Korps HMI-Wati (Kohati) Cabang Medan (1966 – 1998)

(1)

113

GAMBAR

Gambar 2. Peta: Lokasi Student Centre HMI, sejak 1973, di Jalan Adinegoro No. 15, Medan.


(2)

114

Gambar 3. Student Centre HMI

Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016

Gambar 4. Kantor khusus KOHATI Cabang Medan

Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016


(3)

115

Gambar 4. Dies Natalis KOHATI ke-5, pada masa kepemimpinan Nilamsari

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 5. Peserta Kongres ke X di Palembang


(4)

116

Gambar 6. Kegiatan lomba merangkai bunga

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 7. Peserta Up Grading Nasional COHATI ke II


(5)

117

Gambar 8. Diskusi KOHATI

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 9. Perkumpulan massa Komando Aksi di Lapangan Olahraga


(6)

118

Gambar 10. Demonstrasi Penumpasan G 30 S/PKI

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 11. Tewasnya Ibrahim Umar di kantor Konsulat RRT


(7)

119

Gambar 12. Foto bersama narasumber Djanius Djamin

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 11 April 2016

Gambar 13. Foto bersama narasumber Radhiah Muchtar


(8)

120

Gambar 14. Foto bersama narasumber Usman Pelly

Sumber: Dokumentasi milik pribadi 6 April 2016

Gambar 15. Foto dengan narasumber Nilamsari


(9)

121

Gambar 16. Foto dengan narasumber Sri Minda Murni

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 23 Februari 2016

Gambar 17. Foto dengan narasumber Muniarti Munir


(10)

122

Gambar 18. Foto dengan narasumber Nelly Armayanti

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 24 Februari 2016

Gambar 19. Foto bersama dengan narasumber Hasriani Daulay


(11)

123

LAMPIRAN

PERATURAN DASAR CORPS HMI-WATI (COHATI)

MUKADDIMAH Bismillahir rahmanir rahim

(AN-NISAAU ‘IMADULBILAD IN SOLUHAT FASHOLUHAT WA IN FASADAT FFASADAT)

“Wanita adalah tiang Negara, manakala baik wanitanya, maka baiklah Negara. Manakala rusak wanita rusaklah Negara”.

Bahwa sesungguhnya, perdjuangan untuk mewujudkan tjita-tjita HMI dalam tertjiptanya masjarakat adil makmur penuh keridhaan Allah SWT. hanja dapat tertjacapai dengan mengikut sertakan seluruh potensi HMI setjara epektief dimana HMI Wati secara objektief merupakan bagian jang tak terpisahkan dari pada HMI.

Maka dengan rahmat Allah SWT. kami segenap HMI-Wati menghimpun diri dalam suatu wadah jang merupakak bagian dari HMI dengan berpedoman pada A.D/A.R.T HMI dan mempunjai peraturan dasar sebagai berikut:

BAB I

Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu

Pasal 1. Nama : Wadah ini bernama Corps HMI-Wati disingkat COHATI.


(12)

124

Pasal 2. Tempat Kedudukan : Cohati ini berkedudukan di PB HMI.

Pasal 3. Waktu : Cohati ini didirikan pada tanggal 17 September 1966 bertepatan dengan tanggal 2 Djumadil Achir 1386 untuk waktu yang tidak ditentukan.

BAB II

Dasar, Tudjuan dan Usaha

Pasal 4. Dasar : Cohati ini berdasarkan Islam.

Pasal 5. Tudjuan : Meningkatkan kwalitas dan peranan HMI-Wati dalam perdjuangan untuk mentjapai tudjuan HMI pada umumnja dan bidang kewanitaan chususnja. Pasal 6. Usaha : Segala usaha jang tidak menjalahi dasar dan

berguna untuk mentjapai tudjuan.

BAB III

Status dan Struktur Kepengurusan

Pasal 7. Status : Semi Autonomi dalam HMI.

Pasal 8. Struktur : Cohati mempunjai struktur kepengurusan pertikal dari PB HMI sampai ketjabang-tjabang HMI, Komisariat dan Rajon.


(13)

125

BAB IV Keanggotaan

Pasal 9. Anggota Corps disesuaikan dengan AD ART HMI.

BAB V

Pimpinan dan Kekuasaan

Pasal 10. : Pimpinan Cohati terdiri dari:

a. Cohati PB, Cohati Tjabang, Cohati Komisariat Rajon.

b. Ditempat-tempat jang dianggap perlu dapat ditentukan Badko Cohati jang langsung mendjadi anggota Pleno Cohati PB HMI.

