Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

(1)

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim

Anti-Aging

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (

Garcinia

magostana

L.) dengan Metode DPPH (

1,1

-

Diphenyl-2-Picril Hydrazil

)

SKRIPSI

DESI SYIFA NURMILLAH HARUN NIM : 1110102000010

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA MARET 2014


(2)

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim

Anti-Aging

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (

Garcinia

magostana

L.) dengan Metode DPPH (

1,1

-

Diphenyl-2-Picril Hydrazil

)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DESI SYIFA NURMILLAH HARUN NIM : 1110102000010

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA MARET 2014


(3)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar

.

Nama : Desi Syifa Nurmillah H. NIM : 1110102000010

Tanda Tangan :


(4)

iv Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun NIM : 1110102000010

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana

L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

Pembimbing I

Sabrina, M. Farm., Apt NIP. 197902222007102001

Pembimbing II

Nelly Suryani, Ph. D., Apt NIP. 196510242005012001

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun NIM : 1110102000010

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana

L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1: Sabrina, M. Farm, Apt ( )

Pembimbing 2: Nelly Suryani, Ph. D, Apt ( ) Penguji 1 : Ofa Suzanti Betha, M. Si, Apt ( )

Penguji 2 : Eka Putri, M. Si, Apt ( )

Ditetapkan di : Jakarta


(6)

vi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun.

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulai dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode DPPH (1,1 Dipenil-2 PicrilHidrazil).

Kulit buah manggis (garcinia mangostana L) memiliki aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa α mangostin, mangostin, dan mangostin. Senyawa tersebut mencegah radikal bebas yang dapat menyebabkan penuaan dini. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH dengan menghitung nilai IC50 dimana nilai IC50 ekstrak etanol 50%

kulit buah manggis yang didapatkan adalah 9,725 g/mL. Pada penelitian ini,

ekstrak etanol 50% kulit buah manggis diformulasikan menjadi sediaan krim anti-aging dengan menggunakan variasi nilai HLB emulgator span 60 dan tween 80 (4,95; 5,7; 6,8). Krim disimpan pada tiga suhu yakni suhu ruang, suhu 30oC dan suhu 35oC selama 10 hari. Selanjutnya dilakukan uji stabilitas fisik krim meliputi organoleptis, pH, viskositas dan sentrifugasi yang dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-10. Berdasarkan hasil uji stabilitas fisik terhadap ketiga krim anti-aging

ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), formula krim II dengan nilai HLB 5,7 menunjukkan formula yang terbaik. Uji aktivitas antoksidan dilakukan pada formula krim terbaik yang telah disimpan 10 hari pada suhu ruang, suhu 30oC dan suhu 35oC. Nilai IC50 formula krim II pada suhu

ruang adalah (18,2338 g/mL) dengan aktivitas antioksidan yang lebih baik

dibandingkan pada suhu 30oC dan 35oC dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar

(18,409 g/mL) dan (19,44 g/mL).

Kata kunci : ekstrak etanol 50%, garcinia mangostana L., krim, aktivitas antioksidan, DPPH.


(7)

Name : Desi Syifa Nurmillah Harun. Program Study : Pharmacy

Title : Formulation and determination the antioxidant activity of anti-aging cream of the 50% ethanolic extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) by using DPPH method

Mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) has the antioxidant activity, because it is rich of α mangostin, mangostin, and mangostin. These compounds have the ability to prevent free radical which can cause premature aging. The previous study has determined the antioxidant activity of mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) extract and the result showed IC50 of mangosteen rind (Garcinia

mangostana L.) extract is 9.725 g/mL. In this study, 50% ethanolic extract of

mangosteen rind (garcinia mangostana L.) formulated into anti-aging cream by varying the value of HLB emulgators span 60 and tween 80 (4,95; 5,7; 6,8). Cream is stored at three different temperatures ie room temperature, 30oC and 35oC temperature for 10 days. Furthermore, physical stability test of creams was determined based on organoleptic test, pH, viscosity and centrifugation were performed on day 0 and 10th day. Based on test results of physical stability of three anti-aging cream 50% ethanolic extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana L.), creams formula II with the HLB value of 5,7 indicated as the best formula. Antioxidant activity test carried out on the best cream formula that has been stored 10 days at room temperature, 30oC and 35oC temperature. The IC50 value of cream formula II at room temperature is (18,2338 g/mL), which had

better antioxidant activity than at temperature 30oC and 35oC with IC50 value

respectively of (18,409 g/mL) and (19,44 g/mL).

Keywords : 50% ethanolic extract, Garcinia mangostana L., anti-aging cream, antioxidant activity,DPPH.


(8)

viii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstral Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garinia mangotana L.) dengan metode DPPH (1,1-Dipinil-2-Picril Hirazil).” Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, pembimbing, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sabrina, M.Farm. Apt. dan Nelly Suryani, Ph. D., Apt. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan dukungan kepada penulis.

4. Ayahanda tercinta Harun Al-rasyid dan ibunda tercinta Marpuah yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan baik moril maupun materi serta doa yang tak terhingga di setiap langkah penulis.

5. Adikku tersayang Ismi Yunita H. dan Ray. Ramadhani yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. nenekku tersayang yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi FIKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Sahabat “Ngocol” Syarifatul Mufidah, Fathmah Syafiqoh, Melia Puspitasari, Zakiya Kamila, Diah Azizah, Dias Prakatindih, Jaga


(9)

9. Temen-temen seperjuangan manggis, Liana Puspita Cahyaningrum, Mira Karisma, Nirmala Kasih, dan Hanny Narulita, terima kasih buat dukungan, semangat, dan motivasi sejak awal penelitian sampai akhir penelitian. 10.Teman – teman Farmasi 2010 Andalusia atas persaudaraan, kebersamaan

telah banyak membantu penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun selama di bangku perkuliahan.

11. Teman-teman satu kosan, teman satu kamar Farida Kusuma Ningrum dan Ibu kosan Ibu Selli yang banyak membantu penulisan baik selama pengerjaan skripsi ini maupun di bangku perkuliahan.

12.Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.

13.Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua bantuan, dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan pembaca. Amiin Ya Rabbal‟alamiin.

Jakarta, September 2014


(10)

x UiN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun NIM : 1110102000010

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM ANTI-AGING EKSTRAK ETANOL 50% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia magostana L.) DENGAN METODE DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil) untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 26 September 2014

Yang menyatakan,


(11)

JUDUL SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILLITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR ISTILAH ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Hipotesa ... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tanaman Manggis (Garcinia mangsotana L.) ... 4

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ... 4

2.1.2 Nama Latin ... 4

2.1.3 Ekologi ... 5

2.1.4 Morfologi ... 5

2.1.5 Kandungan Kimia dan Manfaat ... 5

2.2 Ekstraksi ... 7

2.2.1 Pengertian Ekstraksi ... 7

2.2.2 Metode-metode Ekstraksi ... 7


(12)

xii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Proses Penuaan pada Kulit ... 13

2.5.1 Mekanisme Photoaging ... 14

2.6 Radikal Bebas ... 15

2.7 Antioksidan ... 16

2.8 Uji Aktivitas Antioksidan... 17

2.8.1 Metode DPPH ... 17

2.8.2 Metode Reducing Power ... 18

2.8.3 Metode Aktivitas Radikal Bebas Nitrogen Monookisda ... 19

2.8.4 Metode Aktivitas Radikal Bebas Ion Ferro (Pembentukkan logam Kelat) ... 19

2.8.5 Metode Tiosianat ... 20

2.8.6 Metode Deoksiribosa ... 21

2.9 Spektrometer UV-Vis ... 21

2.10 Krim ... 22

2.11 Formulasi Krim ... 22

2.12 Stabilitas Krim... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.1.1 Waktu Penelitian ... 27

3.1.2 Tempat Penelitian ... 27

3.2 Bahan dan Alat ... 27

3.2.1 Bahan Penelitian ... 27

3.2.2 Alat Penelitian ... 27

3.3 Prosedur Kerja ... 28

3.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 28

3.3.2 Formulasi Krim Anti-aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangsotana L.) ... 29

3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim Eekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 30


