BAB IV PERANAN NOTARIS SEBAGAI
PEMBUAT AKTA PERJANJIAN KREDIT
A. Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Dalam Perjanjian Kredit
Pembahasan akan dilakukan pada akta otentik notaris. Secara umum, akta yang dikenal ada dua jenis yaitu akta otentik dan akta di bawah
tangan dan hal itu sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Akta ini sendiri berdasarkan keinginan pihak yang ingin membuatnya
dibagi kedalam 5 jenis akta, yaitu:
55
1. Akta di bawah tangan tanpa memakai saksi
2. Akta di bawah tangan dengan memakai 2 orang saksi
3. Akta di bawah tangan yang didaftarkan ke notaris atau pengadilan
negeri 4.
Akta di bawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris atau pengadilan negeri
5. Akta otentik yang dibuat dihadapan notaris.
Secara umum, kesemua jenis akta diatas merupakan akta yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Namun dikatakan suatu akta itu adalah
kuat apabila akta tersebut sempurna secara hukum dan mempunyai kekuatan sebagai alat bukti.
55
Hasil Wawancara penulis dengan Notaris Abidin S. Panggabean, S.H., Sp.N., yang mempunyai kantor di Jalan Palang Merah nomor 82, Medan. Wawancara dilakukan pada
tanggal 28 April 2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jika pada akta yang pertama, akta di bawah tangan tersebut bisa saja disangkal oleh salah satu pihak walaupun ada tandatangannya karena pihak yang
menyangkal bisa mengatakan bahwa akta tersebut tidak pernah diperbuatnya bahkan ditandatangani dan sudah jelas akta ini sangat lemah untuk dijadikan alat
bukti. Kemudian pada akta di bawah tangan yang ditandatangani dan disaksikan
minimum dua orang saksi sudah bisa dikatakan cukup kuat dikarenakan sudah ada saksi, tapi akta inipun belum bisa cukup meyakinkan dikarenakan akta ini masih
bisa disangkal dan saksi-saksi yang ada pun bisa saja dipengaruhi. Akta di bawah tangan yang ketiga ini adalah akta yang didaftarkan baik
kepada notaris maupun kepada pengadilan negeri. Maksud dari akta yang didaftarkan ini adalah apabila ada perjanjian yang
dibuat di bawah tangan dan telah ditandatangani oleh para pihak tanpa dihadiri oleh notaris dan kejadiannya sudah berlalu, kemudian pada saat sekarang ingin
didaftarkan ke kantor notaris, hal itu bisa terjadi, tetapi notaris hanya memberi fasilitas untuk itu dan mencatatnya di dalam buku khusus untuk pendaftaran,
namun terhadap isi dari akta di bawah tangan itu notaris tidak bertanggung jawab. Jika pada pendaftaran ini, notaris dan pengadilan negeri hanya mengetahui bahwa
akta tersebut sudah ditandantangani kedua belah pihak, tetapi tetap saja belum terlalu kuat tetapi paling tidak sudah lebih kuat dibanding yang sebelumnya
sebagai akta permulaan untuk digunakan sebagai alat bukti. Akta di bawah tangan yang selanjutnya adalah akta di bawah tangan yang
dilegalisasi baik itu oleh notaris maupun oleh pengadilan negeri. Akta yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilegalisasi ini adalah akta yang notaris harus melihat tanda tangan dari si pihak- pihak yang ingin membuat perjanjian, baru kemudian dilegalisasi dan dibuatkan
tanggal legalisasinya oleh notaris. Akta yang dilegalisasi ini kemudian dipertanggungjawabkan oleh notaris
hanya sebata keaslian tanda tangan dan tanggal tanda tangan serta legalisasinya, namun terhadap isinya notaris tetap tidak bertanggung jawab.
Kekuatan akta ini sudah kuat dan bisa dipertanggungjawabkan dikarenakan proses dan hasil dari legalisasi itu adalah membuat akta di bawah
tangan ini menjadi sah dimata hukum. Akta yang paling kuat adalah akta otentik dimana akta ini dibuat oleh
pejabat umum dan salah satu pejabat umum yang dibahas disini adalah notaris. Sesuai dengan pengertian yang telah ditentukan adalah dimana akta otentik
ini mulai dari bentuknya sudah ditentukan oleh undang-undang sehingga secara teknis akta ini tidak mungkin salah.
Apabila akta oktentik ini sudah selesai dan telah memenuhi persyaratan sah perjanjian, maka akta otentik ini merupakan alat bukti yang sempurna karena
telah memiliki kekuatan hukum sebagai jaminan alat bukti tertulis yang sempurna volledig bewijs
56
dan tidak memerlukan tambahan alat pembuktian lain untuk mendukung akta ini dan hakim otomatis terikat langsung kepada akta tersebut.