Pasal 11. Kekuasaan : a. Kekuasaan dipegang oleh Munascorps, Konperensi Tjabang, corps dan Rapat Anggota Komsiariat/Rajon.

b. Kekuasaan tertinggi terletak pada Kongres HMI.

BAB VI Perbendaharaan

Pasal 12. Perbendaharaan Corps diperoleh dari:


(14)

126

b. Usaha, bantuan, dan sumbangan jang sjah, halal dan tidak mengikat.

BAB VII

Perubahan Peraturan Dasar dan Pembubaran

Pasal 13. a. Perubahan Peraturan Dasar dilakukan oleh Musjawarah Corps dan disjahkan oleh kongres HMI.

b. Pembubaran Corps dilakukan oleh Kongres HMI atau Musjawarah Nasional Corps jang chusus diadakan untuk itu.

BAB VIII

Pasal 14. Aturan Tambahan : Hal jang belum disebut dalam Peraturan Dasar dan Pendjelasan lainnja dimuat dalam keterangan chusus. Pasal 15. Pengesahan : Pengesahan ditetapkan dalam Kongres HMI ke VIII di

Surakarta tanggal 2 Djumadil Achir 1386 H/17 Sept 1966.


(15)

127

Keterangan Chusus Corps HMI-Wati BAB III, Struktur Kepengurusan.

a. Ketua Umum Cohati PB adalah Ketua Ex-Officio PB HMI.

b. Ketua Umum Cohati Tjabang adalah Ketua Ex-Officio Tjabang HMI.

c. Ketua Umum Cohati Komisariat/Rajon Cohati adalah Ketua Ex-Officio Ketua Komisariat/Rayon HMI.

BAB IV, Keanggotaan

Disesuaikan dengan AD ART HMI

BAB V, Pimpinan dan Kekuasaan A. Pimpinan:

1. Pimpinan Cohati PB ditentukan dalam Munas Corps dengan prosedur jang sesuai dengan ART HMI.

2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan PB HMI. 3. Cohati PB HMI bertanggung djawab kepada PB HMI. 4. Formasi Cohati PB HMI, sekurang-kurangnja terdiri dari:

- Ketua Umum dan Wakil - Sekretaris Umum dan Wakil - Bendahara Umum dan Wakil


(16)

128

B. Kepengurusan:

1. Pengurus Cohati Tjabang ditetapkan oleh Musjawarah Tjabang Cohati. 2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Kepengurusan Tjabang

HMI.

3. Cohati Tjabang bertanggung djawab langsung pada Cohati PB HMI dan kepada Pengurus Tjabang HMI.

4. Formasi Tjabang Cohati sedapat mungkin disesuaikan dengan pengurus Cohati PB HMI.

5. Pengesahan dilakukan oleh Cohati PB. 6. Mendirikan Cohati Komisariat/Rayon. C. Pengurus Komisariat/Rajon Cohati

1. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon ditentukan oleh Rapat Anggota.

2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus Komisariat/Rajon HMI.

3. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon bertanggung djawab langsung kepada Pengurus Tjabang Cohati Tjabang dan langsung pula kepada Pengurus Komisariat/Rajon.

4. Formasi Pengurus Cohati Komisariat/Rajon sedapat mungkin disesuaikan dengan formasi Pengurus Tjabang Cohati.


(17)

129

Kekuasaan

a. 1. Musjawarah Cohati merupakan Musjawarah Cohati Tjabang-tjabang. 2. Memilih dan mengangkat Pengurus PB Cohati.

3. Musjawarah Nasional Cohati diadakan bertepatan dengan Kongres HMI.

b. 1. Musjawarah Cohati Tjabang merupakan Musjawarah Cohati Komisariat/Rajon.

2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Tjabang.

3. Musjawarah Cohati Tjabang diadakan bertepatan dengan Konperensi Tjabang HMI.

c. 1. Rapat Anggota Cohati Komisariat/Rajon adalah merupakan Rapat Anggota.

2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Komisaiart/Rajon.

3. Masa djabatan Cohati Komisariat/Rajon disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus HMI Komisariat/Rajon.

BAB VI, Perbendaharaan


(18)

130

BAB VII, Aturan tambahan dan pengesahan

1. Atribut Cohati ditetapkan oleh Munas Corps dan disjahkan oleh Kongres HMI jaitu stempel dan badge.

2. Cohati mempunjai administrasi, inventarisasi, dan program kerdja tersendiri.

Penutup

Hal-hal jang belum diatur dan tertjantum dalam Peraturan Dasar Corps HMI-Wati dan keterangan chusus ini disesuaikan dengan AD/ART HMI dan diatur lebih lanjut oleh Cohati PB.

