Peranan Notaris dalam Hal Pembuatan Perjanjian Kredit

(1)

PERANAN NOTARIS DALAM HAL PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KREDIT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dalam memenuhi syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum

OLEH:

NIM: 080200103

HISKIA MEIKO AUNAMULA PANGGABEAN

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERANAN NOTARIS DALAM HAL PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KREDIT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dalam memenuhi syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum

OLEH:

NIM: 080200103

HISKIA MEIKO AUNAMULA PANGGABEAN

DISETUJUI OLEH,

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

NIP. 196603031985081004 Dr. Hasim Purba, S.H, M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Syamsul Rizal, S.H., M.Hum Aflah, S.H., M.Hum NIP. 196402161989111001 NIP. 197005192002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah, kasih dan penyertaanNya yang selalu Penulis dapatkan, termasuk sepanjang proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Peranan Notaris Dalam Hal Pembuatan Perjanjian Kredit”, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperolah gelar sarjana dari Fakultas Hukum Sumatera Utara.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam pengerjaan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, Penulis mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Hasim Purba., S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku dosen Pembimbing I Penulis yang memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini


(4)

7. Ibu Aflah, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing II Penulis yang memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

8. Khusus Orang tua Penulis, kepada Bapak A.S. Panggabean, S.H., Sp.N., dan Ibu E.R. Sianipar yang terus mendoakan dan memberi semangat bagi Penulis, memberikan dukungan materi maupun dukungan moril yang tak terhingga dan tak terbalaskan, satu langkah perjuangan kalian telah selesai dan tak akan kusia-siakan keberhasilan kalian ini.

9. Kakakku dr. Ester A.J. Panggabean dan juga kepada kembaranku Hilkia Meiko Tumalona Panggabean, terimakasih buat dukungannya dan semoga kita bersama – sama meraih cita – cita di masa depan.

10. Kepada Bung Andryanto Pasaribu, S.H., yang dengan sabarnya menuntun penulis dalam proses pembuatan skripsi. Semoga apa yang Bung cita-citakan bisa tercapai.

11. Kepada sahabat-sahabat penulis, Prinst Rayenda Perangin – Angin, Samuel Y. Hutapea, Jefrianto Sembiring, Annisa Yulindri, Sanda Hasibuan, dan Oren Riff M., semoga kita bisa bekerjasama di dunia hukum di masa yang akan datang, kita terus berpacu untuk menjadi yang terbaik.

12. Kepada Segenap Pegawai Kantor Notaris A.S. Panggabean dan juga kepada segenap pimpinan dan seluruh karyawan Koperasi Simpan Pinjam C.U. Rukun damai yang telah memberikan motivasi positif dalam penyusunan skripsi ini. 13. Kepada abang dan kakak senior dan teman-teman yang seangkatan dan adik –

adik kampus penulis yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

14. Seluruh Bung dan Sarinah rekan seperjuangan penulis di GmnI Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(5)

15. Seluruh teman-teman sejurusan di Departemen Keperdataan BW.

Medan, 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………iv

ABSTRAK ……….vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Permasalahan………9

C. Tujuan Penulisan ………... 10

D. Manfaat Penulisan ……….. 10

E. Metode Penelitian ……….. 12

F. Keaslian Penulisan ………. 16

G. Tinjauan Kepustakaan ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit ...24

B. Jenis-Jenis Kredit ...40

C. Tujuan dan Fungsi Kredit ...51

D. Asas-Asas atau Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ...54

E. Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit ...55


(7)

BAB III TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

A. Pengertian Notaris ……….. 60

B. Sejarah Perkembangan Notaris………64

C. Syarat-Syarat Untuk Diangkat menjadi Notaris………76

D. Prosedur Pengangkatan Notaris……….77

E. Tugas, Wewenang, dan Kode Etik Notaris ………...81

BAB IV PERANAN NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA PERJANJIAN KREDIT A. Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Dalam Perjanjian Kredit ………….87

B. Pertanggungjawaban Akta Perjanjian Yang Dibuat oleh Notaris ……….92

C. Akta Perjanjian Kredit Notaris Sebagain Alat Pengikat Antara Kedua Belah Pihak yang Ingin Membuat Perjanjian Kredit …………...97

D. Notaris Sebagai Penasehat Hukum Bagi Kedua Belah Pihak Yang Ingin Membuat Perjanjian Kredit ………..99

E. Pelaksanaan Pengembalian Kredit………...102

F. Tata Cara Penyelesaian Kredit Bermasalah……….104

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...109

B. Saran ...111


(8)

PERANAN NOTARIS DALAM HAL PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KREDIT

Hiskia Meiko Aunamula Panggabean.*i Syamsul Rizal, S.H., M.Hum.**

Aflah, S.H., M.Hum. ***

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia menggunakan jasa pemberian kredit yang ditawarkan dari lembaga pemberi kredit yang semakin banyak dan dibutuhkan seseorang yang paham dalam membuat akta perjanjian kredit itu dan orang itu adalah Notaris. Notaris adalah pemberi jasa yang salah satu jasanya adalah membuat akta perjanjian otentik termasuk juga didalamnya akta perjanjian kredit, sehingga sah secara hukum. Maka tujuan penulis menulis skripsi ini adalah untuk mengetahui peran notaris dalam pembuatan akta perjanjian terkhusus kepada akta perjanjian kredit sehingga kita bisa mengetahui seberapa kuat akta perjanjian yang dibuat oleh notaris di mata hukum dan bagaimana sanksi apabila salah satu pihak melanggarnya.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian normatif yuridis, dimana dalam metode penelitian normatif yuridis ini digunakan bahan utama yaitu berupa peraturan perundang-undangan. Sumber data primer ini adalah peraturan perundang-undangan tentang jabatan notaris. Sedangkan bahan-bahan sekunder sebagai pendukung bahan-bahan primer tersebut akan digunakan tulisan-tulisan dan data-data yang dianggap mampu dan berhubungan terhadap pembahasan, serta bahan-bahan tersier nya merupakan kamus hukum sebagai pendukung.

Pembuatan Akta Perjanjian Kredit yang dilakukan notaris ini pada dasarnya merupakan akta yang resmi yang dibuat kepada para pihak yang melakukan aktifitas pinjam meminjam dengan membuat persyaratan-persyaratan secara tertulis. Cara ini dilakukan agar kedua belah pihak merasa aman dan nyaman selama proses pinjam meminjam uang tersebut terjadi. Apabila nanti ada ditemukan selama proses ini berlangsung, maka dapat digunakan jalur hukum yang juga dipilih oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikannya.

Kata Kunci : Notaris


(9)

PERANAN NOTARIS DALAM HAL PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KREDIT

Hiskia Meiko Aunamula Panggabean.*i Syamsul Rizal, S.H., M.Hum.**

Aflah, S.H., M.Hum. ***

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia menggunakan jasa pemberian kredit yang ditawarkan dari lembaga pemberi kredit yang semakin banyak dan dibutuhkan seseorang yang paham dalam membuat akta perjanjian kredit itu dan orang itu adalah Notaris. Notaris adalah pemberi jasa yang salah satu jasanya adalah membuat akta perjanjian otentik termasuk juga didalamnya akta perjanjian kredit, sehingga sah secara hukum. Maka tujuan penulis menulis skripsi ini adalah untuk mengetahui peran notaris dalam pembuatan akta perjanjian terkhusus kepada akta perjanjian kredit sehingga kita bisa mengetahui seberapa kuat akta perjanjian yang dibuat oleh notaris di mata hukum dan bagaimana sanksi apabila salah satu pihak melanggarnya.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian normatif yuridis, dimana dalam metode penelitian normatif yuridis ini digunakan bahan utama yaitu berupa peraturan perundang-undangan. Sumber data primer ini adalah peraturan perundang-undangan tentang jabatan notaris. Sedangkan bahan-bahan sekunder sebagai pendukung bahan-bahan primer tersebut akan digunakan tulisan-tulisan dan data-data yang dianggap mampu dan berhubungan terhadap pembahasan, serta bahan-bahan tersier nya merupakan kamus hukum sebagai pendukung.

Pembuatan Akta Perjanjian Kredit yang dilakukan notaris ini pada dasarnya merupakan akta yang resmi yang dibuat kepada para pihak yang melakukan aktifitas pinjam meminjam dengan membuat persyaratan-persyaratan secara tertulis. Cara ini dilakukan agar kedua belah pihak merasa aman dan nyaman selama proses pinjam meminjam uang tersebut terjadi. Apabila nanti ada ditemukan selama proses ini berlangsung, maka dapat digunakan jalur hukum yang juga dipilih oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikannya.

Kata Kunci : Notaris


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris dalam pengertian sehari-hari yang ditahui adalah orang atau seseorang yang dapat mengurus surat-surat berharga seperti : sertifikat tanah, warisan, pendirian perseroan, pendirian yayasan, dan surat- surat lain yang sejenis itu. Namun, pengertian notaris yang sebenarnya yang didefenisikan di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang notaris yaitu Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004, pada Pasal 1 nya berbunyi notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sesuai dengan defenisi yang diberikan sebelumnya bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. Maka, akta otentik yang dibuat oleh notaris adalah akta sah yang dapat dipercaya1

Salah satu contoh masalah yang timbul adalah apabila akta otentik tersebut berupa perjanjian jual beli, tetapi tidak dibuat dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan seperti tercantum di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

serta berkekuatan hukum tetap dimana apabila akta yang dibuat ada bermasalah, maka hukum nasional akan berlaku terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh akta ini.

1


(11)

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, dimana pengertian dari sepakat mereka mengikatkan dirinya adalah bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju satu sama lainnya mengenai hal-hal apa saja yang dibuat di dalam perjanjian itu dan juga hal tersebut berlaku secara timbal balik dengan pihak lainnya2

2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, mempunyai pengertian bahwa setiap individu yang ingin membuat perjanjian secara hukum harus sudah dewasa, sehat pikirannya. Sementara orang yang dinilai belum cakap menurut Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:

;

a). Orang-orang yang belum dewasa;

b). Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

c). Orang perempuan yang dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang- Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu;

3. suatu hal tertentu, maksudnya adalah bahwa apa yang akan diperjanjikan kemudian haruslah sudah jelas sebelumnya, bukan hal yang diperjanjikan tidak menjadi jelas atau bersifat sumir, misalnya barang dari yang diperjanjikan jelas jenis, merek, fungsinya, dan identitas pendukung lainnya;

4. suatu sebab yang halal, maksudnya adalah bahwa sudah jelas isi dari perjanjian itu sendiri harus mempunyai causa yang halal. Seperti seseorang

2

R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan kesembilan belas, PT. Intermasa, Jakarta, 2002, hal. 17


(12)

yang membuat perjanjian jual beli bom untuk meledakkan sebuah kapal, maka sebab mereka membuat perjanjian itu sudah otomatis melanggar Undang-Undang dan tidak halal.

