Penetapan Kadar Kalsium Karbonat Pada Tablet Magard Fa Dengan Titrasi Kompleksometri

(1)

PENETAPAN KADAR KALSIUM KARBONAT PADA TABLET MAGARD FA DENGAN TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TUGAS AKHIR

Oleh:

FHIZRI AYUNINGTYAS NIM 0924100020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Zulkifli AR dan Ibunda Faridah dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Farmasi, Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Drs. Ismail, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing pada penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 5. Bapak Drs. Agus Prabowo, MS., Apt., selaku Kepala Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

6. Ibu Dra. Nina Refida, Apt., selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.


(4)

7. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Balai Besar POM di Medan.

8. Seluruh staf dan karyawan Balai Besar POM di Medan yang telah membantu kami selama melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan). 9. Sahabatku Suci dan Nura yang selalu mendoakan dan memberikan ku

semangat saat jenuh dan lelah. Untuk Bang Denny Satria, terima kasih atas kritik dan sarannya serta dorongan dan doa-doanya.

10. Fauzi, Yuli, dan Kiki selaku teman sekelompok selama PKL di BBPOM Medan.

11. Seluruh teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Dalam menulis Tugas Akhir ini, Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012 Penulis

Fhizri Ayuningtyas NIM 092410020


(5)

Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Titrasi Kompleksometri

Abstrak

Kalsium karbonat merupakan antasida yang kuat dan murah. Pada proses penetralan asam, kalsium karbonat dapat menetralkan asam klorida dan di dalam lambung, kalsium karbonat diubah mejadi kalsium klorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium karbonat dalam tablet Magard FA. Uji penetapan kadar kalsium karbonat ini dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, dimana asam klorida dan natrium hidroksida digunakan sebagai pelarut dan dinatrium edetat sebagai pentiter.

Percobaan dilakukan secara duplo dimana volume dinatrium edetat yang dipakai pada titrasi I sebanyak 3,0 ml, dan volume dinatrium edetat yang terpakai pada titrasi II sebanyak 3,05 ml. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah lembayung hingga terbentuk warna biru tua jernih.

Dari pengujian yang dilakukan diperoleh kadar kalsium karbonat di dalam tablet Magard FA sebesar 97,24%. Hasil ini memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN.. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan. ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Obat ... 3

2.2 Tablet .. ... 4

2.2.1 Jenis-Jenis Tablet ... 5

2.2.2 Keunggulan Bentuk Sediaan Tablet .. ... 6

2.3 Maag .. ... 6

2.3.1 Gejala Klinis Penyakit Maag ... 7

2.3.2 Penyebab Penyakit Maag .. ... 7

2.4 Antasida ... 8

2.4.1 Penggolongan Antasida... 8

2.4.2 Indikasi Antasida ... 9

2.4.3 Efek Samping Antasida... 10

2.5 Kalsium Karbonat ... 10

2.5.1 Sifat Kalsium Karbonat... 11

2.5.2 Efek Samping ... ... 11

2.5.3 Mekanisme Kerja ... 12

2.6 Metode Penetapan Kadar Kalsium Karbonat .. ... 12


(7)

2.6.3 Indikator Biru Hidroksi Naftol ... 13

2.6.4 Macam-Macam Titrasi Kompleksometri ... 13

BAB III METODOLOGI... 15

3.1 Tempat Pengujian . ... 15

3.2 Sampel .. ... 15

3.3 Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Kompleksometri .. ... 16

3.3.1 Alat . ... 16

3.3.2 Bahan... 16

3.3.3 Prosedur ... 16

3.3.4 Persyaratn ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan .. ... 20

5.2 Saran . ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21


(8)

Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Titrasi Kompleksometri

Abstrak

Kalsium karbonat merupakan antasida yang kuat dan murah. Pada proses penetralan asam, kalsium karbonat dapat menetralkan asam klorida dan di dalam lambung, kalsium karbonat diubah mejadi kalsium klorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium karbonat dalam tablet Magard FA. Uji penetapan kadar kalsium karbonat ini dilakukan menggunakan metode titrasi kompleksometri, dimana asam klorida dan natrium hidroksida digunakan sebagai pelarut dan dinatrium edetat sebagai pentiter.