(13)

Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 31

BAB IV HASIL DAN PMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Gaecinia mangostana L.)... 34

4.2 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Krim pada Penyimpanan Suhu Ruang, Suhu 30oC, dan Suhu 35oC ... 35

4.3 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Cycling Test pada Suhu 4oC dan 40oC ... 39

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Krim Hari Ke-0... 41

4.5 Hasil Uji Aktivitas Krim Terbaik Setelah Hari Ke-10 ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(14)

xiv UiN Syarif Hidayatullah Jakarta Halaman Tabel 1. Formula Krim Anti-aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis

(Garcinia mangostana L.) ... 30

Tabel 2. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Ekstrak Dan Vitamin C ... 35

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Viskositas ... 36

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi ... 37

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan pH ... 37

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Penampilan dan Homogenitas Krim pada suhu ruang, suhu 30oC dan suhu 35oC... 38

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Penampilan dan Homogenitas Krim pada Uji Cycling Test ... 39

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi Cycling Test ... 40

Tabel 9. Hasil Pemeriksaan pH Cycling Test ... 40

Tabel 10. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Formula Krim I, II dan III ... 41

Tabel 11. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Formula Krim II pada Suhu 25oC, 30oC dan 35oC ... 43


(15)

Halaman Gambar 1. Pohon dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 4 Gambar 2. Inti xanthone dengan jumlah IUPAC karbon dan struktur

kimia dari xanthones yang paling banyak dipelajari ... 6 Gambar 3. Struktur Kulit ... 9 Gambar 4. Mekanisme Photoaging ... 15 Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksian


(16)

xvi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta Halaman

Lampiran 1. Data Karakterisasi Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ... 51

Lampiran 2. CoA Asam Askorbat. ... 52

Lampiran 3. CoA Asam Askorbat ... 53

Lampiran 4. CoA DPPH ... 54

Lampiran 5. Alat Penelitian ... 57

Lampiran 6. Alur Penelitian ... 58

Lampiran 7. Perhitungan HLB ... 60

Lampiran 8. Perhitungan Bahan Krim ... 61

Lampiran 9. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Kontrol Positif Vitamin C ... 63

Lampiran 10. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan Formula Krim ... 65

Lampiran 11. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis Menggunakan Metode DPPH ... 66

Lampiran 12. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Ekstrak dan Vitamin C .... 68

Lampiran 13. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Formula Krim I, II dan III ... 71

Lampiran 14. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Formula Krim II pada Suhu 25oC, 30oC dan 35oC ... 74

Lampiran 15. Panjang Gelombang DPPH ... 75


(17)

HLB : Hydrophylic Lipophylic Balance

DPPH : 1,1-dipheny-2-lpricyl hydrazil

UV-Vis : Ultraviolet-Visible

rpm : Rotation Per Minute

AAI : Antioxidant Activity Index

Cp : CentiPoise

CO2 : Karbon Dioksida

ROS : Reaktive Oxygen Species

GML : Garcinia mangostana L

UV : Ultra Violet

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

IC50 : Inhibitor Concentration 50

nm : Nanometer

mM : Milimolar


(18)

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penuaan kulit yang bersifat irreversibel dimulai pada usia 20 tahun, meskipun tanda-tanda tidak terlihat dalam waktu yang lama. Penuaan pada kulit merupakan suatu proses biologis kompleks yang dihasilkan dari penuaan intrinsik (dari dalam tubuh seperti genetik) dan perubahan yang berkembang seiring waktu serta dampak ekstrinsik disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah repetitive, posisi tidur yang buruk, merokok dll. Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni kerutan halus, kulit tipis dan transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan atau tanpa gatal, ketidak mampuan untuk berkeringat cukup, rambut beruban, rambut rontok, rambut yang tidak diinginkan, penipisan lempeng kuku, hilangnya kuku setengah bulan dll. (Mackiewicz and Rimkevicius, 2008)

Dari semua faktor tersebut, teori radikal bebas merupakan teori yang sering dikaitkan sebagai penyebab faktor-faktor penuaan dini. Radikal UV merupakan pemicu yang sangat potensial dalam pembentukan radikal bebas ROS (Reaktive Oxygen Species) pada kulit (Masaki, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak memiliki pasangan (Winarsi, M.S, 2007). Pada kulit, radikal bebas yang diproduksi berlebih akan merusak kolagen pada membran sel kulit, sehingga kulit menjadi kehilangan elastisitasnya dan menyebabkan terjadinya keriput (Pamela, 2008)

Senyawa yang dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan. Sebagai bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi sehingga dapat mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). Antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Salah satu antioksidan yang terdapat di alam adalah kulit buah manggis.

Kulit buah manggis merupakan bagian dari buah manggis yang umumnya dianggap tidak bermanfaat dan sering dibuang. Namun, pada beberapa penelitian


(19)

kulit buah manggis sebelumnya telah diketahui bahwa kulit buah manggis mempunyai aktifitas biologis sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi, antileukimia, anti-agregasi platelet, dan juga memiliki aktivitas antituberkulosis (Pradipta, nikodemus, & susilawati, 2009).

Dalam penelitian Weecharangsan et al (2006) disebutkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis yang diekstrasi dengan pelarut air, etanol 50% dan 95% serta etil asetat memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode perendaman radikal bebas DPPH. Potensi antioksidan terbesar dimiliki oleh ekstrak air dan etanol 50% dengan IC50 berturut-urut adalah

34,8 dan 30,78 ppm. Jung et al (2006) melakukan isolasi senyawa kandungan pada kulit buah manggis. Dari hasil penelitian tersebut yang mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi adalah 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton.

Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah penuaan dini, untuk penggunaan yang menyenangkan maka diperlukan kosmetik

anti-aging dengan antioksidan tinggi agar dapat merawat kulit wajah (Winarsi, M.S, 2007). Antioksidan ini dapat diformulasikan sebagai sediaan kosmetik baik sediaan yang berbentuk krim, gel ataupun lotion.

Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah krim. Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (DepKes RI, 1978). Keuntungan penggunaan krim yakni memiliki nilai estetika yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang cukup baik. Disamping itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat tidak lengket, memberikan efek melembabkan kulit serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik.

Pada penelitian ini, Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) diformulasikan dalam bentuk sediaan krim anti-aging dengan berbagai formulasi menggunakan variasi nilai HLB span 60 dan tween 80 (4,95; 5,7; 6,8). Formulasi krim anti-aging yang terbaik kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah formulasi krim anti-aging ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dengan menggunakan variasi nilai HLB emulgator sorbitan monostearat Span 60 dan Tween 80 stabil secara fisik?

2. Bagaimana aktivitas antioksidan formulasi krim anti-aging yang terbaik dari ekstrak etanol 50% kulit buah manggis jika dibandingkan terhadap kontrol positif dan ektrak etanol 50% kulit buah manggis?

1.3 Tujuan

1. Mendapatkan formulasi terbaik krim anti-aging ekstrak etanol 50% kulit buah manggis yang stabil secara fisik.

2. Membandingkan aktivitas antioksidan kontrol positif vitamin C, formulasi krim anti-aging ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dan ekstrak etanol 50% kulit buah manggis.

1.4 Hipotesis

Bagian kulit buah memiliki aktivitas antioksidan.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik formulasi krim anti-aging


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Manggis

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman manggis sebagai berikut (USDA). Kingdom : Planatae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliophyta Subclass : Dilenidae

Order : Theales

Family : Clusiaceae Genus : Garcinia L.

Jenis : Garcinia mangostana L.

Gambar 1. Pohon dan buah manggis (Garcinia mangostana L.) (Sumber : Koleksi pribadi)

2.1.2 Nama Latin

Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggoita (Aceh), manggista (Sumatera Utara), manggih (Sumatera Barat), manggu (Jawa Barat), mangghis (Madura), kisara (Makasar), mangustang (Halmahera) (Hutapea, 1994).