Seiring dengan perjalanan profesi notaris ini, tentu perlu diketahui sebenarnya apa itu notaris, darimana sejarahnya notaris, dan apa saja pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh notaris itu sendiri. Kita tidak mau hanya mempunyai pengertian yang singkat tentang notaris seperti yang selama ini banyak dianut oleh masyarakat umum bahwa notaris itu sama halnya seperti dokter, dimana kantor notaris mempunyai tulisan dengan warna latar papan putih dan kantor yang cenderung kaku, dan setiap orang yang datang ke kantor notaris pasti tidak mengetahui mau berurusan apa dengan notaris. Selain itu, perlu diketahui bahwa apa yang membuat notaris selama ini kurang dikenal secara luas oleh masyarakat sebagai sebuah profesi yang sebenarnya dapat dijadikan tempat bagi masyarakat jika ingin membuat perjanjian-perjanjian yang sifatnya otentik.

Untuk hal tersebut maka perlu diberi uraian secara lengkap tentang notaris yang ditinjau dari Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris di dalam Bab III.

Salah satu profesi notaris adalah membuat akta perjanjian. Akta perjanjian itu sendiri adalah akta yang dibuat oleh kedua belah pihak dimana kedua belah pihak telah sepakat untuk menaatinya.

Perjanjian itu sendiri harus mempunyai persyaratan-persyaratan sebagaimana dengan yang telah ditentukan di halaman awal penulisan ini dimana


(13)

kedua belah pihak telah sepakat untuk membuatnya dengan bermacam jenis dan fungsi.

Maksud dari bermacam jenis adalah bahwa akta perjanjian itu mempunyai jenis-jenis yang berbeda-beda, diantaranya perjanjian jual beli, perjanjian pinjam pakai, perjanjian kredit, dan banyak lagi perjanjian-perjanjian lain yang ada. Fungsinya juga bermacam-macam sesuai dengan nama perjanjian itu sendiri seperti contoh perjanjian jual beli di dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempunyai penjelasan bahwa kesepakatan antara kedua belah pihak dalam membuat hal jual beli terhadap suatu benda atau objek yang bisa diperjualbelikan dengan persyaratan yang telah mereka buat dan mereka setuju untuk melaksanakannya dimana di dalam perjanjian ini si penjual akan menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar dengan harga yang telah disepakati tadi.

Sama halnya seperti yang telah tertulis di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa segala hal yang diperjanjikan itu tidak boleh melanggar ketentuan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku termasuk juga apabila perjanjian tersebut tidak boleh melanggar kesusilaan dan ketertiban umum.

Namun disini akan lebih fokus membahas tentang perjanjian yang terkait dengan kredit. Kredit adalah cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai atau pembayaran dengan cara mengangsur3

3

Sudarsono, op.cit., hal 232


(14)

Pembahasan ini dilakukan karena di zaman sekarang, semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk meminjam uang guna menambah modal atau memulai membuka modal usahanya maupun juga untuk kebutuhan yang lain yang bersifat pribadi, padahal kalau dipikir kembali bahwa ada falsafah di dalam perkreditan yang mengatakan bahwa “No one likes debt”4

Lalu, apa hubungan atau kaitan dasarnya kepada notaris?

. Maksud dari falsafah ini sebenarnya perlu juga menjadi bahan kajian mengapa dalam perkreditan ada mengenai falsafah yang seperti ini, sementara masyarakat cenderung terbiasa dengan sistem kredit ini.

Masyarakat umumnya meminjam uang dari individu antar individu, ada juga yang meminjam dari lembaga yang fungsinya memberikan pinjaman kepada mereka yang membutuhkan.

Lembaga-lembaga pemberi pinjaman ini juga sudah semakin banyak jenisnya sehingga masyarakat bisa dengan mudah meminjam dimana saja mereka mau. Diantara lembaga pemberi pinjaman itu ada yang dikenal dengan Bank dan Koperasi Simpan Pinjam.

Kalau pada bank, sudah semua bank mempunyai produk yang merupakan fasilitas mereka untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat, belum lagi dengan ketentuan yang sudah sangat dipermudah dan alur peminjaman yang tidak susah untuk dimengerti oleh si debitur, maka semakin banyak kredit yang ada di masyarakat. Sedangkan pada koperasi, fasilitas pinjaman juga sudah mulai berkembang menjadi salah satu produk dari koperasi itu sendiri.

4


(15)

Hubungan mendasarnya adalah bahwa notaris mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian kredit itu sendiri. Peranan penting itu terdapat dalam proses pemberian kredit, ketika si anggota ingin meminjam, maka sebelum meminjam tentu ada yang disebut dengan istilah membuat kesepakatan.

Apabila suatu lembaga pemberi pinjaman dalam hal ini koperasi simpan pinjam, maka koperasi tentu tidak mau memberikan pinjaman kepada anggotanya apabila tidak jelas bagaimana nasib dana yang dipinjam oleh anggotanya tersebut. Maka dalam hal inilah notaris berperan untuk membuat suatu rancangan perjanjian baku yang kemudian dinamakan akta notariel (notariel akta).

Akta Notariel ini mempunyai pengertian yaitu bahwa akta yang akan dibuat haruslah dibuat dengan tindakan minimum kedua belah pihak5

Biasanya, jika Koperasi atau lembaga pemberi pinjaman lainnya akan menjadikan akta notariel ini menjadi akta sepihak. Maksud dari akta sepihak adalah bahwa akta ini dibuat oleh sepihak karena akan dijadikan sebagai kontrak

. Pengertian sederhana dari tindakan minimum kedua belah pihak ini adalah bahwa kedua belah pihak mempunyai niat mengikat diri dalam sebuah perjanjian untuk kemudian dituangkan di dalam suatu bentuk tertulis. Kemudian akta ini dapat digunakan sebagai sebuah form perjanjian yang bisa dipergunakan koperasi sebagai dasar hukum untuk memberikan pinjaman lunak atau kredit tersebut kepada anggota – anggota yang ingin meminjam tersebut.

5

A.A. Andi Prajitno, Apa Dan siapa Notaris di Indonesia, cet. I, PT. Putra Media Nusantara, Surabaya, Nopember 2010, hal. 67


(16)

baku oleh lembaga pemberi kredit itu sendiri sehingga memudahkan proses peminjamannya6

6

Ibid, hal. 68

.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka notaris haruslah cakap dalam membuat akta yang dimintakan oleh koperasi untuk dibuat tanpa melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku.

Akta perjanjian kredit ini haruslah memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman, angsuran yang harus dibayar oleh si anggota dalam satu satuan waktu, dan tentunya juga sanksi-sanksi yang tegas yang mengatur tentang pelanggaran atau wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap isi dari perjanjian itu sendiri.

Akta perjanjian kredit ini juga haruslah dibuat dengan mempunyai kekuatan eksekutorial, sesuai dengan amanat dari Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, pada Pasal 1 angka 11.

Kekuatan eksekutorial mempunyai pengertian apabila nanti suatu saat salah satu pihak ada melakukan pelanggaran, maka melalui akta notaris inilah dapat dilakukan eksekusi terhadap objek yang dijadikan jaminan terhadap kredit yang telah dilakukan sebelumnya

Apabila dalam ketentuan yang diatur notaris terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati ada yang ternyata tidak diatur, ada yang diubah dan juga ada yang ingin ditambahakan , maka notaris perlu merevisi isi perjanjian tersebut yang harus dengan persetujuan kedua belah pihak.


(17)

Dalam pembahasan mengenai kredit ini juga akan dibahas di dalam penjelasan yang ada dalam BAB II. Kredit yang akan dijelaskan disini adalah kredit mulai dari apa yang dimaksud dengan kredit yang akan diperoleh dari beberapa sumber yang jelas, jenis dan fungsi kredit itu sendiri nantinya akan seperti apa, bagaimana membuat isi dari perjanjian kredit, dan pelanggaran yang umum terjadi dalam proses perkreditan berlangsung yang terjadi kepada kedua belah pihak.

Khususnya untuk kotamadya Medan, dimana tingkat perekonomian masyarakat kota Medan mulai beranjak naik dengan berbagai jenis kegiatan dan usaha yang sudah mulai beragam yang dapat dinilai dari semakin berkembangnya kawasan industri skala kecil sampai dengan industri dengan skala besar, maka kredit ini juga semakin diminati.

Jika pada dahulu kala, trend kredit ini masih berada di kalangan pengusaha yang meminjam uang dengan skala yang besar, maka di beberapa tahun belakangan ini trend kredit sudah mulai bergeser ke kalangan menengah kebawah.

Untuk itulah notaris dalam hal ini harus lebih jeli melihat keadaan, bukan hanya diam dan menunggu klien yang datang. Memang sesuai ketentuan yang berlaku, notaris dilarang untuk mempromosikan dirinya sendiri guna mendapatkan klien7

Apabila si peminjam tidak tahu cara membuat perjanjian yang dimaksud, disinilah peran notaris untuk membantu membuat perjanjian itu guna menjamin , namun notaris bisa menganjurkan kepada masyarakat guna menjamin pinjaman yang dilakukan aman, sebaiknya si peminjam membuat perjanjian.

7


(18)

keamanan dan kenyamanan si peminjam maupun si pemberi pinjaman dalam proses kredit berjalan. Hal itu tentu tidak melanggar isi dari Pasal 4 dalam kode etik notaris yang telah dibuat 8

1. Bagaiana aspek-aspek hukum yang ada dalam akta perjanjian kredit? .

Selain itu juga akan dibahas sejauh mana efektifitas notaris dalam membuat perjanjian kredit terhadap lembaga pemberi kredit dalam hal ini koperasi simpan pinjam kepada anggota – anggota yang ingin meminjam uang dimana didalam isi dari perjanjian yang akan dibuat harus tergantung dari kedua belah pihak yang bersangkutan, lain halnya seperti bank yang cenderung sudah menetapkan sendiri jangka waktu pinjamannya.