Percobaan dilakukan secara duplo dimana volume dinatrium edetat yang dipakai pada titrasi I sebanyak 3,0 ml, dan volume dinatrium edetat yang terpakai pada titrasi II sebanyak 3,05 ml. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna merah lembayung hingga terbentuk warna biru tua jernih.

Dari pengujian yang dilakukan diperoleh kadar kalsium karbonat di dalam tablet Magard FA sebesar 97,24%. Hasil ini memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Setiap tahun kebutuhan produk obat meningkat di masyarakat (Tjay dan Rahardja, 2007).

Banyaknya permintaan obat oleh konsumen menimbulkan produsen untuk memproduksi berbagai macam obat dengan spesifikasi tertentu. Terlebih lagi jika konsumen menginginkan obat yang berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau. Namun berdasarkan dari beberapa penelitian yang ada, penerapan penggunaan obat di pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa dalam praktek sehari-hari sering terjadi penggunaan obat yang tidak rasional, selain kemungkinan efek samping yang bertambah juga dapat menimbulkan dampak negatif pada penderita seperti masa perawatan yang lama (Munaf, 1994).

Penggunaan obat yang tidak rasional juga dapat terjadi pada obat antasida yang tersedia dalam berpuluh-puluh merek yang memiliki spesifikasi tertentu dan tersususn dari kompisisi zat kimia di dalamnya seperti kalsium karbonat. Selain itu setiap pembuatan formulasi obat, diperlukan kandungan komposisi setiap zat dengan kadar yang tepat agar diperoleh penggunaan terapi yang sesuai dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan tersebut (Anonim, 2007).


(10)

Menyadari akan hal ini bahwa kadar yang tidak memenuhi persyaratan dapat membahayakan konsumen, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA Secara Titrasi Kompleksometri”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Basar Pengawas Obat dan Makanan di Medan. 1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet Magard FA yaitu sebagai berikut:

− Untuk mengetahui berapa kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam tablet Magard FA

− Untuk mengetahui apakah kadar kalsium karbonat yang terkandung dalam tablet Magard FA memenuhi persyaratan yang dipersyaratakan Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet Magard FA adalah agar dapat mengetahui bahwa sediaan tablet tersebut yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV sehingga aman untuk dikonsumsi.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 193/Kab/B.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: “Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperoleh atau memperindah badan atau bagian badan lainnya (Joenoes, 2001).

Obat jadi yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan F.I atau buku lain. Obat essensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksi terapi dan rehabilitasi. Obat paten yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memperoduksinya. Obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan Internasioanl Non Proprietary Names WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.2 Tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet dapat berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Goeswan, 2008).


(12)

Zat tambahan yang digunakan dapat berupa zat pengisi yang berfungsi untuk memperbesar volume tablet, contohnya saccharum lactis dan amylum; zat pengikat yang berfungsi agar tablet tidak pecah dan dapat merekat, contohnya gom arab; zat penghancur yang dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut, contohnya amylumn dan agar-agar serta zat pelicin yang dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan, contohnya talkum, magnesium dan asam stearat. Tablet dapat digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Berbagai bentuk khusus tablet dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang (Anief, 1994; Syamsuni; 2006).

Tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat ditempat yang kelembabannya yang rendah, serta terlindung dari temperatur yang tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai dengan pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya dismpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya sinar / cahaya agar dapat bertahan lebih lama (Ansel, 1989).

2.2.1 Jenis-Jenis Tablet

1. Tablet Salut Gula, tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan.

2. Tablet Salut Enterik yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus.

3. Tablet Sublingual atau Bukal yaitu tablet yang disisipkan di pipi dan dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau dibawah lidah untuk diadsorpsi melalui mukosa oral.


(13)

4. Tablet Kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Tablet ini digunakan untuk formulasi tablet multivitamin dan antasida.

5. Tablet Effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu menjelaskan gas ketika bercampur dengan air.

6. Tablet Triturat, tablet ini bentuknya kecil dan silinder serta biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras.

7. Tablet Hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan kebawah kulit, merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara mendadak.

8. Tablet Lepas Lambat, dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia dalam jumlah waktu tertentu setelah obat diberikan (Ditjen POM, 1995).