(22)

2.1.3 Ekologi

Garcinia mangostana L.merupakan tanaman buah yang banyak tumbuh di daerah iklim tropis yang hangat dan lembab. Tanaman manggis ini dapat diemukan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Garcinia mangostana berhubungan erat dengan daerah elevasi rendah dengan ketinggian kurang dari 500 m atau 600 diatas permukaan laut. Sehingga Garcinia mangostana L. dapat dibudidayakan di dataran tinggi namun memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat (Osman, & Milan, 2001).

2.1.4 Morfologi

Garcinia mangostana L. merupakan pohon buah yang dapat tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter (Al-Fattah,2011). Bentuk pohon buah manggis yang beragam yakni bisa bentuk elliptical atau pyramidal, namun bentuk pohon yang sering ditemukan adalah bentuk pyramidal (Mansyah et al, 2010). Memiliki daun yang ringkas, tebal, berkilat, permukaan atas berwarna hijau zaitu, permukaan bawah berwarna hijau kekuning-kuningan, daun muda merah, tangkai daun pendek, susunan bertentangan, ukuran panjang daun 15-25 cm, lebar 7-13 cm. Berbunga tunggal atau berpasangan di ujung ranting. Tangkai bunga pendek dan tebal. Sedangkan buahnya berbentuk bola, berwarna hijau muda sebelum masak, menjadi merah atau merak keunguan setelah masak dan hitam apabila sangat masak. Isi buah berwarna putih (Chooi, 2007).

2.1.5 Kandungan Kimia dan Manfaat

Kandungan kimia kulit buah manggis antara lain adalah derivat xanthon yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostinon B,

trapezifolixanthon, tovophyllin B, α mangostin, mangostin, garcinon B,

mangostanol, flavonoid epicatechin, gartanin (Al-fatah, 2011).

Xanton adalah pigmen fenol kuning yang reaksi warnanya serta gerakan kromatografinya serupa dengan flavonoid, namun secara kimia xanton berbeda dengan flavonoid dan mudah dibedakan dari spectrum yang khas hampir semua xanton yang diketahui terdapat terbatas pada empat suku : Guttiferae, Gentianaceae, Moraceae, dan Polygalaceae. Tetapi, satu xanton, yaitu mangiferin yang ter-C- glikosilasi, sangat tersebar luas, terdapat baik dalam paku-pakuan maupun dalam tumbuhan tinggi (Harbon, 1996). Saat ini telah terdapat lima puluh


(23)

jenis xanton yang diisolasi dari kulit manggis, diantaranya adalah α-, - dan -mangostins, garcinone E, 8- deoxygartanin, dan gartanin. Xanton dapat diisolasi dari pericarp, buah utuh, kulit batang, dan juga pada daun manggis. Beberapa studi menunjukkan bahwa xanton yang diperoleh dari manggis mempunyai efektivitas yang luar biasa. Xanton yang diisolasi dari GML dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antitumor, anti-inflamasi, antiallergi, antibakteri, antijamur, dan antivirus (Chaverri, et al, 2008).

Gambar 2. Inti xanthone dengan jumlah IUPAC karbon dan struktur kimia dari xanthones yang paling banyak dipelajari.

(Sumber: Chaverri, et al, 2008).

Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis telah dilaporkan berpotensi sebagai pelindung saraf dari stres oksidatif yang disebabkan karena kerusakan sel pada penyakit neurodegenerative seperti penyakit Alzaimer, penyakit Parkinson dan stroke,(Weecharangsan et al, 2005). Selain itu ekstrak kulit buah manggis dapat menghambat produksi ROS, serta mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat tinggi (Chaverri, et al, 2008).


(24)

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstraksi bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi (Harborne, 1996). Senyawa yang aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan miyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemiliha pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tesisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (DepKes RI, 1995)

2.2.2 Metode-metode Ekstraksi

Ditjen POM (2000), membagi beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu :

1) Cara dingin a. Maserasi

Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukkan pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dlakukan pengadukkan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertamma dan seterusnya.


(25)

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2) Cara panas a. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakuka pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dnegan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti merupkan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infusa

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperatur terukur 90-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit). e. Dekok

Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan temperatur sampai titk didih air.

2.3 Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kult merupakan bagian


(26)

tubuh yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk memperindah kecantikkan, selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien.

Kulit mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya termasuk kuku, rambut, dan kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.

Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus berguna untuk merasakan sentuhan atau sebagai alat raba dan merupakan indikator untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan pada kulit (Syaifuddin, 2009).

Gambar 3. Struktur Kulit


(27)

2.3.1 Lapisan Kulit 1. Epidermis

Lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada dilapisan bawah bermitosis terus-menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan mengelupas dan gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis.

Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis menjadi tujuan utama. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya ada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono, & Latifah, 2007).

Epidermis terdiri atas beberapa lapisan sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahn sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri dari 5 lapis (Syaifuddin, 2009).

a. Stratum korneum (Stratum corneum)

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng, kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin ke luar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang terkelupas akan digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya penguap air, elastisnya kecil, dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam (Syaifuddin, 2009).

b. Stratum lusidum (Stratum lucidum)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya


(28)

secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal (Syaifuddin, 2009). Lapisan ini terletak dibawah stratum corneum. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum

terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (impermeable) (Tranggono, & Latifah, 2007).

c. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya beda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh (Syaifuddin, 2009). d. Stratum spinosum

Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal, inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat tersebut sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini untuk menahan gesekkan dan tekanan dari luar, tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki (Syaifuddin, 2009).

e. Stratum malpigi

Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam amino. Stratum malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang berbatasan dengan dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang) (Syaifuddin, 2009).

f. Stratum basal (Stratum germinativum atau membran basalis)

Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal (Tranggono, & Latifah, 2007).


(29)

2. Dermis

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Batas dermis sulit ditentukan karena menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih tebal dari epidermis. Dermis bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjat keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis / hipodermis) (Tranggono, & Latifah, 2007; Syaipfuddin, 2009).

3. Lapisan Subkutan

Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri atas jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya, bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal lemak yang disebut pannikulus adiposa. Pada daerah perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan 3 cm. Sedangkan pada kelopak mata, penis, dan skortum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit bawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan di bawahnya (Syaifuddin, 2009).

2.4 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan


(30)

445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambur, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati hidup.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, penggolongan kosmetik menurut menurut kegunaannya bagi kulit dibagi menjadi kosmetik perawatan kulit (skin -care cosmetics) dan kosmetik riasan (dekoratif atau make-up). kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics) terdiri dari kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) (sabun, cleansing cream, cleansing milk, penyegar kulit (freshener)), kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer) (moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream), kosmetik pelindung kulit (sunscreen cream, dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion), kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) (scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)). Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono, & Latifah, 2007).

2.5 Proses Penuaan Kulit

Proses penuaan antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lain ketika masih muda. Ada dua teori yang dapat menjelaskan proses penuaan yakni, penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua mhluk hidup, dan penuaan adalah akibat kerusakan anatomi


(31)

maupun fisiologi pada semua organ tubuh, mulai dari pembuluh darah dan organ tubuh lainnya sampai kulit.

Perubahan akibat proses penuaan yang terjdi pada kulit dapat dibagai atas perubahan anatomi, fisiologis, serta kimiawi. Beberapa perubahan anatomi dapat terlihat langsung, seperti hilangnya elastisitas kulit dan fleksibilitas kulit yang menyebabkan timbulnya kerut dan keriput, berkurangnya jumlah rambut dikepala walaupun pada wanita justru sering tumbuh kumis atau rambut panjang di leher tau pipi, hiperpigmentasi dan tumor kulit terutama diusia 40 tahun ke atas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari, penebalan kulit, epidermis kering dan pecah-pecah, , perubahan bentuk kuku dan rambut dan sebagainya.

Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang terkuat adalah sinar matahari (photoaging), khususnya sinar UV yang terdapat di dalam sinar matahari. Knox et al. Menemukan perbedaan yang nyata antara kulit yang tidak tertutup pakaian sehingga sering terpapar sinar matahari dan kulit yang sering tertutup pakaian. Kulit yang terbuka cepar kering, keriput, kasar, dan menderita kerusakan lain akibat sinar UV matahari.

2.5.1 Mekanisme Photoaging

Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari, radiasi UV yang terserap oleh kulit yang dapat menghasilkan komponen yang berbahaya yaitu Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen selular seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV menyebabkan pembentukan ROS dan menginduksi activator protein (AP)-1 yang merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang disebut

matrix metalloproteinase (MMPs). Selain itu, radiasi UV juga menyebabkan penurunan transforming growth factor (TGF)- yang merangsang pembentukkan kolagen, sehingga pembentukkan kolagen menurun. Peningkatan penghancuran kolagen dan penurunan produksi kolagen akibat radiasi sinar UV inilah penyebab dari terjadinya photoaging (Helfrich, Sachs, & Voorhees, 2008).


(32)

Gambar 4. Mekanisme photoaging (Sumber : Helfrich, Sachs, & Voorhees, 2008)

2.6 Radikal Bebas

Oksigen adalah atom yang sangat reaktif yang mampu menjadi bagian dari molekul yang berpotensi merusak yang biasa disebut "radikal bebas." Radikal bebas mampu menyerang sel-sel sehat tubuh, menyebabkan mereka kehilangan struktur dan fungsi mereka (Percival, 1998). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak memiliki pasangan (Corwin, 2007). Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron pasangannya. Radikal bebas sangat reaktif, secara kimiawi tidak stabil, umumnya terdapat hanya dalam kadar yang kecil, dan cenderung ikut serta atau mengawali reaksi rantai (Underwood, 1994). Serangkaian reaksi dapat terjadi, yang menghasilkan serangkaian radikal bebas. Setelah itu, radikal bebas dapat mengalami tubrukan kaya energi dengan molekul lain, yang merusak ikatan dalam molekul (Corwin, 2007). Ketika hal tersebut terjadi di dalam tubuh, maka dapat terjadi kerusakan pada sel, asam nukleat, protein dan lemak dikarenakan serangan terhadap molekul biologi akan menyebabkan kerusakan jaringan sistem imun. Radikal bebas menyebabkan lipid peroksidase yang dapat mempermudah proses penuaan (Vimala, et al, 2003).


(33)

Radikal bebas dapat timbul melalui dua mekanisme utama yaitu, penimbunan energi (ionisasi air oleh radiasi, elektron terepas, dan terjadi radikal bebas) , dan interaksi antara oksigen (substansi lain, dan elektron bebas dengan reaksi oksidasi-reduksi) Dalam hal ini akan terbentuk radikal superoksid (Underwood., 1994).

Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor. Radikal bebas bisa terbentuk misalnya ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme. Pada proses metabolisme ini, seringkali terjadi kebocoran elektron dan mudah terbentuknya radikal bebas. Misalnya hidrogen peroksida (Winarsi, 2007).

Radikal bebas merupakan Reaktive Oxygen species (ROS) yang akan menyerang molekul lain disekitarnya sehingga menyebabkan reaksi berantai terjadi dan menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti anion peroksida (O2-), dan hidrogen peroksida (H2O2) yang sudah dijelaskan sebelumnya, hidrogen

bebas (OH), asam hipoklorous (HOCl), dan peroksinitrat (ONOO-) (Vimala, et al., 2003).

2.7 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukkan ataupun memasdukan efek spesies oksigen reaktif. Antioksidan merupakan senyawa pemberi donor (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit generatif seperti penyakit jantung, arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit diatas.


(34)

Antioksidan terbagi menjadi dua yakni antioksidan enzim (superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx)) dan antioksidan vitamin (alfa tokoferol/ vitamin E, beta karoten dan asam askorbat/vitamin C) yang banyak didapatkan dari tanaman dan hewan .

Tubuh mengasilkan senyawa antioksidan, tetapi jmlahnya sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk kedalam tubuh. Sebagai contoh tubuh dapat menghasilkan glutathione, salah satu antioksidan yang sangat kuat, hanya tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 100 mg untuk memicu tubuh mengasilkan glutathione ini. Kekurangan antioksidan dalam tubuh yakni memerlukan asupan dari luar (Kuncahyo & Sunardi., 2007; Winarsi 2007).

2.8 Uji Aktivitas Antioksidan 2.8.1 Metode DPPH

Pengukuran aktivitas antioksida dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan metode lipid peroksida, tiobarbiturat, malonaldehid,8-karoten bleaching, DPPH, dan tiosianat. Metode DPPH adalah salah satu yang paling populer karena praktis dan sensitif (Molyneux, 2004). DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil dan apabila digunakan sebagai pereaksi cukup dilarutkan,. Senyawa ini jika disimpan dalam keadaan dan kondisi penyimpanan yang baik akan tetap stabil selama bertahun-tahun (Winarsi, 2007).

Prinsip pengujian antioksidan menggunakan DPPH adalah senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 515,5 nm (Hanani et al.,2005). Rumus penghambatan aktivitas radikal bebas (%)

Keterangan: % inhibisi = persentase hambat antioksidan A0 = absorbansi blanko

A1 = absorbansi larutan uji

% inhibisi = (Ao-A1) X 100% Ao


(35)

Nilai IC50 (Inhibition Concentration) adalah konsentrasi antioksidan (g/mL)

yang mampu menghambat 50% aktivitas radikal bebas. Suatu sampel dikatakan memiliki aktivitas antioksidan bila memiliki nilai IC50< 200 g/mL. Nilai IC50

diperoleh dari perpotongan garis antara daya hambatan dan sumbu konsentrasi, kemudian dimasukkan ke dalam persamaan y = a + bx, dimana y = 50 dan nilai x menunjukkan IC50 (Hanani et al, 2005).

Gambar 5.Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksian berupa donasi proton

(Sumber: Prakash, Rigelhof, & Miller,2001) 2.8.2 Metode Reducing Power

Pada metode reducing power, antioksidan yang terdapat pada sampel akan mereduksi senyawa Fe3+ menjadi senyawa Fe2+ dengan cara memberikan satu elektron yang dimilikinya. Banyaknya jumlah Fe2+ selanjutnya dapat diamati pada spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (588-598 nm). Peningkatan absorbansi atau penyerapan yang terjadi menunjukkan peningkatan reduksi yang bagus. Peningkatan reduksi yang bagus pada metode reducing power

berbanding lurus dengan konsentrasinya.

Artinya semakin besar konsentrasi sampel maka semakin besar pula tingkat reduksinya. Fe3+ yang berwarna hijau akan mengalami reduksi menjadi Fe2+ yang berwarna kuning (Aiyegoro, 2009).

Metode ini menggunakan kompleks Fe(CN)63- sebagai pereaksi. Kompleks

anion Fe(CN)63- yang berwarna hijau akan berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan

akan mengalami reduksi menjadi Fe(CN)64- yang berwarna kuning dengan reaksi


(36)

Benzie dan Strain (1996), menggunakan Fe(TPTZ)23+ kompleks besi-ligan

2,4,6-tripiridil-triazin sebagai pereaksi. Kompleks biru Fe(TPTZ)23+ akan

berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami reduksi menjadi Fe(TPTZ)22+ yang berwarna kuning dengan reaksi berikut:

2.8.3 Metode Aktivitas Radikal Bebas Nitrogen Monoksida

Metode Garrat telah diadopsi untuk menentukan aktivitas radikal bebas dari ekstrak air H. pedunculatum.Sodium Nitroprusside di dalam pelarut air pada pH psikologis secara spontan menghasilkan nitrogen monoksida yang berinteraksi dengan oksigen untuk membentuk ion nitrit yang ditentukan dengan pereaksi Grisses.