Maka, dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan tadi di bagian awal dari bab I ini, penulis memilih judul “ PERANAN NOTARIS DALAM HAL PEMBUATAN PERJANJIAN KREDIT”, untuk kemudian dalam bab – bab yang selanjutnya akan dibahas secara lebih terperinci sehingga nantinya akan ditemukan jawaban atas pokok permasalahan yang diajukan.

B. Rumusan Permasalahan

Yang menjadi rumusan permasalahan yang telah disiapkan untuk kemudian akan dibahas ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

2. Bagaimana tugas dan wewenang Notaris menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 2004?

8

Keputusan pembuatan Kode Etik Notaris di dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia yang ke – IX di Surabaya pada tanggal 13 sampai 16 Nopember tahun 1974 yang menghasilkan beberapa keputusan diantaranya adalah Kode Etik Notaris tersebut yang hingga kini masih


(19)

3. Bagaimana peranan Notaris sebagai Pembuat Akta Perjanjian Kredit?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aspek hukum yang terdapat di dalam akta perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris.

2. Untuk menjelaskan secara terperinci tugas dan wewenang notaris yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris.

3. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam membuat akta perjanjian kredit.

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan manfaat positif dari hasil penulisan ini ada 2 manfaaat penulisan yang bisa dikaji, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Bahwa dengan adanya penulisan terhadap notaris diharapkan dapat menyumbangkan suatu pengetahuan baru maupun tambahan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan ilmu hukum, agar dapat menjadi salah satu aspek yang layak untuk dikaji dari segi yuridis dimana sangat penting bahwa kita mengetahui sebenarnya peranan notaris dalam pekerjaannya.


(20)

Pekerjaan yang disini terutama sekali dalam pembuatan akta perjanjian kredit ini dikarenakan kebiasaan masyarakat sekarang yang sudah mulai ramai untuk melakukan tindakan meminjam uang dengan cara kredit kepada lembaga-lembaga pemberi kredit apakah itu bank ataupun lembaga-lembaga-lembaga-lembaga non bank.

Apabila nantinya masyarakat ingin membuat perjanjian untuk menjamin keamanan dan kenyamanan mereka selama proses peminjaman kredit berlangsung, maka notaris dapat digunakan jasanya untuk membuat klausul-klausul yang dapat menyenangkan bagi kedua belah pihak untuk kemudian dapat ditaati bersama.

2. Secara praktis

Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari kelak apabila ada seseorang yang ingin meminjam uang atau bertindak selaku debitur atau jika tidak bertindak sebagai kreditur, maka dapat diketahui sampai sejauh mana hak dan kewajiban sesuai perjanjian yang telah disepakati dan dengan secara sadar serta tidak sepihak.

Perjanjian itu dibuat sesempurna mungkin agar terhindar dari kecacatan hukum.

Guna mencapai standar baku yang sempurna, maka harus menggunakan jasa notaris yang secara khusus akan membuat isi dari perjanjian sesuai permintaan kedua belah pihak tanpa mengurangi keinginan-keinginan yang akan dituangkan ke dalam butir-butir perjanjian oleh kedua belah pihak, sesuai dengan


(21)

asas dalam pembuatan perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak dan juga asas “pacta sun servanda”.

Pengertian pacta sun servanda ini adalah bahwa persetujuan yang telah dibuat oleh para pihak harus dilaksanakan dengan iktikad baik dan tidak boleh ditarik kembali tanpa kesepakatan kedua belah pihak 9

1. Jenis Penelitian

.

Sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menjelaskan bahwa kedua belah pihak yang membuat perjanjian menjadikan perjanjian yang telah dibuat itu sebagai Undang-Undang yang berlaku bagi mereka yang membuat dan mereka harus menuruti apa yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Apabila nanti ada yang ingin menjadikan profesi notaris sebagai profesinya, maka dalam hal pembuatan perjanjian kredit juga nantinya harus memperhatikan para pihak yang akan membuat perjanjian tersebut, apakah layak atau tidak.

Hal ini tentu menjadi salah satu poin penting bagi notaris agar perjanjian yang nantinya dibuat menjadi bagus dan tidak cacat hukum.

E. Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan jenis penelitian yuridis normatif. Sejalan dengan nama metodenya yaitu yuridis

9


(22)

normatif. Perlu dijelaskan sedikit mengenai pengertian yuridis normatif ini. Secara pengertian gramatikal dan diambil dari kata per kata, maka defenisi yuridis adalah segala sesuatu yang ada hubungan atau kaitannya dengan hukum, sedangkan normatif adalah berpegang teguh pada norma yang ada.

Maka setelah mendapat peleburan, makna dari kata-kata yuridis normatif ini mendapat perubahan makna yaitu penelitian yang dilakukan yang berobjekkan pada asas-asas hukum normatif.

Hukum normatif yang akan diteliti adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan profesi notaris serta kaitan peranan notaris dalam pembuatan akta perjanjian kredit yang dikaji dari Undang-Undang tersebut.

2. Sumber Data

Pembuatan skripsi ini mempunyai beberapa sumber data. Adapun sumber data yang dipergunakan adalah sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data tersier atau sumber data pendukung.

Sumber data primer nantinya akan diperoleh data yang berupa hasil wawancara penulis dengan orang-orang yang dianggap mampu untuk memberikan keterangan mengenai hal yang dibutuhkan oleh penulis yang mana orang-orang tersebut adalah notaris di wilayah kota Medan dan juga Koperasi yang mempunyai kerjasama dengan notaris tersebut dalam hal pengikatan perjanjian kredit.

Sumber data sekunder yang akan digunakan sebagai olahan data ada menggunakan beberapa bahan yang meliputi:


(23)

a). Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer ini sendiri adalah bahan – bahan utama yang akan digunakan di dalam penulisan ini. Melalui bahan hukum primer inilah nantinya diolah data-data yang akan dimasukkan menjadi susbtansi penulisan. Adapun bahan – bahan hukum primer yang akan digunakan adalah segenap peraturan perundang-undangan yang ada, antara lain:

1). Kitab Undang-Undang hukum Perdata;

2). Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris;

3). Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian; 4). Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan; 5). Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan; 6). Peraturan – Peraturan lainnya yang mendukung;

b). Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder ini adalah bahan hukum pendukung bahan hukum primer yang telah disebutkan diatas yang diperoleh dari berbagai sumber yang berupa beberapa bahan diantaranya:

1). Hasil Penelitian baik yang dilakukan oleh penulis langsung maupun secara tidak langsung;

2). Berbagai informasi yang diperoleh dari seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah;


(24)

3). Pendapat dari pakar – pakar hukum; c). Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier ini merupakan bahan tambahan yang juga merupakan pelengkap terhadap data-data yang akan dirangkum sehingga menjadi karya ilmiah yang nantinya tersusun secara terangkai dan berurutan. Adapun bahan hukum tersier yang akan digunakan adalah data-data yang berupa:

1). Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2). Kamus Hukum;

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a). Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan atau yang disebut “Library Research” ini, akan mempelajari, mengumpulkan, dan mengolah data-data yang berupa peraturan – peraturan perundang-undangan, informasi - informasi, karya tulis ilmiah, pendapat para ahli sarjana hukum, media – media cetak dan media elektronik, dan sumber – sumber tertulis lain.

b). Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yang dilakukan adalah dengan cara mencari data-data pendukung melalui penelitian ke beberapa tempat yang dapat


(25)

digunakan sebagai referensi data. Adapun penelitian lapangan ini umumnya diambil berupa data berupa hasil wawancara singkat dengan Notaris yang mempunyai kerjasama dalam hal pembuatan akta perjanjian kredit dengan koperasi simpan pinjam yang ada di kota Medan yaitu Notaris Abidin S. Panggabean, S.H., Sp.N., yang mempunyai kantor di Jalan Palang Merah nomor 82 dengan wilayah kerja seluruh kota Medan, serta mempunyai kerjasama dengan Koperasi Simpan Pinjam C.U. Rukun Damai, yang berkantor pusat di Jalan H. M. Joni nomor 73.

E. Keaslian Penulisan

Judul yang dipilih belum pernah ditulis maupun diteliti di Fakultas Hukum Sumatera Utara maupun di kantor notaris dan di koperasi yang akan dijadikan objek penelitian lapangan.

Jika ada judul atau karya ilmiah yang mirip seperti judul diatas, bahwa sesungguhnya penulisan ini berbeda dari segi isi maupun hal-hal lain. Hal ini dikarenakan bahwa bahan-bahan yang digunakan ini merupakan referensi-referensi yang sungguh berbeda dari apa yang pernah ditulis yang mirip dengan penulisan ini.

Dan juga, bahan-bahan yang dipakai merupakan karya-karya penulis lain yang juga ada di dalam media elektronik dan untuk memperkuatnya digunakan studi lapanagan hingga ke kantor notaris dan koperasi simpan pinjam yang berada di wilayah kota Medan yang hasilnya nanti berupa data-data yang berisikan form perjanjian yang dibuat oleh notaris, data-data yang mendukung yang diperoleh


(26)

dari notaris tersebut dan juga data-data yang diperoleh dari koperasi simpan pinjam nantinya yang berhubungan dengan kredit maupun data terkait dengan itu selama beberapa tahun belakangan ini.

Dengan semua penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka sesungguhnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Kepustakaan

Ada beberapa hal yang akan menjadi kajian pokok dalam hal peranan notaris dalam perjanjian. Berikut akan dijelaskan kajian pokok tersebut.

Notaris sebagai pejabat pemerintah yang ditugaskan untuk membuat atau suruh perbuat surat-surat dari dan oleh pihak-pihak yang berkepentingan wajib memperhatikan hal-hal yang ada di dalam kode etik notaris.

Memang, jika dilihat di dalam peraturan perundang-undangan dan khususnya kepada Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka notaris mempunyai tugas-tugas salah satunya dalam hal pembuatan akta perjanjian.

Namun di dalam pembuatan dan pengolahan data-data skripsi ini lebih difokuskan kepada peranan notaris di dalam pembuatan akta perjanjian.

Akta secara defenitif mempunyai pengertian yaitu surat tanda bukti yang berisi pernyataan yang berupa ketarangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya yang resmi dan dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan


(27)

oleh notaris atau pejabat lainnya yang berwenang untuk itu10

10

Ibid, hal. 25

. Akta perjanjian yang akan dibuat oleh notaris adalah akta perjanjian yang sifatnya otentik.