2.2.2 Keunggulan Bentuk Sediaan Tablet

Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang sangat populer, dimana hampir sebagian besar bentuk sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet (hampir 60%). Hal ini didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh tablet, yaitu:

a. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan produksi yang sangat tinggi sehingga lebih murah

b. Memiliki kecepatan dosis tiap tablet / tiap unit pemakaian c. Lebih stabil dalam bentuk kering

d. Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan

e. Mudah dalam pengepakan (blister atau strip) dan transportasi f. Pasien dapat membawa kemana pun dengan mudah


(14)

g. Produk dapat dengan mudah diidentifikasi dengan memebrikan tanda / logo di punch atau dengan printing

h. Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga medis (Sulaiman, 2007).

2.3 Maag

Penyakit maag (dyspepsia) didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di sekitar uluh hati. Dyspepsia yang paling dikenal adalah radang lambung (gastritis). Gastritis merupakan peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung, gejala yang khas pada gastritis berupa nyeri atau perih pada uluh hati meskipun baru saja makan. Peradangan pada lambung tidak hanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi asam lambung, tetapi juga dapat dikarenakan injeksi sejumlah bakteri. Jika kondisinya sudah parah maka infeksi bakteri akan menyebabkan borok-borok pada lambung atau tukak lambung (Tambunan, 1994; Yuliarti, 2009).

Penyebab rasa nyeri dan perih adalah karena berkurangnya daya tahan selaput lendir-lendir dinding lambung yang dalam keadaan normal sangat tahan terhadap asam klorida (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.3.1 Gejala Klinis Penyakit Maag

Adapun gejala–gejala yang sering ditunjukkan pada penyakit maag yaitu:

1. Rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika sedang makan

2. Mual-mual 3. Muntah

4. Kehilangan nafsu makan


(15)

2.3.2 Penyebab Penyakit Maag

Adapun faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya sakit maag yaitu: 1. Infeksi bakteri

Infeksi akibat bakteri Helicobacter pylori pada lambung bisa menyebabkan peradangan mukosa lambung. Infeksi yang disebabkan bakteri ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak. Sering kali, bakteri ditularkan melalui feses, ludah, termasuk alat makan yang tidak dicuci dengan bersih. Bakteri ini kemudian tinggal di dalam perut hingga dewasa. 2. Obat penghilang nyeri

Mengkonsumsi obat-obat penghilang rasa nyeri seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen yang selalu sering dapat menyebabkan penyakit maag. 3. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis permukaan lambung sehingga asam lambung dengan mudah akan mengikis permukaan lambung (Yuliarti, 2009).

2.4 Antasida

Antasida merupakan salah satu golongan obat yang bekerja mengurangi keasaman cairan lambung di dalam rongga lambung yang diberikan secara oral dan selain itu dapat pula menetralkan asam lambung secara lokal. Ada tiga cara antasida mengurangi keasaman cairan lambung, yaitu pertama secara langsung menetralkan cairan lambung, kedua dengan berlaku sebagai buffer terhadap hydrochloric acid lambung yang pada keadaan normal mempunyai pH 1 sampai 2 dan ketiga dengan kombinasi kedua cara tersebut diatas. Antasida akan mengurangi rangsangan asam lambung terhadap saraf sensoris dan melindungi mukosa lambung terhadap perusakan oleh pepsin (Anwar, 2000).


(16)

2.4.1 Penggolongan Antasida

Secara klinis antasida dapat dibagi atas 2 golongan:

a. Antasida kuat, yaitu antasida yang mempunyai aktivitas netralisasi asam yang efektif, termasuk: Natrium bikarbonat, Kalsium karbonat dan Magnesii oksid.

b. Antasida tidak kuat, karena mempunyai kapasitas netralisasi asam lambung relatif kecil, termasuk: semua antasida selain diatas, terutama Aluminium hidroksida gel. Pemberian antasida dalam dosis yang cukup kuat mempercepat proses penyembuhan pada ulkus peptikum (Munaf, 1994).