Selanjutnya dianalisis nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm. Jumlah radikal bebas nitrogen monoksida yang dihitung berdasarkan nilai absorbansinya yaitu :

% inhibisi = (Ao-A1) X 100%

Ao

Dimana % inhibisi merupakan persentase hambat antioksidan,Ao merupakan absorbansi sebelum reaksi dan A1 merupakan absorbansi sesudah

reaksi (Aiyegoro, 2009).

2.8.4 Metode Aktivitas Radikal Bebas Ion Ferro (Pembentukan Logam Kelat)

Aktivitas pembentukan khelat pada ion ferro diukur menurut Zao (). Campuran pereaksi yang mengandung ekstrak, air destilasi, FeCl2 dan ferrozine

yang kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 40oC dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 562 nm. Setelah itu aktivitas pembentukan khelat dihitung menggunakan rumus :

Fe(TPTZ)23+ + AROH → Fe(TPTZ)22+ + H+ + AR=O


(37)

Rata-rata Khelat = [1- (A1-A2) ] X 100 (Ao)

dimana Ao merupakan nilai absorbansi kontrol positif tanpa tambahan eksrak, A1 merupakan nilai absorbansi campuran reaksi, A2 merupakan nilai

absorbansi tanpa penambahan FeCl2 (Arora, 2011).

2.8.5 Metode Tiosianat

Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ini didasarkan pada kemampuan senyawa antioksidan dalam menghambat terbentuknya radikal yang reaktif.Pembentukan radikal bebas disebabkan oleh oksidasi asam linoleat.Oksidasi lipid sering disebut autooksidasi karena reaksi tetap berlangsung walaupun tidak ada zat pengoksidasi.

Hasil oksidasi asam linoleat adalah malonaldehida dan radikal peroksida yang reaktif. Radikal bebas yang terbentuk akan berubah menjadi senyawa karbonil, yaitu aldehida dan keton. Oksidasi asam linoleat membentuk malonaldehid merupakan indikasi adanya oksidasi lemak (Fardiaz, 1996). Selain itu, asam linoleat yang mengalami kerusakan akan menghasilkan senyawa peroksida yang sangat reaktif dan bersifat radikal bebas. Penambahan antioksidan menyebabkan oksidasi asam linoleat terhenti (Schulz, 1985).

Aktivitas antioksidan yang ditentukan dengan metode tiosianat membutuhkan suatu kontrol positif, pembanding ini biasanya merupakan senyawa yang telah diketahui sifat antioksidannya seperti vitamin C, butil hidroksi toluen (BHT) atau tokoferol (vitamin E). Oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer

yang diinkubasi pada suhu 37oC menggunakan FeCl2 dan amonium tiosianat

sebagai pereaksi oksodator dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga menghasilkan warna merah darah yang menyerap sinar tampak pada panjang gelombang 500 nm. Intensitas warna dinyatakan sebagai nilai absorbansi dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Peroksida lemak meningkatkan bilangan oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang kemudian bereaksi dengan ligan CNS- membentuk kompleks berwarna merah darah [Fe(CSN)6)3-.


(38)

2.8.6 Metode Deoksiribosa

Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk karbonil dan dikarbonil di antaranya malonaldehid (MDA). Adanya MDA dapat dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu kromogen yang berwarna merah muda.Jumlah kromogen MDA-TBA yang terbentuk sangat bergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin tinggi konsentrasi deoksiribosa yang ditambahkan akan menyebabkan peningkatan absorbansi kromogen MDA-TBA (Halliwell, 1999).

Uji kemampuan antioksidan suatu sampel untuk menghalangi jalan katalitik dari biosintesis pigmen melanin, pigmen yang membuat kulit putih. Tirosin mengatur tiga tahap di dalam jalan biosintesis melanin, dengan perubahan tirosin menjadi dopa, dopa menjadi dopaquinone dan DHI menjadi indole-5,6-quinone (Vimala, et al., 2003).

2.9 Spektrometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuraan di daerah spektrum ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai karakteristik spektrum yang sama. Bila digunakan instrumen bekas ganda dengan perekan, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas pembanding.

Jika tidak dinyatakan lain, serapan diukur pada panjang gelombang yang ditetapkan degan menggunkan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19oC hingga 20oC. Jika hal tersebut tidak sesuai untuk instrumen tertentu, panjang gelombang kuvet dapat diubah atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan telah ditunjukkan bahwa Hukum Beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut. Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan terhadap pelarut yang digunakan


(39)

untuk membuat larutan uji sebagai pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran dilakukan terhadap suatu campuran pereaksi sebagai pembanding.

Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditetapkan (Soemitro, et al., 1995). Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absobsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

2.10 Krim

Definisi krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sediaan ini merupakan sediaan setengan padat (semisolid) dari emulsi yang terdiri dari campuran antara fase minyak dan fase air (DepKes RI, 1995).

Krim umunya kurang kental dan lebih ringan daripada salep, sehingga krim lebih disukai daripada salep. Umumnya krim mudah menyebar rata dan karena krim merupakan emulsi minyak dalam air, maka akan lebih mudah dibersihkan daripada sebagian besar salep. Krim dianggap mempunyai daya tarik estetik lebih besar karena sifatnya yang tidak berminyak dan kemampuannya berpenetrasi dengan cepat ke dalam kulit (Ansel, 1989).

2.11 Formulasi Krim

Sebagai bahan emulgator, yang digunakan dalam penelitian ini adalah emulgator nonionik (dalam medium air tidak membentuk ion).Pemilihan emulgator nonionik ini karena emulgator ini bereaksi netral, dapat sedikit dipengaruhi oleh elektrolit dan selanjutnya netral terhadap pengaruh kimia.Aktivitasnya relatif tidak dipengaruhi oleh suhu (Voigt, 1995), selain itu digunakan juga bahan tambahan yang meliputi emolien, humektan, antioksidan, dan pengawet. Profil dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula krim pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(40)

a. Bahan pengemulsi

1. Sorbitan monostearate (span 60)

Pada formulasi farmasetik, sorbitan monostearat biasa digunakan sebagai bahan pegemulsi untuk krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Sorbitan monostearate berbentuk padatan malam berwarna kuning pucat dengan minyak yang lemah. Bahan ini larut dalam minyak, dan juga sebagian besar pelarut organik. Meskipun tidak larut dalam air, namun akan cepat terdispersi. Umumnya bahan ini tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk emulasi air dalam minyak adalah 15% jika dikombinaikan 1-10%.

2. Tween 80

Sebagai pengemulsi untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil, biasa digunakan tween 80 yang merupakan surfaktan hidrofilik nonionik. Tween 80 berbentuk cairan berminyak berwarna kuning. Bahan ini larut dalam etanol dan air. Umumnya bahan ini tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsetrasi yang biasa digunakan adalah 1-10%. (Wade, & Weller, 1994).

b. Bahan emolien 1. Dimethicon

Dimethicon biasa digunaka dalam kosmetik dan formulasi farmasi. Dimethicon bersifat hidrofobik dan sering digunakan dalam sediaan topikal. Dimethicon merupakan cairan berwarna jernih atau bening, dan tersedia dalam berbagai macam viskositas. Bahan ini sangat mudah larut dalam dalam etil asetat, metil etil keton, minyak mineral, eter, kloroform, dan toluena, larut dalam isopropil miristat, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam gliserin, propilenglikol dan air. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk emolien adalah 10-30%.

2. Vaselin Album

Vaselin mempunyai masa yang lunak, lengket, bening, putih, sifat vaselin ini tetap setelah zat dileburkan dan didiamkan hingga dingin tanpa diaduk. Kelarutan vaselin yakni praktis tidak larut dalam air an etanol (95%), larut dalam


(41)

kloroform, eter, dan eter minyak tanah. Vaselin sering digunakan sebagai emollien.