Akta Otentik maksudnya adalah bahwa akta yang dibuat sah secara hukum dan dapat dipercayai sebagai salah satu dasar hukum yang legal yang dirancang sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Maka akta perjanjian yang dibuat dan disahkan oleh notaris ini merupakan alat bukti bagi seseorang yang dapat dibuktikan secara hukum kebenarannya. Secara umum, banyak perjanjian yang bisa dibuat oleh notaris. Aneka perjanjian - perjanjian itu dapat berupa perjanjian, jual beli, sewa menyewa, melakukan pekerjaan, hibah, penitipan barang, untung – untungan, pemberian kuasa, perdamaian, kredit, sewa beli, dan lain sebagainya.

Tetapi, ruang lingkup dari perjanjian-perjanjian tersebut dipilihlah perjanjian kredit sebagai pokok pembahasan yang diinginkan. Kalau ditinjau dari segi tata bahasanya dimana dibahas mengenai akta, maka sekarang akan diberikan sedikit penjelasan mengenai kredit.

Kredit, bila dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan mengatakan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan;


(28)

Maka, dari pengertian diatas ada defenisi yang dipahami mengenai makna kredit ini sendiri. Intinya adalah apabila ada seseorang yang ingin meminjam uang dari sebuah lembaga peminjam uang, pengembaliannya dilakukan dengan cara mengangsur dengan rentang waktu yang ditentukan.

Penentuan waktu yang diberikan ini biasanya ditentukan oleh pihak kreditur. Tetapi, didalam koperasi, pihak debitur mempunyai peran juga dalam menentukan berapa lama waktu yang ingin dibuat oleh debitur dalam rangka membayar utang-utangnya.

Maka, notaris disini mempunyai peran penting yaitu untuk membuat akta perjanjian yang berisikan tentang jumlah angsuran, jangka waktu, besarnya pinjaman, dan hal-hal yang perlu lainnya yang ditulis di dalam akta perjanjian kredit yang akan dibuat nanti.

Akta Perjanjian Kredit inilah nantinya yang akan diteliti sebagai inti utama kemudian akan dilakukan pembahasan secara lebih mendalam.

Sebagai seorang pejabat pemerintah, maka tentunya akta perjanjian kredit yang dibuat haruslah mempunyai syarat – syarat yang telah diuraikan dibagian awal bab ini. Hal ini penting dilakukan, karena di dalam pembuatan akta perjanjian kredit ini, para pihak yang nanti akan menaatinya menjadi tidak bingung dan ambigu dalam melaksanakan isi dari perjanjian ini .

Begitu pula apabila selama pelaksanaan perjanjian ini, apabila ada kemacetan pembayaran, sejauh mana akta perjanjian kredit ini bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.


(29)

Disinilah tanggungjawab notaris dalam membuktikan kekuatan wewenang yang ada padanya.

Maka, akta perjanjian kredit itu haruslah dibuat dengan tidak ada cacat cela, mempunyai format baku yang sah, dan mempunyai butir atau Pasal tentang penyelesaian perkara apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal-hal yang tidak diinginkan dalam perjanjian ini maksudnya adalah wanprestasi yang umumnya dilakukan oleh si debitur. Adapun beberapa wanprestasi yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Debitur tidak melakukan kesanggupan yang diamanatkan kepadanya;

2. Debitur melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, tapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan;

3. Debitur melakukan apa yang diperjanjikan di dalam perjanjian, tetapi terlambat memenuhi kewajibannya;

4. Debitur melakukan sesuatu yang di dalam perjanjian tidak boleh dilakukan, dalam kata lain debitur melanggar larangan dalam perjanjian; 11

Maka untuk jenis wanprestasi yang dilakukan debitur diatas, haruslah diperbuat suatu sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukannya. Disinilah juga dituntut keahlian notaris dalam merancang sanksi-sanksi yang sesuai dan tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berlebihan bagi pihak yang lalai.

Dalam hal pemilihan tempat dimana notaris membuat perjanjian kredit, maka dipilih tempat yang digunakan yaitu pada sebuah koperasi simpan pinjam dimana notaris yang bersangkutan ada mempunyai kerjasama dengna koperasi ini,

11


(30)

yaitu Koperasi Kredit C.U. Rukun Damai yang telah berdiri sejak tahun 1999 dengan nomor pendirian 394/BH/KDK.2.17/VIII/1999 oleh Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Pemilihan koperasi diatas karena dianggap koperasi ini nantinya selain koperasi ini mempunyai kerjasama dengan notaris yang dimaksud, juga akan dapat membantu dalam pemberian bahan-bahan hukum yang berguna.

Dan lagi, di dalam koperasi ini juga diharapkan dapat menemukan peminjam atau debitur yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang dalam penulisan skripsi ini. Dari pendahuluan inilah yang menjadi dasar acuan untuk pergerakan penulis yang kemudian dirangkum dalam 7 sub bab.

Adapun sub bab-sub bab itu dimulai dari latar belakang yang berisikan tentang alasan penulisan karya ilmiah, rumusan permasalahan yang akan menjadi sumber pembahasan, tujuan penulisan, manfaaat penulisan, metode penelitian yang digunakan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.

2. BAB II: ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT


(31)

Di dalam bab ini lebih memfokuskan dalam pembahasan mengenai akta perjanjian kredit. Di dalam bab ini dibahas akta perjanjian kredit ditinjau dari aspek – aspek hukumnya yang kemudian dibagi ke dalam 6 sub bab.

Beberapa sub bab itu sendiri berisi tentang pembahasan mengenai pengertian kredit dan perjanjian kredit, jenis kredit, tujuan dan fungsi kredit, asas-asas pemberian kredit, bentuk perjanjian kredit dan sahnya perjanjian kredit.

3. BAB III: TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

Di dalam bab ini akan dijabarkan secara detail mengenai jabatan semua yang berkaitan dengan notaris. Di dalam bab ini akan dibagi menjadi 5 sub bab.

Beberapa sub bab itu terdiri dari pengertian notaris yang akan membahas tentang notaris, sejarah perkembangan notaris yang akan membahas mengenai sejarah notaris di dunia dan di Indonesia, sub bab berikutnya akan membahas syarat-syarat untuk diangkat menjadi notaris, sub bab selanjutnya mengenai prosedur pengangkatan notaris, dan sub bab terkahir mengenai tugas, wewenang, dan kode etik notaris

4. BAB IV: PERANAN NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA DALAM PERJANJIAN KREDIT

Sesuai dengan judul bab nya, di dalam bab ini akan dibahas mengenai permasalahan penulisan ini, yaitu mengenai keterkaitan notaris dengan perjanjian kredit.


(32)

Bab ini dibagi dalam pembahasan 6 sub bab dimana sub bab itu terdiri dari kekuatan pembuktian akta notaris dalam perjanjian kredit, pertanggungjawaban akta perjanjian yang dibuat oleh notaris, akta notaris sebagai akta pengikat kedua belah pihak yang membuat perjanjian, notaris sebagai penasehat hukum bagi pihak yang membuat perjanjian kredit, pelaksanaan pengembalian kredit dan terakhir mengenai tata cara penyelesaian kredit bermasalah.

5. BAB V: PENUTUP

Penutup yang disajikan berisi kesimpulan dari keseluruhan bahan yang telah dirangkum menjadi kesatuan yang disertai saran terhadap permasalahan di dalam karya ilmiah ini.


(33)

BAB II

ASPEK – ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit

Dalam kehidupan kita sehari-hari, setiap orang di belahan dunia manapun pasti saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling berinteraksi guna mendapatkan kebutuhan masing-masing yang tentu berbeda-beda dengan jumlah dan kualitas yang juga tidak sama.

Melalui kebutuhan dan saling ingin memenuhi kebutuhan masing-masing, maka setiap manusia tentu membutuhkan alat yang bisa memenuhi kebutuhan masing-masing dari mereka.

Jika pada zaman dahulu kala, sistem barter dijadikan sistem transaksi yang maju, maka di zaman yang sekarang sudah ada alat tukar menukar untuk melakukan transaksi yang dinamakan uang.

Uang sampai saat ini adalah salah satu alat pembayaran yang sah dan dapat digunakan dengan lebih mudah karena tidak perlu membawa barang yang ingin kita tukarkan dengan barang yang kita butuhkan kepada orang lain.

Namun, ternyata ada kebutuhan yang apabila ingin kita raih ternyata tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli atau mendapatkan barang tersebut. Atau bisa saja kita ingin membuat usaha dan kita tidak mempunyai modal yang


(34)

cukup, bahkan tidak ada modal sekalipun tetapi dengan keinginan yang kuat saja tentu kita tidak bisa mendirikan usaha yang kita inginkan.

Perlu diketahui bahwa kondisi masyarakat dapat dibagi kedalam tiga golongan sehingga kita dapat memahami golongan mana sebenarnya yang dimaksud sebagai masyarakat yang membutuhkan uang tetapi tidak mempunyai uang atau bahkan kekurangan uang. Adapun pembagian golongan itu adalah sebagai berikut:

1. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya. Kelompok masayarakat ini sangat tidak mungkin sekali kekurangan uang dikarenakan uang yang ada pun masih berlebih sehingga bisa menutupi kekurangan dana yang ada. 2. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang

sama dengan pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat seperti ini mempunyai kemungkinan yang besar juga untuk tidak kekurangan uang karena mempunyai pendapatan yang masih cukup untuk membiayai keperluannya.

3. Golongan masyarakat yang pendapatan atau penghasilannya jauh dibawah pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat inilah yang dimaksud dimana setiap saat masyarakat seperti ini selalu kekurangan modal untuk memulai usaha atau pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya sehingga ia harus berpikir untuk melakukan cara-cara guna menutupi kekurangan dana nya.


(35)

Hal yang menjadi poin ketiga diatas tentu yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi individu bahkan sampai perkenomian suatu bangsa bisa maju dan meningkat dikarenakan masyarakat dunia mayoritas berada pada posisi golongan ketiga.

Maka, manusia dengan segala daya upaya menggunakan akal pikirannya untuk menemukan cara atau solusi guna mendapatkan dana guna merubah kondisi perekonomian.

Seiring dengan berkembangnya pola perekonomian masyarakat, maka ada salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat usaha tanpa mempunyai seluruh dana yang dibutuhkan. Cara yang dimaksud disini adalah dengan cara

kredit.