Berdasarkan pengaruhnya terhadap keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh, anatsida dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Antasida nonsistemik, yaitu antasida yang mempunyai kation yang membentuk senyawa-senyawa yang tidak larut dalam usus dan tidak dapat diabsorbsi, sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam tubuh namun hanya mempengaruhi kemasaman cairan dalam saluran cerna. Misalnya Aluminium hidroksida dan Kalsium karbonat.

b. Antasida sistemik, yaitu antasida yang tidak membentuk kompleks yang tidak larut dan ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga dapat merubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat menimbulkan alkalosis. Misalnya Na-bikarbonat (Anwar, 2000).

2.4.2 Indikasi Antasida

1. Pemberian antasida dapat mengurangi rasa nyeri pada ulkus peptikum 2. Mengurangi hiperasiditas


(17)

5. Mencegah pembentukan batu / kristal obat-obat yang menyebabkan pH urin menjadi asam

6. Efek samping konstipasi pada penggunaan antasida dapat mengobati penyakit diare (Munaf, 1994).

2.4.3 Efek Samping Antasida

Pemberian antasida dalam dosis besar secara terus-menerus dapat memberikan efek samping sebagai berikut:

1. Alkalosis (karena diserapnya kation-kation antasida), retensi cairan dan gejala keracunan Mg dengan depresi SSP (karena diserapnya Mg) dapat terjadi pada pemakaian antasida

2. Perubahan fungsional usus besar, dapat berupa: • Konstipasi pada pemakaian Ca-karbonat • Diare pada pemakaian preparat Mg

• Susah buang air besar akibat pemakaian hidrat garam-garam aluminium yang terdapat di dalam usus besar terpisah dari tinja dan menjadi keras sehingga susah dikeluarkan. Untuk mencegah efek samping diatas dianjurkan untuk menggunakan kombinasi

• Alkalosis terjadi pada penggunaan Na-bikarbonat

• Gangguan absorpsi atau sekresi obat lain. Antasida dapat menghambat absorpsi obat-obat seperti: tetrasiklin, digoksin, fenitoin, isoniazid dan obat-obat yang bersifat asam (Anwar, 2000).

2.5 Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan karbonat pertama yang digunakan sebagai antasidum yang memiliki efek baik, cepat dan efektif dapat menetralisasi asam lambung. Kalsium dapat mengaktivasi dan kemudian berlanjut dengan bertambahnya sekresi gastrin dan HCl. Kalsium karbonat kemudian akan


(18)

menghasilkan rasa gembung perut dan banyak sendawa (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.5.1 Sifat Kalsium Karbonat

Sifat-sifat kalsium karbonat adalah sebagai berikut:

Sinonim : Calcii Carbonas, Kapur, Stomagel Berat Molekul : 100,09

Rumus Empiris : CaCO3

Pemerian : Berbentuk kristal atau serbuk, tidak berwarna atau putih tak berbau dan tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Ditjen POM, 1995).

2.5.2 Efek Samping

Sindroma yang dapat timbul akibat penggunaan kalsium dalam jumlah besar dapat berbentuk hypercalcemia, pengurangan ekskresi hormon parathypoid, retensi fosfat, pengendapan garam Ca di dalam ginjal, disfungsi ginjal serta menyebabkan perdarahan pada saluran cerna. Pada lansia lebih sering dijumpai sembelit. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat ini:

• Sebagian obat ini dapat diabsorpsi sehingga akan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, maka sebaiknya jangan diberikan lebih dari 20 gram sehari.

• Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal jangan lebih dari 4 gram sehari (Anwar, 2000).

Potensi cukup kuat, mulai kerja cepat dan berlangsung lama. Kejelekan obat ini adalah dapat menimbulkan acid rebound dan dapat pula mengakibatkan


(19)

kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan, sedangkan pemberian 8 gram mengakibatkan hiperkalsemia ringan (Munaf, 1994).

2.5.3 Mekanisme Kerja

Sebagai antasida, kalsium karbonat menetralkan asam lambung sambil melepaskan gas karbondioksida yang diduga merangsang dinding dengan mencetuskan perforasi dari tukak. Pertama-tama terjadi peredaan nyeri, tetapi segera disusul oleh rasa nyeri yang lebih hebat akibat bertambahnya pelepasan asam (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.6 Metode Penetapan Kadar Kalsium Karbonat 2.6.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri seperti yang menyangkut penggunaan EDTA(Khopkar, 2002).