Surakarta,

1. Faiza Hasjin (ketua)

2 Djumadilachir 1386 H

17 September 1966 M

Pimpinan Sidang

2. Nurhajati (ketua)

3. Nurhadjidah Lubis (ketua) Panitia perumus:

- Nurhajati (Biro Keputrian BADKO Djateng) - Nurhadjidah Lubis (Cohati Medan)

- H. Ismaniah Saleh (Cohati Padang) - A. Datja Patoppoi (Cohati Makassar)

- Etty Suhada (Cohati Djaya)

- Masiarah Hasan (Cohati Jogja)


(19)

131

PROGRAM KERJA

Bismaillahirrahmanirrahim

Kongres ke VIII di Solo jang berlangsung dari tanggal 10 s/d 17 September 1966 dan bersamaan pula dengan musjawarah COHATI pertama seluruh Indonesia.

Dengan dasar pemikiran:

1. Laporan kerdja Departemen Keputrian periode 1963/1966.

2. Prasarana Departemen Keputrian PB HMI tentang Corps HMI-Wati. 3. Kertas kerdja Keputrian Badko se-Indonesia.

Maka dengan ini kami telah menjusun Program Kerdja sebagai berikut: I. Program Umum

II. Program Chusus : a. Bidang Organisasi : - Intern

- Ekstern

III. Ketentuan Umum IV. Ketentuan Tambahan

1. Program Umum

1. Mengkonkritkan peranan dan sumbangan HMI Wati kepada Agama, Nusa, dan Bangsa.

2. Memperhebat ketahanan mental jang bersumber kepada kejakinan dan kebenaran Islam.


(20)

132

3. Meningkatkan dan memenangkan perdjuangan membela agama Allah dan perdjuangan AMPERA.

4. Merealisir tjita-tjita sebagai pelopor umat Islam.

5. Pembinaan dan pengokohan Uchuwah Islamijah dalam menanggapi masalah perdjuangan bangsa.

6. Aktif membendung kebudajaan-kebudajaan /kegiatan-kegiatan/etica jang tidak sesuai dengan adjaran Islam.

II. Program Chusus

a. Bidang Organisasi - Intern:

1. Konsolidasi organisasi dan keseragaman organisasi.

2. Untuk mempererat hubungan Cohati PB dan Tjabang-tjabang perlu diadakan kontak-kontak jang kontinue paling sedikit melalui Cohati Badko.

3. Meminta laporan-laporan Cohati Tjabang setjara periodik.

4. Meningkatkan kaderisasi dan menjalurkan hasilnja setjara se-intensif-intensifnja.

5. Mengadakan Musjawarah Kerdja Cohati seluruh Indonesia sekurang-kurangnja satu kali.


(21)

133

6. Pembinaan kreasi jang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat chas wanita.

7. Cohati PB harus mempunjai sumber keuangan jang tetap. 8. Menerbitkan media-media chusus Cohati.

9. Menginstruksikan kepada seluruh Tjabang-tjabang untuk segera membentuk pasukan inti (PATI COHATI).

Ekstern:

1. Mempererat hubungan dan kerdja sama dengan tokoh-tokoh wanita organisasi wanita chususnja organisasi Islam.

2. Aktif bersama organisasi lainnja menanggapi perkembangan situasi dalam persoalan sosial ekonomi politik.

3. Merealisir darma bhakti Cohati dalam masjarakat misalnja dalam bidang sosial mengenai pendidikan dan lain-lain.

4. Berusaha untuk meningkatkan kesedjahteraan Cohati misalnja mendirikan asrama Cohati.

Demikianlah penjusunan program kerdja ini akan dijadikan landasan jang mendjurus pada tujuan Cohati jang tertjantum dlam peraturan dasar/peraturan rumah tangga

Semoga Allah SWT memberikan rahmat taufiq dan hidajah-Nja kepada kita semua, dalam menjelesaikan tugas Cohati untuk himpunan dan masjarakat.


(22)

134

Solo, Djumadilachir 1386 H

16 September 1966 M

KONGRES NASIONAL KE VIII HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Pimpinan Sidang Presidium

Ttd Ttd Ttd

Ida Ismail Nurbaiti Musa

1. Nurbaiti Musa

N. Fauzi Anwar Ketua Ketua Ketua

Panitia Perumus:

2. Hartini Hakim 3. Jusra Lubis 4. Tasminah 5. Sudarti 6. Lena Fasijah 7. Nurma Tombokan 8. Ida Nasution


(23)

113

GAMBAR

Gambar 2. Peta: Lokasi Student Centre HMI, sejak 1973, di Jalan Adinegoro No. 15, Medan.