Dikaji dari sudut pandang sejarah kata, maka kredit sebenarnya sudah ada di negara lain pada dahulu kala. Dahulu, kredit dikenal dengan istilah “credere”

atau credo. Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang menganut pengertian yang cukup sederhana yaitu saya percaya dimana dalam artian bahwa apabila seseorang telah memperoleh kredit, maka ia percaya12

12

H. Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, ANALISIS KREDIT (Dilengkapi Telaah Kasus), cetakan pertama, Pionir Jaya, Bandung, Maret 1991, hal. 4

.

Bila dijabarkan lebih lanjut, maka yang dimaksud dengan kepercayaan adalah dalam hal pinjam meminjam uang, dimana ada seseorang yang membutuhkan uang kemudian meminta pinjaman kepada orang lain dan dengan janji untuk mengembalikan uang tersebut pada suatu saat yang telah ditentukan dengan bunga dan pinjaman pokok yang diberikan oleh peminjam.


(36)

Ada istilah yang perlu untuk dipahami yang kemudian timbul untuk pemberi pinjaman dan penerima pinjaman yaitu kreditur dan debitur. Berikut akan diberikan pengertian berupa gambar di bawah ini:

Hal diatas merupakan dasar yang menjadikan kredit menjadi istilah yang digunakan dalam istilah ekonomi dalam pinjam meminjam uang.

Sementara itu, di Indonesia, kredit mempunyai beberapa pengertian, diantaranya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang didalam Undang-Undang 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 yang mengatakan bahwa defenisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Maksud dari defenisi kredit berdasarkan undang-undang diatas adalah bahwa ada sebuah lembaga dalam hal ini adalah sebuah bank yang menyediakan sejumlah dana untuk dipinjamkan kepada pihak lain dengan melalui sebuah perjanjian yang telah dilakukan antara kedua belah pihak dan telah mencapai kesepakatan dimana pihak peminjam wajib untuk membayar sejumlah uang yang telah dipinjamnya dari bank atau lembaga pemberi pinjaman tersebut dengan satu

Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Penerima Pinjaman

(Debitur)

Terjadi Perjanjian


(37)

rentang periode tertentu dengan membayar juga bunga atas jumlah pinjaman yang telah dipinjamnya.

Sementara itu, beberapa pengertian yang didapat dari kredit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah13

1. cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur);

:

2. pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur; 3. pinjaman sampai batas jumlah tertentu yg diizinkan oleh bank atau badan

lain.

Ada pula pengertian yang sama dari Sudarsono tentang kredit14

Sarjana Amir R. Batubara memberikan pengertian kredit adalah suatu pemberian prestasi yang kontra prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang

yang mengatakan sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia.

15

Rolling G. Thomas juga memberikan pengertian kredit yaitu dalam pengertian umum, kredit itu didasarkan kepada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang (in general sense, credit is a based on confidence in the debtor ability to make a money payment a some future time)

.

16

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia online,

.

diakses pada tanggal 15 Februari 2012

14

Sudarsono, op. cit., hal. 232

15

H.Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 6

16


(38)

Sementara itu, beberapa pengertian lain dari beberapa sarjana terkemuka pada zamannya tentang kredit, yaitu sebagai berikut:17

1. Savelberg, menyatakan bahwa kredit mempunyai arti:

a). Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Pada poin ini mempunyai penjelasan bahwa setiap perikatan berisi antara hak seseorang atau sebuah pihak dengan pihak yang lain dimana didalamnya ada kewajiban yang harus dijalankan;

b). Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu (commodatus, depositus, regulare, pignus). Uraian dari poin ini adalah bahwa apabila ada seseorang yang dengan sengaja dan sadar menyerahkan sesuatu barang kepunyaannya dalam hal ini adalah miliknya, maka orang tersebut mengharapkan imbalan atas penyerahan barangnya itu berupa pengembalian barangnya itu dengan kelebihan-kelebihan yang ada dan disepakati sebelumnya.

2. Levy, mengatakan bahwa kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penjelasan yang dapat penulis berikan adalah bahwa penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk hal-hal pribadi si penerima kredit apakah kredit itu hendak dipergunakan untuk sesuatu yang positif

17

Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Alumni,


(39)

atau tidak tetapi dengan pertanggungjawaban bahwa kredit itu nanti dengan periode tertentu harus dikembalikan kepada si pemberi kredit dengan bunga-bunga yang juga telah disepakati.

3. Jakile, menyatakan bahwa kredit itu adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali utangnya pada tanggal tertentu. Pengertiannya tidak jauh beda dari pengertian kredit pada umumnya yaitu bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kredit berjanji untuk membayar kembali utangnya pada satuan periode tertentu.

Hal-hal mengenai pengertian kredit diatas dapat diperoleh sebuah pemikiran bahwa kredit itu merupakan kejadian atau peristiwa dimana seseorang memberi pinjaman berupa uang yang merupakan barang yang dinilai mempunyai nilai ekonomis yang kemudian diberikan kepada seseorang yang dengan sadar dan sengaja untuk meminta uang itu untuk kebutuhan yang jauh lebih penting bagi si penerima pinjaman dengan kesepakatan bahwa si peminjam haruslah mengembalikan uang tersebut dengan rentang waktu yang telah disepakati sebelumnya dan dengan bunga yang telah ditentukan jumlahnya.

Kemudian, setelah kita memperoleh pengertian tentang kredit, maka hal yang perlu diketahui adalah unsur-unsur kredit itu sendiri.

Ada beberapa sarjana yang menulis unsur-unsur kredit itu, diantaranya adalah H. Hadiwidjaja dan Abdul Kadir Muhammad. Para sarjana ini mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda tentang unsur-unsur kredit ini.


(40)

H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok bahasan yang penting, yaitu 18

Sementara itu, menurut tuan Abdul Kadir Muhammad yang menelaah UU Perbankan, unsur-unsur kredit itu secara yuridis dapat disederhanakan kedalam 4 bagian penting saja, yaitu

:

1. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut Kreditur;

2. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang, barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur;

3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur;

4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada krditur. Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara tertulis;

5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur; dan,

6. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang. Maksudnya adalah kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap isi kesepakatan.

19

:


(41)

1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank;

2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan kenderaan bermotor dan tempat tinggal;

3. Kewajiban peminjam untuk melunasi hutangnya menurut jangka waktu yang telah ditentukan beserta bunga-bunganya; dan,

4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank/lembaga pemberi pinjaman dan peminjam dengan persyaratan yang disepakati bersama.

Hal diatas merupakan unsur-unsur dari kredit. Ada persamaan yang mendasar dari kedua pendapat sarjana-sarjana diatas.

Persamaan itu adalah mengenai kewajiban peminjam untuk membayar kembali utang-utangnya kepada pemberi pinjaman dengan jangka waktu yang ditetapkan dan dengan sejumlah bunga yang kemudian ditulis dalam sebuah perjanjian tertulis. Didalam perjanjian itu juga nantinya ada syarat-syarat tambahan agar terjadi kesepakatan yang sama-sama menyenangkan kedua belah pihak.

Kemudian, setelah selesai menguraikan tentang krdit, maka perlu dijelaskan pengertian dari perjanjian kredit. Perlu diketahui bahwa perjanjian kredit berasal dua suku kata yang berbeda, perjanjian dan kredit.

Jika pada kredit telah diberi penjelasan sebelumnya dibagian awal bab ini, maka sekarang akan diberi penjelasan mengenai perjanjian.

19

Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Marniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 59


(42)

Kalau dilihat pengertian perjanjian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita dapat memperoleh pengertian perjanjian yaitu persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yg tersebut didalam persetujuan itu.

Maksud dari pengertian diatas adalah bahwa perjanjian merupakan hasil dari kedua belah pihak yang telah menyetujui untuk melakukan sebuah kesepakatan yang kemudian dituangkan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang kemudian kedua belah pihak terrsebut harus bertanggungjawab terhadap isi perjanjian itu dengan kemudian menaatinya.

Sedangkan menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Pada pasal di atas, pengertian perjanjian dapat dijelaskan secara sederhana yaitu kesediaan seseorang dengan sadar dan sengaja untuk mengikatkan dirinya yang dalam hal ini adalah bersedia membuat kesepakatan dengan orang lain.

Sementara itu, R. Subekti mempunyai pengertian lain yang cukup mudah dimengerti tentang defenisi dari perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu20

Maka diperoleh inti dari beberapa penjelasan singkat mengenai perjanjian yaitu berupa kesimpulan singkat yaitu bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada seseorang atau lebih yang dengan sengaja dan sadar untuk membuat

.


(43)

kesepakatan dengan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal dimana keduanya wajib untuk menaati perjanjian itu karena perjanjian itu merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Adapun perbuatan perjanjian ini ada beberapa macam ditinjau dari jenis macam perjanjian itu dilaksanakan, yaitu21

1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang. :

Maksudnya adalah perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak yang isinya untuk memberikan atau menyerahkan barang baik antara pihak yang satu kepada pihak yang lain demikian juga sebaliknya.

Jenis-jenis dari perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, tukar menukar, pemberian atau penghibahan, sewa menyewa, dan lainnya yang termasuk kepada pemberian atau menyerahkan suatu barang dari satu pihak kepada pihak lain.

2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.

Maksudnya adalah pihak yang satu bersedia mengikatkan diri dengan pihak yang lain dimana pihak pertama bersedia melakukan sesuatu untuk pihak yang lain selama itu tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Adapun jenis-jenis perjanjian dari perjanjian untuk berbuat sesuatu ini adalah perjanjian untuk membuat suatu benda, perjanjian pekerja, perjanjian untuk membuat rumah, dan perjanjian yang lain yang isinya untuk melakukan pembuatan terhadap sesuatu.

3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

21


(44)

Maksud dari perjanjian ini adalah bahwa seseorang atau lebih berjanji kepada orang lain atau lebih untuk tidak melakukan sesuatu hal yang mana perbuatan itu tidak dilarang oleh undang-undang.

Adapun perjanjian ini contohnya adalah perjanjian untuk tidak mendirikan pembatasan rumah yang satu dengan yang lainnya, perjanjian untuk tidak mendirikan perusahaan yang sama dengan temaannya dimana perusahaan tersebut sejenis usahanya.