2.6.2 Prinsip Titrasi Kompleksometri

Larutan yang mengandung ion logam dititrasi dengan zat pembentuk kompleks (EDTA) menghasilkan kompleks yang stabil dan larut dalam air. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan indikator logam (Rivai, 1995).


(20)

2.6.3 Indikator Biru Hidroksi Naftol

Merupakan inidkator yang berbentuk serbuk hablur, berwarna biru dan mudah larut dalam air. Pada pH 12-13, indikator ini memberikan warna kuning kemerah-merahan dengan ion kalsium dan berwarna biru gelap jernih dengan dinatrium edetat berlebih (Dirjen POM, 1995).

2.6.4 Macam-macam Titrasi Kompleksometri

Ada berbagai macam titrasi kompleksometri yaitu: a. Titrasi langsung

Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana. Larutan ion yang ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat.

b. Titrasi kembali

Titrasi ini untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya kalsium sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.

c. Titrasi substitusi

Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.


(21)

Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak beraksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1.

e. Titrasi alkalimetri

Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat dibebaskan oleh logam berat dan kemudian dititrasi dengan larutan baku alkali yang sesuai. Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini, sebelum dititrasi dalam suasana netral terhadap indikator yang digunakan (Rohman, 2007).


(22)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian terhadap kadar Kalsium Karbonat dalam sediaan tablet Magard FA dengan Titrasi Kompleksometri dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2 Sampel

Nama sampel : Magard FA Komposisi : Famotidin 20 mg

Ca karbonat 800 mg Mg hidroksida 165 mg

Indikasi : Mengurangi gejala akibat kelebihan asam lambung, seperti tukak lambung, tukak duodenum, refluks esofagitis, esofagitis ulseratif, dyspepsia, kondisi hipersekresi patologis

Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun: 1 tablet kunyah 2 kali/hari. Maksimal 2 tablet/hari

Pemberian Obat : Diberikan 1 jam sebelum makan

Kontra Indikasi : Pasien dengan kesulitan menelan. Penderita gangguan fungsi ginjal, hati, atau jantung. Penggunaan terus menerus > 14 hari. Hamil, laktasi


(23)

Interaksi Obat : Klaritromisisn, tetrasiklin, ketokonazol, propantelin, benzodiazepine, fenitoin, aspirin, penghambat adrenergic

No. Reg : DTL 07242233663 A1 Daluarsa : Juni 2013

Nama Industri : PT. Soho Industri Farmasi

3.3 Penetapan Kadar Kalsium Karbonat dalam Tablet Magard FA secara Kompleksometri

3.3.1 Alat

Labu kur 50 ml, Erlenmeyer, beker gelas, gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, mortir dan stamper, perkamen, ultrasonic cleaner brandsonic

3.3.2 Bahan

Aquadest, EDTA 0,05 M, asam klorida 3 N, natrium hidroksida, indikator biru hidroksi naftol, serbuk kalsium karbonat

3.3.3 Prosedur

a. Pembakuan Larutan Standar Na EDTA 0,05 M

- Timbang seksama lebih kurang 200 mg kalsium karbonat, masukkan kedalam 500 ml gelas ukur.

- Tambahkan 10 ml air dan 2 ml HCl 3 N dengan pipet yang dimasukkan diantara tepi bibir gelas ukur, homogenkan dan encerkan dengan air hingga 100 ml.

- Tambahkan 30 ml larutan dinatrium edetat melalui buret 50 ml.

- Tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol dan lanjutkan titrasi dengan dinatrium edetat hingga larutan berwarna biru tua jernih.


(24)

b. Penetapan Kadar Kalsium Karbonat

- Timbang setara 150 mg sampel, masukkan kedalam labu ukur 50 ml. - Tambahkan air 5 ml dan tambahkan 10 ml HCl 3N kemudian panaskan

dan encerkan dengan air hingga garis tanda.

- Dari labu 50 ml tersebut dipipet 5 ml larutan uji, tambahkan 100 ml air dan 2,5 ml NaOH 1 N lalu tambahkan indikator biru hidroksi naftol.