(24)

114

Gambar 3. Student Centre HMI

Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016

Gambar 4. Kantor khusus KOHATI Cabang Medan

Sumber: Dokumentasi milik pengurus HMI Cabang Medan, diambil pada tanggal 21 April 2016


(25)

115

Gambar 4. Dies Natalis KOHATI ke-5, pada masa kepemimpinan Nilamsari

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 5. Peserta Kongres ke X di Palembang


(26)

116

Gambar 6. Kegiatan lomba merangkai bunga

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 7. Peserta Up Grading Nasional COHATI ke II


(27)

117

Gambar 8. Diskusi KOHATI

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 9. Perkumpulan massa Komando Aksi di Lapangan Olahraga


(28)

118

Gambar 10. Demonstrasi Penumpasan G 30 S/PKI

Sumber: Dokumentasi milik Nilamsari

Gambar 11. Tewasnya Ibrahim Umar di kantor Konsulat RRT


(29)

119

Gambar 12. Foto bersama narasumber Djanius Djamin

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 11 April 2016

Gambar 13. Foto bersama narasumber Radhiah Muchtar


(30)

120

Gambar 14. Foto bersama narasumber Usman Pelly

Sumber: Dokumentasi milik pribadi 6 April 2016

Gambar 15. Foto dengan narasumber Nilamsari


(31)

121

Gambar 16. Foto dengan narasumber Sri Minda Murni

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 23 Februari 2016

Gambar 17. Foto dengan narasumber Muniarti Munir


(32)

122

Gambar 18. Foto dengan narasumber Nelly Armayanti

Sumber: Dokumentasi milik pribadi, diambil pada tanggal 24 Februari 2016

Gambar 19. Foto bersama dengan narasumber Hasriani Daulay


(33)

123

LAMPIRAN

PERATURAN DASAR CORPS HMI-WATI (COHATI)

MUKADDIMAH Bismillahir rahmanir rahim

(AN-NISAAU ‘IMADULBILAD IN SOLUHAT FASHOLUHAT WA IN FASADAT FFASADAT)

“Wanita adalah tiang Negara, manakala baik wanitanya, maka baiklah Negara. Manakala rusak wanita rusaklah Negara”.

Bahwa sesungguhnya, perdjuangan untuk mewujudkan tjita-tjita HMI dalam tertjiptanya masjarakat adil makmur penuh keridhaan Allah SWT. hanja dapat tertjacapai dengan mengikut sertakan seluruh potensi HMI setjara epektief dimana HMI Wati secara objektief merupakan bagian jang tak terpisahkan dari pada HMI.

Maka dengan rahmat Allah SWT. kami segenap HMI-Wati menghimpun diri dalam suatu wadah jang merupakak bagian dari HMI dengan berpedoman pada A.D/A.R.T HMI dan mempunjai peraturan dasar sebagai berikut:

BAB I

Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu

Pasal 1. Nama : Wadah ini bernama Corps HMI-Wati disingkat COHATI.


(34)

124

Pasal 2. Tempat Kedudukan : Cohati ini berkedudukan di PB HMI.

Pasal 3. Waktu : Cohati ini didirikan pada tanggal 17 September 1966 bertepatan dengan tanggal 2 Djumadil Achir 1386 untuk waktu yang tidak ditentukan.

BAB II

Dasar, Tudjuan dan Usaha

Pasal 4. Dasar : Cohati ini berdasarkan Islam.

Pasal 5. Tudjuan : Meningkatkan kwalitas dan peranan HMI-Wati dalam perdjuangan untuk mentjapai tudjuan HMI pada umumnja dan bidang kewanitaan chususnja. Pasal 6. Usaha : Segala usaha jang tidak menjalahi dasar dan

berguna untuk mentjapai tudjuan.

BAB III

Status dan Struktur Kepengurusan

Pasal 7. Status : Semi Autonomi dalam HMI.

Pasal 8. Struktur : Cohati mempunjai struktur kepengurusan pertikal dari PB HMI sampai ketjabang-tjabang HMI, Komisariat dan Rajon.


(35)

125

BAB IV Keanggotaan

Pasal 9. Anggota Corps disesuaikan dengan AD ART HMI.