Ketiga macam perjanjian diatas adalah jenis-jenis perjanjian yang telah ditinjau dari segi macamnya.

Ada isitilah yang perlu diketahui tentang pelaksanaan perjanjian. Istilah itu disebut dengan “prestasi”.

Prestasi ini juga dapat dibagi kedalam dua macam prestasi, yaitu prestasi primer dan prestasi subsidair22

Wanprestasi ini terjadi biasanya dengan beberapa alasan, yaitu .

Prestasi primer adalah barang yang diperjanjikan itu untuk kemudian dilaksanakan oleh pihak yang seharusnya melaksanakannya.

Sedangkan prestasi subsidair adalah ganti rugi barang yang telah diperjanjikan yang nilainya diperkirakan bisa sama dengan barang yang pertama.

Sedangkan pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah diperjanjikan biasanya disebut dengan wanprestasi.

23

22

Ibid., hal. 36


(45)

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, artinya adalah pihak yang harus melakukan apa yang telah diperjanjikan ternyata tidak dapat melakukan isi dari perjanjian itu;

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan artinya adalah bahwa pihak yang akan melaksanakan prestasi tidak melaksanakan sesuai isi dari yang diperjanjikan dan bahkan lain dari yang diperjanjikan;

3. Melakukan apa yang diperjanjikannya tetapi terlambat artinya adalah bahwa yang melaksanakan prestasi tidak melakukannya tepat waktu sesuai dengan butir perjanjian; dan

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya artinya adalah si pelaksana isi perjanjian melanggar isi dari ketentuan yang telah diperjanjikan.

Terhadap apa yang menjadi wanprestasi diatas, maka seharusnya diberlakukan beberapa macam sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak yang melanggar perjanjian, sanksi-sanksi itu dapat berupa 24

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur / ganti rugi. :

Pada umumnya ganti rugi ini harus senilai dengan tindakan wanprestasi yang telah dilakukannya.

Ganti rugi ini jika dilihat dari unsur katanya mempunyai tiga unsur yaitu: biaya, rugi, dan bunga.

24 Ibid


(46)

Jika yang dimaksud pada biaya adalah segala macam pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak selama perjanjian ini berlangsung.

Sedangkan rugi adalah kerugian yang diderita oleh salah satu pihak karena kerusakan barang-barang kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan kelalaian oleh pihak lain yang ada didalam perjanjian.

Dan kemudian bunga. Bunga adalah kerugian yang didapat karena kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan oleh pihak yang memberikan pinjaman.

2. Pembatalan perjanjian /pemecahan perjanjian.

Pembatalan perjanjian ini dapat dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak, tidak boleh hanya sepihak saja;

3. Peralihan resiko;

4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim. Tetapi satu hal yang perlu juga untuk diingat bahwa harus bisa dilihat juga si debitur melakukan wanprestasi atau tidak karena hal ini sering sekali menjadi perdebatan yang mengakibatkan ketidakrelaan sidebitur membayar ganti kerugian.

Kalau perkara sampai kedepan hakim, maka hakim harus pandai melihat isi dari perjanjian itu pasal demi pasal, karena sering sekali hal-hal sepele tidak diperjanjikan kedua belah pihak, padahal hal itu menjadi permasalahan besar dibelakang hari.

Misalnya saja, ada seorang kontraktor rumah menjanjikan akan menyelesaikan rumah yang telah dibeli oleh seorang pembeli tepat pada waktunya


(47)

tetapi waktu yang diperjanjikan tidak jelas kapan, maka disini kontraktor rumah tidak bisa dipersalahkan dan dianggap lalai karena tidak ada dibuat didalam perjanjian kapan tepatnya rumah yang akan diselesaikan itu selesai hanya dikatakan didalam perjanjian itu akan diselesaikan tepat pada waktunya.

Namun, bila si debitur yang dianggap lalai oleh kreditur tidak menerima bahwa dirinya lalai, ada beberapa cara yang dapat dilakukan debitur untuk membela dirinya, antara lain 25

1. Debitur dapat mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. :

Istilah asing dari keadaan memaksa ini adalah overmacht. Dalam keadan memaksa ini debitur dapat mengatakan bahwa sebenarnya debitur mempunyai suatu keadaan dimana ia tidak dapat melaksanakan isi perjanjian dikarenakan keadaan yang sungguh-sungguh tidak dapat dihindarinya karena keadaan itu diluar ekspektasi atau dugaannya. Maka perjanjian itu menjadi tidak dapat dilaksanakannya.

2. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai

Istilah asing untuk hal ini adalah exception non adimpleti contractus. Hal ini dapat dilakukan debitur dalam pembelaannya dengan mengatkan kreditur juga telah lalai dalam melaksanakan isi dari perjanjian dimana ada didalam Pasal 1478 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak mengizinkan penundaan pembayaran tersebut”.

25


(48)

Hal diatas merupakan kata lain bahwa setiap pihak harus secara bersama-sama melaksanakan perjanjian dengan tidak ada kata terlambat satu dengan yang lainnya.

3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.

Istilah yang dapat digunakan untuk pelepasan hak ini adalah

rechtsverweking, dimana didalam poin nomor tiga ini menjelaskan bahwa si

kreditur telah dianggap melepaskan haknya untuk meminta ganti rugi.

Sebagai contoh bahwa apabila ada pembeli memakai barang yang telah dibelinya dari penjual namun ternyata barang itu mengalami cacat tersembunyi dan sipembeli tidak mengetahui dan malah memesan lagi barang tersebut dengan spesifikasi yang sama, maka dalam hal ini si pembeli telah dianggap melepaskan haknya terhadap sipenjual karena dengan cara memesan barang tersebut maka dianggap sipembeli telah puas memakai barang yang dijual oleh sipenjual.

Hal itulah yang bisa dijelaskan mengenai perjanjian dan secara umum perjanjian kredit sebenarnya adalah nama lain dari perjanjian pinjam meminjam.

Perjanjian pinjam meminjam dalam hal ini yang dimaksudkan adalah dalam hal uang. Uang yang dipinjam oleh debitur dari kreditur haruslah dibuat perjanjian yang baku sehingga semua jelas dan tidak absurd isinya.

Nama perjanjian pinjam meminjam uang ini berubah menjadi perjanjian kredit dikarenakan hanya factor perkembangan zaman dan kosa kata yang kini mulai banyak dipergunakan oleh khalayak ramai. Objek yang diperjanjikan pun tetaplah tidak berbeda, yaitu uang.


(49)

B. Jenis-Jenis Kredit

Ada beberapa jenis kredit yang dapat dijelaskan di dalam skripsi ini. Kredit-kredit itu dibagi ke dalam beberapa penggolongan dan penggolongan itu sendiri dibuat oleh beberapa sarjana yang berbeda-beda. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pembagian kredit-kredit itu sendiri.

Ada pembagian kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu26 1. Kredit Konsumtif.

:

Kredit konsumtif ini adalah kredit yang bertujuan untuk memuaskan/sebagai alat pemuas kebutuhan manusia secara langsung. Contoh yang dapat diberikan adalah manusia memerlukan kredit untuk membeli bahan makanan sehari-hari.

2. Kredit Produktif.

Kredit produktif ini mempunyai pengertian bahwa nantinya apabila ingin mengajukan kredit ini penggunaannya kepada agar dapat memperloh faedah-faedah yang maksimal dalam kegunaan (utilities), bentuk (form utilites), tempat (place utilities), waktu (time utilities) dan kepemilikan (possecion utilities). Lebih jelasnya bahwa kredit jenis ini digunakan untuk peningkatan usaha-usaha dalam memproduksi sesuatu. Sementara itu, kredit produktif ini dibagi kedalam tiga jenis kredit lagi yaitu:

a). Kredit Investasi.

26


(50)

Kredit jenis ini adalah kredit dengan mana si debitur menggunakan kredit untuk membeli barang-barang tahan lama guna kepentingan produksinya. Contohnya adalah kredit tanah untuk mengolah lahan.

b). Kredit modal kerja (Kredit Eksploitasi/Working Capital). Jenis kredit ini adalah kredit yang dipakai untuk mendanai modal lancer, yang biasa habis dalam satu periode waktu. Contohnya adalah barang dagangan, bahan baku dan upah pekerja.

c). Kredit Likuiditas.

Jenis yang satu ini berbeda dengan dua kredit yang sebelumnya yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit ini lebih menitikberatkan kepada perusahaan yang sedang mengalami likuiditas dalam memelihara likuiditas minimalnya. Kredit ini biasanya diberikan oleh Bank Sentral. Likuiditas mempunyai pengertian perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya; kemampuan memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktunya.

Pada negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, kredit produktif ini terutama kredit modal kerja dan kredit investasi sangat berpengaruh dalam pertubuhan ekonomi suatu bangsa.


(51)

Kemudian ada jenis-jenis kredit yang dikelompokkan berdasarkan pengalihan hak materinya. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut27

1. Kredit dalam bentuk uang (money credit)

;

Kredit jenis ini seperti pada kredit umunya yaitu pemberiannya dalam bentuk uang.

2. Kredit dalam bentuk bukan uang (non money credit)

Kredit jenis ini pemberiannya berupa barang atau jasa yang biasa diberikan oleh perusahaan-perusahaan, sedangkan pengembaliannya dalam bentuk uang. Kredit ini mempunyai istilah lain yaituj mercantile credit atau merchant credit.

Jenis pengelompokan kredit berikutnya adalah kredit menurut cara penggunaannya. Jenis kredit ini dapat diuraikan sebagai berikut28

1. Kredit Tunai (Cash Credit).

:

Kredit tunai ini adalah kredit yang penggunaannya dilakukan secara tunai atau pemindahbukuannya berdasarkan keinginan si debiturnya. 2. Kredit Bukan Tunai (Non Cash Credit).

Kredit jenis ini adalah kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian pinjaman dibuat, melainkan ada tenggang waktu yang harus dilakukan, misalnya seperti:

a) Garansi Bank. Garansi bank ini adalah kesediaan tertulis bank penjamin untuk membayar kepada sesorang atau pihak yang ditunjuk oleh pemohon jaminan Bank.

27

Ibid, hal 17 28


(52)

b) Letter of Credit. L/C ini yaitu surat yang dikeluarkan oleh Bank yang diminta oleh pembeli untuk disampaikan kepada penjual/eksportir sebagai jaminan pembeli kepada penjual, sampai sejumlah harga barang dikirimkan kepada pembeli harus dibayar oleh pembeli.