3. Lanolin anhidrat

Lanolin digunakan sebagai bahan pengemulsi yang biasanya digunakan dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik. Lanolin juga dapat digunakan sebagai hydrophobic vehicle dalam pembuatan krim air dalam minyak dan salep. Lanolin berwarna kuning pucat, mempunyai rasa yang manis, dan berbentuk lilin dengan bau khas yang lemah, lanolin yang dicairkan berupa cairan jernih atau hampir jernih, cairan kuning. Bahan ini sangat mudah larut dalam benzen, kloroform, eter, dan minyak bumi (petrolatum), sedikit larut dalam etanol dingin (95%), lebih mudah larut dalam etanol mendidih (95%), praktis tidak larut dalam air.

c. Bahan Humektan 1. Propilenglikol

Selain sebagai humektan, propilen glikol biasa digunakan sebagai pelarut untuk ekstrak dan juga pengawet pada berbagai formulasi kosmetik.Bahan ini nontoksik dan sedikit mengiritasi.Propilen glikol merupakan larutan jernih, tidak berwarna, dan praktk tidak berbau.Propilen glikol pada sediaan topikal biasa digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi hingga 15%.

2. Gliserin

Dalam formuasi sediaan topikal dan kosmetik, gliserin biasa digunakan sebagai humektan dan emolien. Gliserin merupakan larutan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental, dan higroskopis. Bahan ini sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzene, kloroform, dan minyak, dapat bercampur dengan etanol, metanol, dan air. Konsentrasi gliserin yang biasa digunakan sebagai humektan bisa digunakan kurang dari 30% (Wade, & Weller, 1994).

d. Bahan pengental (Stiffening agent) 1. Asam Stearate

Asam stearat biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topikal. Dalam sediaan topikal asam stearat biasa digunakan sebagai emulsifying agent dan


(42)

solubilizing agent. Asam stearat merupakan bubuk putih keras, berwarna putih atau agak kuning, sedikit mengkilap, kristal padat putih atau kekuningan. Bahan ini sangat larut dalam benzene, kloroform, eter, dan larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi asam stearatyang biasa digunakan sebagai solubilizing agent 1-20%.

e. Bahan pengawet 1. Metilparaben

Dalam formulasi farmasetika, produk makanan, dan terutama dalam kosmetik biasanya digunakan metil paraben sebagai bahan pengawet, dengan aktivitas paling efektif untuk jamur dan kapang. Metilparaben larut dalam air, etanol 95%, eter (1:10), dan metanol. Bahan ini dapat digunakan tunggal maupun kombinasi dengan jenis paraben lain. Efektifitas pangawet ini memili rentang pH 4-8. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,02-0,3%. 2. Propilparaben

Bahan pengawet propilparaben secara luas digunakan dalam kosmetik, makanan, dan produk farmasetika. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH antara 4-8. Propilparaben sangat efektif terhadap jamur dan kapang. Di samping itu, propil paraben propil paraben lebih aktif terhadap bakteri gram positifdaripada gram negatif. Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktifitas antimikroba. Bahan ini sangat larut dalam aseton, ester dan minyak, mudah larut dalam etanol dan metanol, sangatsedikit larut dalam air. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk sediaan topikal adalah 0.001-0.6 (Wade, & Weller, 1994).

f. Aquadest

Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut aquadest. Air murni ini dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau dengan cra yang cara yang sesuai. Air murni lebih bebas dari kotoran maupun mikroba.Air murni digunkan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air, terkecuali untuk parenteral, aquadest tidak padat digunakan (Ansel, 1989).


(43)

2.12 Stabilitas Krim

Umumnya suatu emulsi diangkap tidak setabil secara fisika jika, fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan, jika bulatan-bulata atau agregat dari agregat naik ke permukaan atau turun kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan bekat dari fase dalam, dan jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipegaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba (Ansel,.2005).

Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timul bau, perubahan atau emisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna dan fisik lainnyayang baik (Martin, et al., 1983) Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Flokulasi dan creaming

Creaming’ merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda (Anief., 1987). Creaming ke arah atas terjadi dalam suatu emulsi a/m atau m/a yang tidak stabil dimana fase terdispersi mempunyai kerapatan lebih kecil daripada kerapatan fase luar. Creaming ke arah bawah dalam emulsi yang tidak stabil dimana kerapatan fase dalam lebih besar daripada kerapatan fase luar (Ansel,.2005).

b. Koalesen dan pecahnya emulsi (crecking atau breaking)

Creaming adalah suatu proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses creaking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali (Anief.,1987). Hal ini dikarenakan lapisan pelindung disekitar bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi (Ansel.,2005).


(44)

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Maret 2014 hingga September 2014. 3.1.2 Tempat Penelitian

Untuk proses ekstraksi kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan uji aktivitas dilakukan di laboratorium penelitian 1 sedangkan formulasi dilakukan di laboratorium penelitian 2 Program Strudi Famasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Penelitian

Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang telah dikarakterisasi oleh Narulita (2014), Vitamin C, Lanolin anhidrat (Bratako), Vaselin (Bratako), Asam stearat (Bratako), Dimeticon (Bratako), Gliserin (Bratako), Span 60, Tween 80, Propilenglikol (Bratako), Metylparaben (Bratako), Propylparaben (Bratako), DPPH (Sigma), Metanol P.A (Merck), aquadest.

3.2.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator

(EYELA digital water bath), gelas ukur 100 ml (Pyrex), batang pengaduk besar, corong besar, erlenmeyer 500 ml (Schot Duran), spatula besar, botol maserasi, cawan penguap besar, gelas kimia 100 ml (Pyrex), refrigerator (Panasonic), corong buchner (Pyrex), neraca analitik digital (Wiggen Hauser), hot plate, lumpag, alu, spektrofotometer UV-Vis (Hitachi), pH meter, erlenmayer 2000 ml (Schot Duran), gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, cawan penguap, termometer, sentrifugator, vakum, kertas saring, Homogenizer, pH meter (Navi),

micropipet effendrof reference 100 L, 200 L, dan 1000 L, Viskometer


(45)

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangsotana L.) (Sharon Nela, Aman Syariful, & Yuliet., 2013)

1) Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)

Ditimbang seksama lebih kurang 1,98 mg DPPH (BM 394,32). Lalu dilarutkan dengan metanol pro analisis hingga 50 mL, kemudian ditempatkan dalam botol gelap. Cukupkan pelarutnya hingga tanda batas kemudian kocok hingga homogen

2) Pembuatan larutan blanko dan optimasi panjang gelombang DPPH Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan metanol sebanyak 2 ml. Dan homogenkan dengan vortex. Mulut tabung ditutup dengan alumunium foil. kemudian diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Tentukan spektrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800 nm dan tentukan pajang gelombang maksimumnya. 3) Pembuatan larutan vitamin C

Ditimbang vitamin C pro analisis sebanyak 1 mg. Dilarutkan dengan metanol pro analisis, dimasukkan dalam labu ukur lalu ditambahkan metanol pro analisis hingga 10 ml (100 g/mL). Selanjutnya dibuat seri

konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 g/mL.

Pada masing-masing konsentrasi dimasukkan dalam labu ukur dan ditambanhkan metanol p.a hingga tanda batas. Masing masing larutan uji di pipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan DPPH 0,1mM sebanyak 2 mL, kemudian dikocok degan vortex hingga homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya larutan uji diukur serapannya menggunakan alat spektrofotometer UV-Vispada panjang gelombang 515,5 nm.

4) Pembuatan larutan uji ekstrak

Ditimbang lebih kurang 50 mg ekstrak, lalu dilarutkan dalam 50 ml metanol pro analisis (konsentrasi 1000 g/mL), larutan ini merupakan


(46)

15g/mL. Dari beberapa konsentrasi tadi kemudian dipipet sebanyak 2 ml

kedalam tabung reaksi, didalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan DPPH (0,1 mM) dengan rasio 1:1 kemudian tunggu 30 menit pada suhu ruang (25oC). Selanjurnya diukur dengan menggunakan spekrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515,5 nm.

