setelah masuknya budaya Islam di Pulau Jawa. Pelaku
budaya Jawa adalah orang Jawa, sebagai salah satu golongan etnis di Indonesia yang mempunyai sikap hidup berbeda dari golongan lain, berdasarkan masuknya agama di
Jawa maka dibagi menjadi tiga orientasi, yakni Jawa- pra Islam, Jawa -Abangan, dan Jawa Santri Jawa – Islam . Meskipun demikian orientasi mereka terarah pada satu
budaya yang dipegang erat, oleh sebab itu orang Jawa sebagai penduduk terbesar di
32 Indonesia mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap budaya Indonesia
Koentjaraningrat, 1993 : 15 . Istilah orang Jawa dan masyarakat Jawa memiliki perbedaan dalam konteks
cakupan dan jumlah. Orang Jawa atau manusia Jawa cakupannya sempit dan menyangkut individu atau orang per orang , sedangkan masyarakat Jawa lebih luas
dan mencakup komunitas yang hidup di pulau Jawa. Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial , yaitu
wong cilik
atau orang kecil yang terdiri dari sebagian masa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota. Golongan dua
adalah kaum
priyayi
, termasuk di dalam nya para pegawai dan para intelektual Koentjaraningrat , 1993 : 20 .
Koentjaraningrat berpendapat bahwa seperangkat niai-nilai yang terkandung pada kebudayaan terurai pada dimensi atau wujud dan unsur kebudayaan.
Kebudayaan manusia mengandung tiga dimensi, yakni kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai norma-norma peraturan dan
pikiran manusia, terdapat pada alam pikir manusia, berupa tulisan-tulisan serta karangan-karangan. Wujud pertama ini disebut pula sistem budaya, sebab bagian-
bagian ide, gagasan atau pikiran yang ada di dalam kepala tidak terlepas-lepas, melainkan saling berkaitan menjadi satu sistem yang relatif mantap dan
berkesinambungan. Apabila ide seseorang tidak merupakan suatu system, maka jiwa orang itu seperti terganggu , pikirannya tidak mantap berubah-ubah, tidak konsisten
dan tidak berkelanjutan.. Kebudayaan sebagai kompleks aktivitas yang sudah terpola dalam masyarakat, berupa sistem sosial dalam masyarakat. Kompleks aktivitas
disebut pula sistem sosial sebab terjadinya aktivitas itu karena adanya saling berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia.. Sistem sosial telah ditata dan diatur
33 oleh gagasan atau tema berpikir tertentu, sehingga mewujudkan aktivitas dan
produktivitas yang positif. Aktivitas interaksi berupa pertemuan-pertemuan atau persekutuan yang hasilnya positif, walaupun wujudnya ada yang berupa
pertengkaran, akibat positif yang sering muncul adalah gagasan atau konsep yang menguntungkan. Kebudayaan sebagai hasil karya suatu masyarakat, berupa benda-
benda berukuran besar maupun kecil, tampak fisiknya maupun kasat mata, dan benda-benda bergerak maupun tidak bergerak. Kebudayaan fisik lahir karena
aktivitas manusia dalam bentuk interaksi yang memerlukan sarana berupa benda yang dihasilkan manusia Koentjaraningrat 1974 : 6 .
Nilai sendiri merupakan sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita- citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat
Karena itu sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga nilai kebenaran , indah nilai estetik , baik nilai moralestetis , religius nilai agama.
Budiono Herusatoto 2000 : 32 . Nilai mengacu pada suatu yang oleh manusia dan masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga, dengan kata lain bahwa nilai itu
berasal dari pandangan hidup suatu masyarakat. Pandangan itu berasal dari sikap masyarakat terhaadp Tuhan, alam semesta, dan terhadap sesamanya. Sikap ini
dibentuk melalui berbagai pengalaman yang menandai sejarah kehiduan masarakat yang bersangkutan Budiono Herusatoto 2000 : 32 .
Kebudayaan menepati posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia, karena tidak ada manusia yang dapat hidup diluar ruang lingkup kebudayaan.
Manusia sebagai pencipta kebudayaan, makhluk budaya merupakan suatu fakta historis yang tidak bisa terbantahkan oleh siapaun sebagai pencipta kebudayaan. Pada
kebudayaan manusia menampakkan jejak-jejak pada panggung sejarah.
34
3. Simbolisme Budaya Jawa 3.1. Pengertian Simbol