Ada juga pembagian kredit menurut jangka waktunya. Pembagiannya adalah sebagai berikut29

1. Kredit Jangka Pendek :

Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasan maksimal 1 tahun. 2. Kredit Jangka Menengah

Kredit jangka menengah adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan jangka waktu pelunasanan maksimal 3 tahun. Biasanya kredit inin berguna untuk keperluan-keperluan modal kerja permanen atau invesatasi yang kecil.

3. Kredit Jangka Panjang

Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan oleh lembaga pemberi pinjaman dengan maksimal lebih dari 3 tahun atau 5 tahun. Kredit jenis ini biasanya diberikan untuk investasi sarana dan prasarana perusahaan seperti alat berat, pembangunan kantor-kantor.

29


(53)

Adapula pembagian kredit berdasarkan cara penarikannya dan cara pembayarannya kembali. Adapun kredit-kredit jenis ini adalah sebagai berikut30

1. Kredit sekaligus (aflopend)

:

Adalah kredit yang penyediaan dananya dapat diambil sekaligus baik secara langsung maupun dengan cara pemindahbukuan. Kredit ini mempunyai dua cara pengembalian, yaitu:

a). Kredit sekaligus ini bisa dikembalikan dengan cara diangsur selama beberapa periode hingga sampai pada pelunasannya.

b). Kredit sekaligus ini dapat diambil dan dikembalikan secara sekaligus pula. Kredit sperti ini biasanya dipergunakan untuk modal kerja.

2. Kredit rekening Koran ( R/K atau R/C)

Kredit rekening Koran ini adalah kredit yang dilakukan dengan pembayaran berangsur-angsur menggunakan alat pemindahbukuan yang ada seperti cek, bilyet giro, dan instrument pemindahbukuan yang lainnya.

Adapan kredit rekening Koran ini dibagi kedalam 2 bagian, yaitu: a). Kredit rekening Koran dengan plafond atau dasar yang tetap sampai

akhir masa perjanjian. Pada akhir pinjaman harus dilunaskan sekaligus.

30


(54)

b). kredit rekening Koran dengan batas makasimum kredit yang menurun tergantung isi perjanjian apakah bulanan, harian, atau bahkan tahunan.

3. Kredit bertahap

Adalah kredit yang pemberiannya dilakukan secara bertahap. Kredit ini efektif untuk nilai investasi yang memang membutuhkan tahapan-tahapan dana, jadi tidak sekaligus langsung diberikan.

4. Kredit berulang (revolving credit)

Kredit berulang ini adalah kredit yang apabila sudah habis dan lunas pinjamannya, maka dapat diulang kembali dengan nilai yang sama atau berbeda tetapi sesuai dengan isi yang akan diperjanjikan kemudian. 5. Kredit pre-transaksi (selfquidating credit – eenmalige transactie

crediet)

Kredit jenis ini adalah kredit yang hampir sama dengan kredit berulang, namun kredit ini agak berbeda di tujuannya, yaitu kredit ini dipakai untuk membelanjakan suatu transaksi dan hasil dari transaksi yang telah dilakukan itu kemudian dibayarkan terhadap kredit itu.

Kemudian, ada kredit yang dilihat dari segi sektor ekonominya, yaitu sebagai berikut31

1. Kredit Sektor Pertanian :

Kredit jenis ini digunakan untuk tujuan produktif peningkatan hasil pertanian.


(55)

2. Kredit Sektor Pertambangan

Kredit pertambangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal dari hasil-hasil tambang.

3. Kredit Sektor Industri

Kredit ini bertujuan untuk mengubah bentuk atau menambah modal usaha.

4. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air

Kredit ini bertujuan untuk pengadaan alat-alat listrik, gas dan air. 5. Kredit Sektor Konstruksi

Kredit ini bertujuan untuk mengadakan pembangunan, perbaikan konstruksi-konstruksi baik bangunan, jembatan, dan lain sebagainya. Ada lagi kredit yang dilihat berdasarkan segi jaminan yang ada dalam kredit itu sendiri, yaitu sebagai berikut32

1. Jaminan perorangan (personal security) :

Maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan sebagai jaminan seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai avalist atau penanggungjawab kredit.

2. Jaminan kebendaan secara fisik (tangible securities) Jaminan berupa benda-benda yang:

- Bergerak: mesin-mesin, kenderaan bermotor, perhiasan, dan lain-lain.

32 Ibid


(56)

- Tidak bergerak: tanah dan bangunan, mesin-mesin berat, kapal, dan lain-lain.

3. Jaminan kebendaan non fisik (intangible securities)

Maksudnya adalah bahwa jaminan ini meliputi surat-surat obligasi, hak tagih, dan surat berharga lainnya.

Ada pengelompokan yang cukup sederhana yaitu kredit tanpa jaminan atau yang dikenal dengan uncecured loan. 33

Kredit yang lain dapat dikelompokkan menurut pemberiannya, yaitu

Kredit semacam ini biasanya tidak diberikan oleh undang-undang Perbankan di Indonesia karena landasan pemberiannya hanya berdasarkan kepercayaan, namun kalau untuk kalangan keluarga dan pengusaha hal ini masih diperbolehkan asalkan satu dengan yang lain saling percaya.

34

1. Kredit yang terorganisasi (organized credit)

:

Kredit yang terorganisasi maksudnya adalah bahwa kredit ini diberikan oleh lembaga-lembaga yang sudah mempunyai struktur dan organisasi perusahaan dengan baik semisalnya bank dan lembaga non bank seperti koperasi. Ada juga lembaga kredit pedesaan.

2. Kredit yang tidak terorganisasi (unorganized credit)

Kredit tidak terorganisasi ini maksudnya adalah kredit yang diberikan oleh sekelompok orang yang tidak mempunyai organisasi resmi.

Kemudian ada juga kredit apabila dilihat dari segi alat buktinya atau dikenal dengan instrument credit, yaitu sebagai berikut 35

33

Ibid, hal. 23


(57)

1. Kredit secara lisan. Maksdunya adalah kredit yang perjanjiannya dilakukan secar lisan. Biasanya hal ini terjadi apabila kedua belah pihak sudah saling mengenal dengan baik. Kelemahannya adalah apabila ada yang ingkar, maka sangat sukar dibuktikan karena tidak ada bukti ikatan janjinya.

2. Kredit tercatat. Maksudnya adalah bahwa kredit ini merupakan semua transaksi kredit yang dicatat dalam suatu catatan khusus tentang kredit. Kredit ini biasanya dilakukan oleh kaum-kaum niaga.

3. Kredit dengan perjanjian tertulis. Maksudnya adalah bahwa setiap kredit yang dilakukan maka dibuat sebuah perjanjian khusus kredit terhadap hal itu. Hal ini sudah lumrah bagi masyarakat Indonesia dan sering digunakan lembaga bank maupun non bank dalam pemberian kreditnya.

Kemudian ada pula kredit yang diklasifikasikan menurut sumber dananya yaitu sebagai berikut 36

1. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat. Maksudnya adalah kredit ini ada dikarenakan oleh adanya kelebihand dari dana simpanan masyarakat dalam sebuah lembaga.

:

2. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru. Maksudya adalah kredit ini ada dikarenakan adanya penambahan uang baru. Namun, kredit ini biasanya yang menyebabkan faktor inflasi terjadi bila

35

Ibid. hal. 25

36


(58)

tidak ada penyeimbangan antara peningkatan jumlah produksi terhadap jumlah uang beredar.

Ada juga kredit menurut negara pembelinya. Kelompok kredit itu adalah sebagai berikut 37

1. Kredit dalam negeri. Yaitu kredit yang pemberi dan penerimanya berasal dari dalam negeri.

:

2. Kredit luar negeri. Yaitu kredit yang diberikan oleh pihak asing kepada peminjam didalam negeri.

Kredit kemudian digolongkan juga kedalam 4 macam jenis kredit berdasarkan kolektibilitasnya atau kemampuan membayarnya, yaitu38

1. Kredit lancar

:

2. Krdit kurang lancar 3. Kredit yang diragukan 4. Kredit macet.

Kredit-kredit yang telah disebutkan diatas adalah jenis-jenis kredit yang digunakan oleh mayoritas lembaga bank dan non bank.

Ada juga pengelompokan kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam yaitu C.U. Rukun Damai dimana dilakukan penelitian sehubungan dengan kaitannya dengan perjanjian kredit.

Adapun jenis kredit yang dibuat oleh koperasi simpan pinjam C.U. Rukun Damai ini adalah sebenarnya juga merupakan produk dari koperasi ini dalam lebih meningkatkan anggotanya.

37


(59)

Jenis-jenis pinjaman atau kredit itu antara lain sebagai berikut39 1. PINTAS (Pinjaman Terbatas)

:

Pinjaman ini adalah pinjaman yang diberikan oleh koperasi dalam jumlah yang batasannya telah ditentukan, yaitu Rp. 500.000 dan hanya bisa dipinjam oleh karyawan Koperasi ini dengan jangka waktu hanya sebulan.

2. Pinjaman biasa (dibawah saham/ sama dengan dua kali saham)

Pinjaman ini maksudnya adalah pinjaman yang boleh diberikan oleh koperasi tergantung dari jumlah saham atau dana yang disimpan anggotanya. Maksimal pemberian pinjamannya hanya boleh dikali dua dari jumlah sahamnya.

3. Pinjaman Potong Gaji

Pinjaman ini tentu sudah jelas artinya yaitu pembayarannya dilakukan dari pemotongan gaji anggota yang melakukan pinjaman. Maka koperasi ini menjalin kerjasama dengan instansi-instansi di tempat dimana si anggota yang meminjam uang bekerja.

4. Pinjaman Semi Hipotik (Agunan/Surat Tanah)

Pinjaman ini tidak jauh beda dengan pinjaman dengan memakai agunan atau jaminan. Jaminan disini bisa surat tanah atau juga surat berharga lainnya.

5. Pinjaman UPAKOP (Usaha Pribadi Anggota Koperasi)

39

Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Badan Pengawas Koperasi Kredit (CU) Rukun Damai, pada tanggal 5 Maret 2012 di Medan, halaman 9. Laporan ini dilakukan guna melihat perkembangan keadaan koperasi setiap tahun. Koperasi ini berdiri dengan Badan Hukum: 518.503/02/BH/II/PAD/KUK/2010, dan mempunyai Kantor Pusat di Jalan H.M. Jhoni nomor 73 (Pasar Merah), Medan.