- Titrasi dengan EDTA 0,05 M hingga terbentuk warna biru tua jernih. 3.3.4 Persyaratan

Kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet Magard FA dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet Magard FA yang diuji mengandung kadar kalsium karbonat sebesar 97,27%.

Contoh perhitungan hasil pengujian dari titrasi komplesktsometri dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet Magard Fa dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet tersebut mengandung kalsium karbonat sebesar 97,24%, artinya sediaan tablet memenuhi persyaratan karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV rentang kadar yang di perbolehkan dalam kalsium karbonat adalah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.

Pengukuran kalsium karbonat dilakukan pada suasana pH 12, karena pada pH ini magnesium dalam air akan mengendap sebagai Mg(OH)2, sedangkan kalsiumnya dititrasi dengan larutan EDTA dengan bantuan indikator biru hidroksi naftol sehingga membentuk senyawa komplek Ca-EDTA. Penambahan EDTA dihentikan ketika warna larutan berubah dari ungu kemerahan menjadi biru. Penambahan basa kuat ditambahkan untuk menaikkan pH sampai 12, sehingga Mg(OH)2 akan mengendap dan hanya kalsium yang dapat dititrasi. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini adalah HCl. Larutan HCl digunakan sebagai pelarut karena kalsium larut dalam asam dengan membentuk gelembung gas. Pada titrasi sampel digunakan NaOH, karena selain sebagai pembuat suasana basa NaOH


(26)

disini juga sebagai penetral sampel yang telah dilarutkan oleh HCl (Day & Underwood, 1990).


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet Magard FA dengan titrasi kompleksometri, dapat disimpulkan sebagai berikut:

− Kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam tablet Magard FA setelah dilakukan pengujian yaitu sebesar 97,24%

− Kadar kalsium karbonat yang terkandung dalam tablet Magard FA memenuhi persyaratan, karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV rentang kadar yang diperboleh dalam kalsium karbonat adalah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%

5.2 Saran

− Sebaiknya pengujian untuk sediaan tablet Magard FA jangan hanya terpatok pada pangujian kadar kalsium karbonat saja, akan tetapi pengujian-pengujian secara fisika-kimia lain juga harus dilakukan agar sediaan yang dipasarkan benar-benar merupakan sediaan yang memenuhi persyaratan dalam segala aspek fisika-kimia nya.

− Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya yang berkesinambungan untuk memeriksa sediaan-sediaan obat yang beredar dipasaran dan jika menemukan sediaan yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan monografinya, maka perusahaan penghasilnya harus diberi peringatan dan sanksi yang tegas agar untuk selanjutnya tidak ditemukan kembali sediaan-sediaan yang tidak memenuhi persyaratan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 107.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Hal. 298-299.

Anwar, J. (2000). Farmakologi dan Terapi: Obat-Obat Saluran Cerna. Jakarta: Hipokrates. Hal. 31-33.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI. Hal. 4-6, 159, 1207.

Goeswin, A. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: ITB Press. Hal. 192.

Joenoes, N.Z. (1990). Ars Prescribendi (Resep Yang Rasional). Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 25, 142.

Khopkar, S.M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal. 129, 131.

Munaf, Y. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 66-67, 70-72.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 209-210. Rohman, A, dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Hal. 150-152.

Sulaiman, T. (2007). Tekonologi Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta:

MUCOMM. Hal.2-3.

Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Hal. 165.

Tambunan, G. (1994). Patologi Gastroenterologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 45.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan

dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I. Jakarta: Penerbit

Gramedia. Hal. 263, 270.

Underwood, A.L., dan Day, R.A. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke empat. Jakarta. Erlangga. Hal. 209.


(29)

LAMPIRAN

Lampiran A1 Perhitungan

Pembakuan Larutan Standar dinatrium edetat 0,05 M Berat CaCO3 I = 200,2 mg

Berat CaCO3 II = 200,4 mg Volume titrasi pembakuan I = 40,05 ml Volume titrasi pembakuan II = 40,10 ml

= 0,0499 N

= 0,0499 N

= 0,0499 N Penetapan kadar kalsium karbonat

Volume titrasi blanko = 0,1 ml Volume titrasi sampel I = 3,0 ml Volume titrasi sampel II = 3,05 ml

Penimbangan Zat Uji :

Bobot Rata-rata Tablet (Br) : 1,5525 gram Kadar Etiket (Ke) : 800 mg


(30)

Penimbangan I : Penimbangan II :

K + Z = 0,4767 gram K + Z = 0,4767 gram K + S = 0,1850 gram K + S = 0,1850 gram

Zat = 0,2917 gram Zat = 0,2917 gram


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam sediaan tablet Magard FA dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet Magard FA yang diuji mengandung kadar kalsium karbonat sebesar 97,27%.

