menderita diabetes melitus tipe II akan meningkat. Usia sangat erat kaitannya dengan diabetes melitus tipe II, dimana pada usia lanjut terjadi kenaikan kadar
gula darah akibat resistensi insulin yang disebabkan karena menurunnya aktifitas, perubahan pola makan, dan penurunan fungsi neurohormonal.
Pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta yaitu 35 responden 35.0, diikuti dengan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 orang
29.0,kemudian diikuti dengan pegawai negeri yaitu sebanyak 11 orang 11.0 dan sisanya adalah petani dan lain-lain yaitu sebanyak 15 orang 15.0
dan 10 orang 10.0 masing-masing. Menurut Ariani et al 2012 sebanyak 65,5 penderita diabetes melitus tipe II tidak bekerja atau kurang melakukan aktivitas
fisik. Menurut Fitriyani 2012 terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II, orang yang aktifitas fisik sehari-harinya ringan
memiliki resiko 2,68 kali untuk menderita diabetes melitus tipe II dibandingkan dengan orang yang yang aktifitas fisiknya sedang atau berat.
5.2.2 Jenis Makanan
Untuk jenis makanan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus tipe II di RSUP Haji Adam Malik Medan 75.0 dalam kategori
patuh dan 25.0 dalam kategori tidak patuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2012 bahawa jumlah responden yang
patuh pada jenis makanan adalah 80.0 dan sisanya 20.0 tidak patuh pada jenis makanan. Hal yang sama dapat dilihat dalam penelitian Suprihatin 2012
bahwa kebanyakan pasien diabetes melitus patuh pada jenis makanan yang dikonsumsi dengan nilai 58.0 responden dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan
penelitian Susanty 2004 di RSUD dr. Pirngadi Medan pada umumnya pengetahuan responden tentang jenis makanan sudah baik, dimana semua jenis
makanan dapat dimakan bagi pasien diabetes melitus dan susunan makanan penderita diabetes melitus sudah mendekati makanan orang normal, yang penting
jumlah kalori yang di dapat dari makanan tidak lebih dari jumlah yang ditetapkan..
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi 2011 di RSUD menunjukkan sebanyak 51 pasien diabetes melitus tipe II rawat jalan patuh
terhadap diet diabetes melitus.
5.2.3 Jumlah Makanan
Berdasarkan penelitian ini, 63 orang 63.0 dari total responden mempunyai tingkat kepatuhan yang baik terhadap jumlah makanan pasien
diabetes melitus tipe II dan kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari jumlah sampel. Seramai 37 orang responden mempunyai tingkat kepatuhan yang
buruk mengenai jumlah makanan. Kelompok ini merupakan kelompok terkecil dari jumlah sampel dengan persentase sebanyak 37.0. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2012 bahawa jumlah responden yang patuh pada jenis makanan adalah 58.0 dan sisanya tidak
patuh 42.0 pada jumlah makanan. Menurut penelitian Carpenter 2008 kepatuhan jumlah makanan merupakan salah satu yang menjadi masalah dalam
kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe II karena lebih sulit dikendalikan dibandingkan dari kepatuhan jenis makanan dan jadwal makanan, ini dapat diihat
pada penelitian ini dan peneltian Lestari2012 bahawa nilai kepatuhan responden terhadap jumlah makanan lebih rendah dibanding jenis dan jadwal makanan.
Menurut penelitian Suprihatin 2012 juga menyatakan pasien diabetes melitus tipe II rawat jalan patuh terhadap jumlah makanan adalah sebanyak 63.3
daripada keseluruhan responden. Kurniawati 2007, menunjukkan bahwa 70 pasien diabetes melitus
patuh dalam menjalankan dietnya dengan jumlah kalori yang ditetapkan maka kadar gula darahnya akan terkontrol. Berdasarkan penelitian Pratiwi 2009
penderita Diabetes Melitus yang tidak melaksanakan diet sesuai dengan 3J jumlah, jadwal, dan jenis memiliki risiko mengalami komplikasi kronis 2,493
kali dari penderita Diabetes Melitus yang melaksanakan sesuai dengan prinsip 3J.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Jadwal Makanan