(60)

Pinjaman ini adalah pinjaman berdasarkan tujuannnya dimana koperasi memberikan pinjaman dengan tujuan untuk meningkatkan usaha yang dijalankan anggota koperasi. Pinjaman ini mirip dengan pinjaman produktif.

6. Pinjaman Kutipan Harian (Pasar dan Luar Pasar)

Pinjaman ini adalah pinjaman yang cara angsurannya adalah dengan membayar secara harian. Pinjaman ini dilakukan dengan pengutipan oleh pegawai-pegawai lapangan koperasi setiap hari kepada para anggota yang mayoritas berusaha di pasar maupun diluar pasar yang sifatnya kecil-kecilan.

7. Pinjaman Musiman (Sistem Panen)

Pinjaman ini diberikan kepada anggota yang umumnya mempunyai mata pencaharian yang tidak setiap bulan, melainkan pada masa-masa panen semisal petani. Cara mengangsurnya adalah dengan menyicil setiap panen datang tetapi dengan perjanjian yang dibuat sedemikian rupa oleh notaris dikarenakan angsurannya juga lumayan lama.

C. Tujuan dan Fungsi Kredit

Kredit mempunyai beberapa tujuan dan fungsi yang diapat dijabarkan. Adapun tujuan dan fungsi dari pengadaan kredit itu akan diuraikan sebagai berikut40

1. Tujuan Kredit. :

40

Muchdarsyah Sinungana, Dasar-Dasar Dan Teknik MANAGEMEN KREDIT, cet. 6, Bumi Aksara, hal. 4


(61)

a). Profitability

Yang dimaksud dengan profitability adalah tujuan pengadaan kredit untuk memperolhe hasil dari kredit tersebut berupa keuntunganj yang didapat dari pemungutan bunga terhadap kredit tersebut.

b). Safety

Yang dapat didefenisikan dari safety adalah bahwa pengadaan kredit itu bertujuan untuk memberikan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang cukup besar.

Baik lembaga keuangan bank maupun non bank seperti koperasi menjalankan tujuan kredit diatas selain tujuan pribadi bank tersebut secara umum.

Hal itu dijalankan guna tercapainya kredit yang aman dan benar-benar dapat digunakan sesuai sasaran dan tujuan yang ingin dicapainya.

2. Fungsi Kredit.

Secara umum kredit mempunyai fungsi untuk membantu kesejahteraan masyarakat pada umumnya sehingga tercapailah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Berikut akan diuraikan fungsi kredit bila dipandang dari sudut perekonomian, yaitu 41

1. Kredit dapat meningkatkan dayaguna dari modal/uang :

41


(62)

Fungsi ini adalah untuk menambah produksi suatu usaha dari modal yang telah diperoleh sehingga lebih mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Kredit dapat meningkatkan dayaguna suatu barang

Fungsi ini meningkatkan dayaguna suatu barang semisall barang mentah yang sudah diproduksi dapat ditingkatkan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan proses melakukan kredit.

3. Kredit dapat meningkatkan lalu lintas peredaran uang

Peredaran uang didalam fungsi ini adalah bahwa dengan adanya kerdit, maka peredaran giro, check, wesel, promess dan surat-surat seperti itu akan berkembang sehingga menambah kegairahan masyarakat dalam berusaha.

4. Kredit dapat meingkatkan kegairahan masyarakat dalam berusaha Dengan adanya kredit, maka masyarakat dapa melakukan usaha yang mereka inginkan tanpa harus menunggu sampai mereka mendapatkan modal yang cukup untuk memulai usahanya.

5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi

Kredit dalam arti ini adalah harus mengarah kehal-hal yang lebih produktif dan usaha yang lebih berkembang dikarenakan apabila terjadi inflasi maka bank harus pintar dalam memberikan kredit.

6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Dalam hal ini kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional dikarenakan apabila masyarakat sudah banyak yang berusaha


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan skripsi yang telah dilakukan oleh penulis terhadap

peranan notaris dalam hal pembuatan perjanjian kredit, maka penulis menarik

beberapa kesimpulan penting, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek-aspek hukum yang ada dalam perjanjian kredit yang diberikan oleh

notaris adalah bahwa perjanjian kredit yang berupa akta otentik merupakan

sebuah peraturan bagi para pihak yang membuatnya dengan berbagai

macam kewajiban dan hak yang ada didalamnyha yang harus dilaksanakan

agar tercapai tujuan dan maksud dari akta perjanjian kredit tersebut.

Apabila ada pihak yang melanggar ketentuan yang ada didalam akta

perjanjian kredit itu, maka aka nada sanksi yang diberikan sesuai yang

dimaksud didalam akta perjanjian itu sendiri. Akta perjanjian kredit ini

juga mempunyai kekuatan eksekutorial dimana akta ini setara dengan

vonis keputusan hakim yang artinya setiap isi dari pasal dalam akta ini

dapat dijalankan tanpa harus menunggu izin dari pengadilan terlebih

dahulu. Dan akta perjanjian kredit yang dibuat notaris merupakan alat

bukti yang sempurna karena sudah sesuai dengan kaidah-kaidah peraturan

perundang-undangan tentang pembuatan akta yang tercantum didalam


(2)

2. Tugas dan wewenang notaris didalam Undang-Undang tentang Jabatan

Notaris nomor 30 tahun 2004 sudah tepat, ditambah lagi dengan adanya

kode etik notaris yang dibuat pada tahun 2005 membuat notaris

mempunyai tugas dan batasan-batasan yang jelas dalam menjalankan

perannya dimasyarakat. Notaris dalam membuat akta otentik ini juga

mempunyai aturan teknis sesuai peraturan perundang-undangan agar akta

yang dibuatnya benar dan sempurna. Sanksi-sanksi yang diterapkan

didalam peraturan jabatan notaris ini sudah memenuhi kaidah serta moral

yang cocok untuk profesi notaris. Tugas dan wewenangnya mempunyai

keseimbangan sehingga semua tugas dan wewenang yang diberikan

menjadi tidak melewati batas.

3. Peranan notaris sebagai pembuat akta otentik perjanjian kredit dalam

skripsi ini melalui pembahasannya sudah memenuhi standar baku

pembuatan akta otentik pada umumnya dan perjanjian kredit secara khusus

dimana dalam pembuatan akta perjanjian kredit ini notaris menjadi

penasihat hukum bagi kedua belah pihak dan juga notaris dapat member

masukan dan saran dalam pembuatannya dan isi dari pasal-pasalnya

sehingga isi dari perjanjian itu tidak akan melanggar ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Notaris juga menjelaskan kelebihan dari ide-ide

yang dikemukakan dari para pihak dalam membantu merumuskan

pasal-pasal. Notaris juga turut serta membantu masyarakata awam dalam

memahami perjanjian kredit itu seperti apa supaya tidak terjebak didalam


(3)

B. Saran

Penulis juga ingin memberikan beberapa saran yang dianggap bisa

memotivasi notaris dalam menjalankan peran dan fungsinya sehari-hari, yaitu:

1. Dalam pembuatan perjanjian kredit, perlu lebih diperhatikan lagi

keinginan dari debitur yang tidak terakomodir dalam pembuatan akta

otentik ini, karena pada umumnya notaris bekerjasama dengan koperasi

simpan pinjam membuat perjanjian yang umum, dimana ada keinginan

khusus terhadap kredit ini yang debitur ingin memasukkannya tetapi

cenderung tidak bisa dikarenakan ketidakpahaman dari debitur dalam

mengatakan keinginannya.

2. Notaris diharapkan mampu menjalankan wewenang dan fungsinya sesuai

dengan arahan dan peraturan teknis tentang jabatan notaris, serta peka

dalam mendengarkan maksud dari para pihak yang ingin membuat

perjanjian sehingga kedua belah pihak merasa apa-apa yang diinginkan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amiruddin dan Zainal Assikin., 2003. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Andasasmita, Komar, 1984. Notaris I, Bandung, Sumur Bandung. ________________, . Notaris II, Bandung, Sumur Bandung.

Badrulzaman, Mariam Darus., 1978, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Bandung, Alumni

Djumialdji. 1996., Hukum Bangunan, Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka Cipta.

Fahmi, Irham., 2008. Analisis Kredit dan Fraud : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung, Alumni.

Fuady, Munir., 1996. Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti. ___________., 2007. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung, Citra

Aditya Bakti.

Harahap, Muhammad Yahya., 1988, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Hukum Bidang Perdata, Jakarta, PT. Gramedia

Hadiwidjaja, H, EC. R.A. Rivai Wirasasmita., 1991, ANALISIS KREDIT (Dilengkapi Telaah Kasus), Bandung, Pionir Jaya,

Imaniyati, Neni Sri., 2009. Hukum Bisnis Telaah Tentang pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Yogyakarta, Graha Ilmu

Muhammad, Abdulkadir., dan Murniati, 1993. Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Prajitno, A.A. Andi., 2010. Apa dan Siapa Notaris di Indonesia, Jakarta, PMN (Putra Media Nusantara)

Salim, H., 2006. Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada.


(5)

Sinungan, Muchdarsyah., Dasar – Dasar Dan Teknik Manajemen Kredit, Jakarta, Bumi Aksara,

Subekti., 1995. Aneka Perjanjian, Bandung, Citra Adtya Bakti. ______., 2002. Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa. Sudarsono., Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta

Tohar, Muhammad., 1999. Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Yogyakarta, Kanisius.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.02.HT.03.10, tahun 2007.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.01.HT.03.01, tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan dan Pemberhentian Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.HH..01.AH.02.12, tahun 2010.

C. WEBSITE

Kamus Besar Bahasa Indonesia online,

Diakses pada tanggal 12 Februari 2012 sampai 14 April 2012

D. LAIN-LAIN


(6)

Rangkuman UP-GRADING – REFRESHING COURSE KONGRES I.N.I KE – XVII, JAKARTA. Rapat Kerja Tingkat Nasional Mahkamah Agung – RI dengan Ketua Pengadilan Tingkat

Banding Dari Semua Lingkungan Peradilan tentang Pengawasan Notaris dan Pengacara, Jakarta, 12 Maret 1990.

Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Badan Pengurus Koperasi Kredit C.U. Rukun Damai, Medan, 5 Maret 2012.

Kode Etik Notaris tanggal 28 Januari 2005.