Contoh perhitungan hasil pengujian dari titrasi komplesktsometri dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet Magard Fa dengan titrasi kompleksometri, diketahui bahwa sediaan tablet tersebut mengandung kalsium karbonat sebesar 97,24%, artinya sediaan tablet memenuhi persyaratan karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV rentang kadar yang di perbolehkan dalam kalsium karbonat adalah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.

Pengukuran kalsium karbonat dilakukan pada suasana pH 12, karena pada pH ini magnesium dalam air akan mengendap sebagai Mg(OH)2, sedangkan kalsiumnya dititrasi dengan larutan EDTA dengan bantuan indikator biru hidroksi naftol sehingga membentuk senyawa komplek Ca-EDTA. Penambahan EDTA dihentikan ketika warna larutan berubah dari ungu kemerahan menjadi biru.


(2)

disini juga sebagai penetral sampel yang telah dilarutkan oleh HCl (Day & Underwood, 1990).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar kalsium karbonat dalam Tablet Magard FA dengan titrasi kompleksometri, dapat disimpulkan sebagai berikut:

− Kadar kalsium karbonat yang terdapat dalam tablet Magard FA setelah dilakukan pengujian yaitu sebesar 97,24%

− Kadar kalsium karbonat yang terkandung dalam tablet Magard FA memenuhi persyaratan, karena menurut Suplemen Farmakope Indonesia Edisi IV rentang kadar yang diperboleh dalam kalsium karbonat adalah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%

5.2 Saran

− Sebaiknya pengujian untuk sediaan tablet Magard FA jangan hanya terpatok pada pangujian kadar kalsium karbonat saja, akan tetapi pengujian-pengujian secara fisika-kimia lain juga harus dilakukan agar sediaan yang dipasarkan benar-benar merupakan sediaan yang memenuhi persyaratan dalam segala aspek fisika-kimia nya.

− Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya yang berkesinambungan untuk memeriksa sediaan-sediaan obat yang beredar dipasaran dan jika menemukan sediaan yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 107.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Hal. 298-299.

Anwar, J. (2000). Farmakologi dan Terapi: Obat-Obat Saluran Cerna. Jakarta: Hipokrates. Hal. 31-33.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI. Hal. 4-6, 159, 1207.

Goeswin, A. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung: ITB Press. Hal. 192.

Joenoes, N.Z. (1990). Ars Prescribendi (Resep Yang Rasional). Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 25, 142.

Khopkar, S.M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal. 129, 131.

Munaf, Y. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 66-67, 70-72.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 209-210. Rohman, A, dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Hal. 150-152.

Sulaiman, T. (2007). Tekonologi Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: MUCOMM. Hal.2-3.

Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Hal. 165.

Tambunan, G. (1994). Patologi Gastroenterologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 45.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal. 263, 270.

Underwood, A.L., dan Day, R.A. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke empat. Jakarta. Erlangga. Hal. 209.


(5)

LAMPIRAN

Lampiran A1 Perhitungan

Pembakuan Larutan Standar dinatrium edetat 0,05 M Berat CaCO3 I = 200,2 mg

Berat CaCO3 II = 200,4 mg Volume titrasi pembakuan I = 40,05 ml Volume titrasi pembakuan II = 40,10 ml

= 0,0499 N

= 0,0499 N

= 0,0499 N Penetapan kadar kalsium karbonat

Volume titrasi blanko = 0,1 ml Volume titrasi sampel I = 3,0 ml Volume titrasi sampel II = 3,05 ml


(6)

Penimbangan I : Penimbangan II :

K + Z = 0,4767 gram K + Z = 0,4767 gram K + S = 0,1850 gram K + S = 0,1850 gram Zat = 0,2917 gram Zat = 0,2917 gram Rumus Perhitungan :