Mengapa hakim harus terikat terhadap grosse akta ini? Hal ini dikarenakan akta otentik yang telah diperbuat dihadapan notaris selaku pejabat umum
mempunyai kekuatan yang setara atau sama dengan vonis keputusan hakim yang
56
A.A. Andi Prajitno, op.,cit Hal.51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
telah tetap dan pasti atau inkracht van gewijsde, serta mempunyai juga kekuatan eksekutorial.
Akta otentik ini dikatakan sama dengan keputusan hakim dikarenakan beberapa hal berikut
57
: 1.
Mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah atau uitwendige bewijskracht yang mana merupakan punya kemnampuan untuk
membuktikan keabsahannya sendiri sehingga lazim disebut acta publica probant sese ipsa.
2. Mempunyai kekuatan pembuktian formal atau formale bewijskracht
yang merupakan pernyataan pejabat dalam bentuk tulisan mengenai tulisan yang tercantum didalam akta ini yang disaksikan langsung oleh
pejabat yang bersangkutan termasuk terhadap jabatannya, kepastian tanggal pembuatannya, tandatangannya dan tempat pembuatan
aktanya. 3.
Mampu mempunyai kekuatan pembuktian material atau materiele bewijskracht dimana arti dari isi akta tersebut adalah benar adanya dan
setiap orang menyuruh membuat akta tersebut untuk bukti kepada dirinya sendiri.
4. Unsur-unsur yang tercantum didalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dimana jelas sudah wajib dipenuhi oleh notaris dalam membuat akta otentik ini.
57
Ibid, hal 52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan ada penambahan lagi bahwa akta otentik ini yang telah dibuat oleh notaris mempunyai kekuatan eksekutorial dimana setiap isi perjanjian dapat
dijalankan langsung tanpa melalui proses peradilan terlebih dahulu dikarenakan akta otentik sama dengan vonis putusan hakim yang bersifat in kracht itu.
Memang tidak semua didalam perjanjian yang merupakan akta otentik itu dapat langsung dijalankan, semisal jika dalam akta otentik perjanjian kredit
mempunyai agunan benda bergerak, maka tidak serta merta agunan tersebut dapat langsung ditarik dikarenakan hanya benda tidak bergerak sajalah yang bisa ditarik
melalui perjanjian tersebut tanpa proses peradilan. Bisa dilihat, semua perjanjian yang diperbuat oleh para pihak termasuk
perjanjian kredit mempunyai kekuatan yang sempurna apabila perjanjian itu telah diperbuat menjadi akta otentik. Jadi, tidak ada perbedaan kekuatan hukum antara
akta otentik jual beli dengan akta otentik perjanjian kredit, hanya isinya saja yang mempunyai perbedaan tergantung kepada substansi perjanjian itu sendiri.
Maka, jelaslah sudah bahwa apa yang menjadi inti dari sub bab ini sejauh mana kekuatan akta otentik perjanjian kredit yang dibuat notaris sudah dapatlah
diperbuat menjadi alat bukti yang sempurna. Jadi, apabila akta otentik perjanjian kredit itu nantinya bermasalah dan
minta dipertanggungjawabkan, maka dengan menggunakan isi dari Pasal itu sendiri dapat menyelesaikan permasalahan yang ada semisal bahwa apabila dalam
suatu periode waktu yang telah ditentukan terjadi kemacetan dan pihak pemberi pinjaman atau kreditur menentukan dalam perjanjian kredit itu berhak menarik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sejumlah barang yang dijadikan agunan dan barang tersebut tidak bergerak, maka kreditur berhak menarik agunan tersebut untuk kemudian dapat dilelang.
Biasanya memang didalam klausul Pasal tersebut selalu ada jalan tengah dimana ada istilah pembaharuan perjanjian yang merupakan pembaharuan dari
jumlah hutang ditambah dengan biaya bunga yang macet selama ini. Dan biasanya biaya ini ditambahkan lagi kepada si debitur agar perjanjian
kredit yang baru dapat diperbuat dan dilaksanakan lagi. Apabila terjadi kemacetan lagi, maka tidak menutup kemungkinan untuk
ditarik apa yang menjadi agunan si debitur kepada si debitur. Hal itulah yang menjadi kekuatan akta otentik yang dibuat notaris terhadap
perjanjian kredit.
B. Pertanggungjawaban Akta Perjanjian Yang Dibuat Oleh Notaris