3.3.2 Formulasi Krim (Fatmawaty, at al, 2012)

Tabel 1. Formulasi Krim Anti-aging Ekstral Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Bahan Formula

A B C

Vaselin Album 15% 15% 15%

Lanolin 13% 13% 13%

Dimeticon 10% 10% 10%

Asam Stearat 10% 10% 10%

Nipagin 0,18% 0,18% 0,18%

Nipasol 0,05% 0,05% 0,05%

Span 60 10%

(HLB 4,95) 10% (HLB 5,7) 10% (HLB 6,8) Tween 80

Propilenglikol 8% 8% 8%

Gliserin 10% 10% 10%

Ekstrak Kulit buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

2% 2% 2%

Aquadest Add 100% Add 100% Add 100%


(47)

3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangstana L.) (Sharon Nela, Aman Syariful, & Yuliet.,2013) a. Fase minyak (Vaselin, Lanolin, Dimeticon, Asam Stearat, Span 60,

Nipasol) dipanaskan hingga temperatur 70oC (Campuran pertama).

b. Fase air ( Tween 80, Propilenglikol, gliserin, Aquadest). dipanaskan hingga temperatur 70oC (Campuran kedua)

c. Campuran kedua (fase air) sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam campuran pertama (fase minyak) pada suhu 70oC. Kemudian dihomogenkan dengan homogenizer dengan keceatan 2000 rpm selama 15 menit. Setelah 15 menit masukkan ekstrak etanol 50% kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L).yang dilarutkan dengan etanol 50%,kemudian homogenkan kembali menggunakan homogenizer selama 10 menit.

3.3.4 Evaluasi Sediaan Krim Anti-aging (Sharon Nela, Aman Syariful, & Yuliet., 2013).

Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik krim, uji PH, uji viskositas, uji stabilitas dengan sentrifugasi dan pengukuran aktivitas antioksidan sediaan krim pada hari ke 1 dan setelah 10 hari disuhu 25, 30, dan 35oC.

1. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis dapat dinilai dari tekstur sediaan yang stabil meliputi perubahan warna dan bau krim. Pengamatan dilakukan terhadap krim yang baru dibuat dan telah disimpan.

2. Homogenitas

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan cara mengoleskan krim yang telah dibuat pada kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek yag lainnya dan dilihat apakah basis tersebut homogen dan apakah permukaannya halus merata. Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan yang telah disimpan.


(48)

3. Pengukuran pH

Krim dimasukkan kedalam wadah, lalu diukur pHnya dengan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan dapar standar (pH 4,5 dan pH 6,5). Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan krim telah disimpan. 4. Uji Viskositas

Penentuan viskositas sediaan krim dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield (Haake) digital dengan menggunakan spindel R7 dan dengan mengetahui adanya perubahan kekentalan pada tiap formula krim. Pembacaan hasil viskositas dalam Cp. Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan krim telah disimpan.

5. Sentrifugasi

Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sediaan krim kedalam tabung sentrifugasi, kemudian diputar pada 5000 rpm selama 10 menit, kemudian diamati perubahan fisiknya apakah terjadi pemisahan. Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan krim telah disimpan.

6. Cycling Test

Tiga formula krim diletakkan pada refigerator (suhu 4oC) selama 24 jam, kemudian ketiga formula krim dipindahkan ke dalam oven (suhu 40oC) selama 24 jam (1 siklus). Pada penelitian ini pemeriksaan dilakukan selama 1 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan krim sebelum dan sesudah cycling test.

3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

1) Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)

Ditimbang seksama lebih kurang 1,98 mg DPPH (BM 394,32). Lalu dilarutkan dengan metanol pro analisis hingga 50 mL, kemudian ditempatkan dalam botol gelap. Cukupkan pelarutnya hingga tanda batas kemudian kocok hingga homogen

2) Pembuatan larutan blanko dan optimasi panjang gelombang DPPH Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan metanol sebanyak 2 ml. Dan homogenkan dengan vortex.


(49)

Mulut tabung ditutup dengan alumunium foil. kemudian diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Tentukan spektrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800 nm dan tentukan pajang gelombang maksimumnya. 3) Pembuatan larutan uji krim

Ditimbang lebih kurang 2,5 gram krim, lalu dilarutkan dalam 50 ml metanol pro analisis (konsentrasi 1000 ppm), larutan ini merupakan larutan induk. Kemudan dibuat beberapa seri konsentrasi (5; 7,5; 10; 12,5 dan 15

g

/mL). Dari beberapa konsentrasi tadi kemudian dipipet sebanyak 2 ml

kedalam tabung reaksi, didalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan DPPH (0,1 mM) dengan rasio 1:1 kemudian tunggu 30 menit dalam pada suhu ruang (25oC). Selanjutnya diukur menggunakan spektofotometri UV-Vis.

4) Pengukuran serapan

Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit, selanjutnya diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 515,5 nm menggunakan spektrofotometer cahaya tampak. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)

5) Penentuan persen inhibisi, nilai IC50 dan AAI

Presentasi inhibisi adalah presentasi yang mennujukan aktivitas radikal tersebut. Persentasi inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dapat dihitung dengan rumus:

% Inhibisi =

Setelah didapatkan presentase inhibisi dari masing-masing konsentrasi, konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang didapat diplotkan masing-masing pada sumbu x dan y dalam persamaan regresi linear y = a ± bx. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari


(50)

NilaiIC50 adalaah konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH

sebanyak 50% konsentraasi awal. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah

mengganti nilai y dengan 50 (Murni, 2012)

Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) digunakan untuk mengetahui index aktivitas antioksidan dengan rumus:

Nilai AAI:

Menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0,5 < AAI < 1.0, aktivitas antioksidan kuat 1.0 < AAI < 2.0 dan aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai AAI > 2.0 (Faustino, et al, 2010).


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L. ) dan Vitamin C dengan metode DPPH. Dilakukan uji aktivitas antioksidan terhadap ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang telah dikarakterisasi oleh Narulita (2014) dapat dilihat pada lampiran 1. Uji aktivitas antioksidan ini dilakukan menggunakan metode perendaman radikal bebas DPPH. Metode perendaman radikal bebas DPPH dipilih karena sederhana, cepat dan tidak memerlukan banyak reagen (Juniarti, et al, 2009). Pemeriksaan antioksidan ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang ada pada ekstrak etanol 50% kulit buah manggis, dalam hal ini menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif.

Pengujian absorbansi peredaman radikal bebas DPPH dilakukan dengan cara ekstrak dibuat pada beberapa seri konsentrasi yakni 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15g/mL, Lalu dikukur pada panjang gelombang 515,5 nm. Hasil absorbansi, %

inhibisi dan IC50 dapat dilihat padatabel 2.

Tabel 2. Hasil Absorbansi, % Inhibisi dan IC50 Ekstrak dan Vitamin C

Sampel Konsentrasi (ppm)

Absorbansi % Inhibisi

IC50 (ppm)

5 0.525 27.686

9.725 Ekstrak etanol 7.5 0.426 41.322

50% Kulit Buah 10 0.354 51.239

Manggis 12.5 0.285 60.744

15 0.174 73.344

Vitamin C

2.5 0.44 22.398

6.0258 5 0.326 42.504

7.5 0.219 61.375 10 0.105 81.481 12.5 0.007 98.765


(52)

Dari hasil absorbansi dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi sampel maka akan semakin kecil nilai absorbansi yang didapat, dan nilai persentase inhibisinya akan semakin besar. Jika diamati berdasarkan nilai IC50

yang dimiliki oleh ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana

L.) maka nilai IC50 ekstrak etanol 50% kulit buah manggis adalah 9.725 g/mL dan

nilai IC50 vitamin C adalah 6.0258 g/mL. Hasil dari nilai IC50 yang didapat bahwa

aktivitas ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif vitamin C, namun tergolong sangat kuat. Hal ini karena menurut Scherer dan Godoy (2009) aktivitas antioksidan berdasarkan nilai AAI (Antioxidant Activity Index), dikatakan lemah sebagai antioksidan jika nilai AAI < 0.5, aktivitas antioksidan sedang jika 0,5 < AAI < 1.0, aktivitas antioksidan kuat 1.0 < AAI < 2.0 dan aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai AAI > 2.0 (Faustino, et al, 2010).

Nilai AAI vitamin C sebagai pembanding diperoleh sebesar 6,638. Nilai AAI yang diperoleh ekstrak etanol 50% kulit buah manggis memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai AAI 4.113.

4.2 Evaluasi hasil uji stabilitas krim pada peyimpanan suhu kamar (25oC), Suhu 30oC dan suhu 35oC.

Krim yang dibuat terdiri dari 3 formula dengan variasi nilai HLB emulgator tween 80 dan span 60 (4,95; 5,7; 6,5). Emulgator adalah eksipien yang berfungsi menjembatani kedua fase minyak dan air (tipe M/A), dan fase air dalam minyak (A/M), tanpa adanya eksipien tersebut maka dalam campuran akan terjadi pemisahan fase dimana minyak akan terdapat di atas cairan dan air di bagian bawahnya (Anwar Effionora, 2012). Tujuan dari memvariasikan nilai HLB emulgator ini yaitu untuk mendapatkan formula krim dengan kualitas dan stabilitas fisik yang terbaik.

Krim dibuat dengan metode pencampuran dua fase, yaitu fase minyak dengan fase air. Kedua fase dipanaskan terpisah, setelah melebur keduanya dicampur menjadi satu dimana fase minyak ditambahkan kedalam fase air dalam keadaan panas-panas. Setelah itu masa campuran di homogenkan dengan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 2000 rpm selama 25 menit.


(53)

Formula krim yang dibuat dibedakan berdasarkan nilai HLB emulgator yaitu terbagi dalam tiga nilai HLB (4,95; 5,7 dan 6,8) ini didasarkan pada rentang nilai HLB butuh krim air dalam minyak antara 3-8 (Anwar Effionora, 2012).

Evaluasi krim meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan derajat keasaman (pH), pemeriksaan kekentalan (viskositas), pemeriksaan pengaruh sentrifugasi, pemeriksaan aktivitas antioksidan, serta pemeriksaan pengaruh suhu (Suhu 25oC, 30oC dan 35oC) terhadap ketiga formula. Sebelumnya telah dilakukan uji stabilitas penyimpanan pada suhu 40oC namun pada hari ke-2 krim mengalami pemisahan sehingga tidak dilanjutkan ketahap berikutnya.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Viskositas Peyimpanan Suhu Kamar (25oC) Formula Viskositas Hari ke-

0 10 (25oC)

FI 101800 186500

FII 118000 192300

FIII 116600 188200

Pemeriksaan viskositas krim menggunakan viskometer Brookfield (Haake) dengan spindel R7 dan kecepatan 20 rpm. Hasil pengukuran viskositas ketiga formula menunjukkan semua sediaan krim memiliki viskositas yang tinggi terutama pada krim II, pada hari ke-10 viskositas ketiga krim meningkat dan krim II memiliki viskositas yang paling tinggi dibandingkan dengan krim I dan III dapat terlihat pada tabel 3. Perubahan viskositas dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi fase dispers, medium dispers, emulgator, bahan tambahan lain atau lingkungan (Swastika, Mufrod, dan Purwanto, 2013). Ketiga formula ini mempunyai komposisi yang sama kecuali nilai HLB emulgator.


(1)

- Formula Krim II

Rumus : % Inhibisi =

Diketahui Absorbansi blanko = 0,499

% Inhibsi 5 ppm = = 21,2424

% Inhibsi 7,5 ppm = = 33,2665

% Inhibsi 10 ppm = = 51,1022

% Inhibsi 12,5 ppm = = 62,7254

% Inhibsi 15 ppm = = 70,5410

% Inhibsi 17,5 ppm = = 80,3607

Rumus : IC50 = a + bx

Diketahui a = -0.669, b= 4.789x IC50 = a + bx

50 = -0.669 + 4.789x 50 + 0.669 = 4.789x

IC50 = 10.580 g/mL

Rumus: AAI =

Diketahui konsentrasi DPPH = 40 g/mL


(2)

- Formula Krim III

Rumus : % Inhibisi =

Diketahui Absorbansi blanko = 0,499

% Inhibsi 5 ppm = = 16,0320

% Inhibsi 7,5 ppm = = 31,2625

% Inhibsi 10 ppm = = 46,2925

% Inhibsi 12,5 ppm = = 54,1082

% Inhibsi 15 ppm = = 66,1322

% Inhibsi 17,5 ppm = = 82,1647

Rumus : IC50 = a + bx

Diketahui a = -7.636, b= 5.063x IC50 = a + bx

50 = -7.636 + 5.063x 50 + 7.636= 5.063x

IC50 = 11.383 g/mL

Rumus: AAI =

Diketahui konsentrasi DPPH = 40 g/mL


(3)

Lampiran 14. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Formula Krim II suhu 25oC, 30oC dan 35oC

Formula Krim II Suhu 25oC

Rumus : % Inhibisi =

Diketahui Absorbansi blanko = 0,607

% Inhibsi 7,5 ppm = = 22,0757

% Inhibsi 10 ppm = = 22,8995

% Inhibsi 12,5 ppm = = 29,9835

% Inhibsi 15 ppm = = 43,6573

% Inhibsi 17,5 ppm = = 47,1169

% Inhibsi 20 ppm = = 55,8484

Rumus : IC50 = a + bx

Diketahui a = -3.170, b= 2.915x IC50 = a + bx

50 = -3.170 + 2.915x 50 + 3.170= 2.915x

IC50 = 18.2338 g

/

mL

Rumus: AAI =


(4)

Formula Krim II Suhu 30oC

Rumus : % Inhibisi =

Diketahui Absorbansi blanko = 0,607

% Inhibsi 7,5 ppm = = 13,3442

% Inhibsi 10 ppm = = 19,4398

% Inhibsi 12,5 ppm = = 26,6886

% Inhibsi 15 ppm = = 40,6919

% Inhibsi 17,5 ppm = = 40,9291

% Inhibsi 20 ppm = = 53,7067

Rumus : IC50 = a + bx

Diketahui a = -14,01, b= 3,477x IC50 = a + bx

50 = -14,01 + 3,477x 50 + 14,01 = 3,477x

IC50 = 18.409 g

/

mL

Rumus: AAI =

Diketahui konsentrasi DPPH = 40 g/mL


(5)

Formula Krim II Suhu 35oC

Rumus : % Inhibisi =

Diketahui Absorbansi blanko = 0,607

% Inhibsi 7,5 ppm = = 26,1944

% Inhibsi 10 ppm = = 31,6309

% Inhibsi 12,5 ppm = = 34,7611

% Inhibsi 15 ppm = = 40,0329

% Inhibsi 17,5 ppm = = 46,952

% Inhibsi 20 ppm = = 51,4003

Rumus : IC50 = a + bx

Diketahui a = 10.63, b= 2.025x IC50 = a + bx

50 = 10.63 + 2.025x 50 – 10.63= 2.025x

IC50 =19,44 g/mL

Rumus: AAI =


(6)

Lampiran 15. Panjang Gelombang DPPH

Lampiran 16. Perhitungan dosis sekali pakai IC50 ekstrak etanol 50% kulit buah manggis = 9,725 g/mL = 0,009725 mg per 1 ml Dosis sekali pakai krim


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Efek Ekstrak Kulit Manggis(Garcinia mangostana L.) Sebagai Anti-Aging Dalam Sediaan Krim

5 65 162

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Formulasi dan Uji Antioksidan Gel Masker Peel-Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

8 134 96

Formulai dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode DPPH (1,1 Dipenil-2 PicrilHidrazil).

1 17 93

FORMULASI LIPSTIK EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L ) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH SKRIPSI

0 0 16