BAB V

Pimpinan dan Kekuasaan

Pasal 10. : Pimpinan Cohati terdiri dari:

a. Cohati PB, Cohati Tjabang, Cohati Komisariat Rajon.

b. Ditempat-tempat jang dianggap perlu dapat ditentukan Badko Cohati jang langsung mendjadi anggota Pleno Cohati PB HMI.

Pasal 11. Kekuasaan : a. Kekuasaan dipegang oleh Munascorps, Konperensi Tjabang, corps dan Rapat Anggota Komsiariat/Rajon.

b. Kekuasaan tertinggi terletak pada Kongres HMI.

BAB VI Perbendaharaan

Pasal 12. Perbendaharaan Corps diperoleh dari:


(36)

126

b. Usaha, bantuan, dan sumbangan jang sjah, halal dan tidak mengikat.

BAB VII

Perubahan Peraturan Dasar dan Pembubaran

Pasal 13. a. Perubahan Peraturan Dasar dilakukan oleh Musjawarah Corps dan disjahkan oleh kongres HMI.

b. Pembubaran Corps dilakukan oleh Kongres HMI atau Musjawarah Nasional Corps jang chusus diadakan untuk itu.

BAB VIII

Pasal 14. Aturan Tambahan : Hal jang belum disebut dalam Peraturan Dasar dan Pendjelasan lainnja dimuat dalam keterangan chusus. Pasal 15. Pengesahan : Pengesahan ditetapkan dalam Kongres HMI ke VIII di

Surakarta tanggal 2 Djumadil Achir 1386 H/17 Sept 1966.


(37)

127

Keterangan Chusus Corps HMI-Wati BAB III, Struktur Kepengurusan.

a. Ketua Umum Cohati PB adalah Ketua Ex-Officio PB HMI.

b. Ketua Umum Cohati Tjabang adalah Ketua Ex-Officio Tjabang HMI.

c. Ketua Umum Cohati Komisariat/Rajon Cohati adalah Ketua Ex-Officio Ketua Komisariat/Rayon HMI.

BAB IV, Keanggotaan

Disesuaikan dengan AD ART HMI

BAB V, Pimpinan dan Kekuasaan A. Pimpinan:

1. Pimpinan Cohati PB ditentukan dalam Munas Corps dengan prosedur jang sesuai dengan ART HMI.

2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan PB HMI. 3. Cohati PB HMI bertanggung djawab kepada PB HMI. 4. Formasi Cohati PB HMI, sekurang-kurangnja terdiri dari:

- Ketua Umum dan Wakil - Sekretaris Umum dan Wakil - Bendahara Umum dan Wakil


(38)

128

B. Kepengurusan:

1. Pengurus Cohati Tjabang ditetapkan oleh Musjawarah Tjabang Cohati. 2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Kepengurusan Tjabang

HMI.

3. Cohati Tjabang bertanggung djawab langsung pada Cohati PB HMI dan kepada Pengurus Tjabang HMI.

4. Formasi Tjabang Cohati sedapat mungkin disesuaikan dengan pengurus Cohati PB HMI.

5. Pengesahan dilakukan oleh Cohati PB. 6. Mendirikan Cohati Komisariat/Rayon. C. Pengurus Komisariat/Rajon Cohati

1. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon ditentukan oleh Rapat Anggota.

2. Masa djabatan disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus Komisariat/Rajon HMI.

3. Pengurus Cohati Komisariat/Rajon bertanggung djawab langsung kepada Pengurus Tjabang Cohati Tjabang dan langsung pula kepada Pengurus Komisariat/Rajon.

4. Formasi Pengurus Cohati Komisariat/Rajon sedapat mungkin disesuaikan dengan formasi Pengurus Tjabang Cohati.


(39)

129

Kekuasaan

a. 1. Musjawarah Cohati merupakan Musjawarah Cohati Tjabang-tjabang. 2. Memilih dan mengangkat Pengurus PB Cohati.

3. Musjawarah Nasional Cohati diadakan bertepatan dengan Kongres HMI.

b. 1. Musjawarah Cohati Tjabang merupakan Musjawarah Cohati Komisariat/Rajon.

2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Tjabang.

3. Musjawarah Cohati Tjabang diadakan bertepatan dengan Konperensi Tjabang HMI.

c. 1. Rapat Anggota Cohati Komisariat/Rajon adalah merupakan Rapat Anggota.

2. Memilih dan mengangkat Pengurus Cohati Komisaiart/Rajon.

3. Masa djabatan Cohati Komisariat/Rajon disesuaikan dengan masa djabatan Pengurus HMI Komisariat/Rajon.

BAB VI, Perbendaharaan


(40)

130

BAB VII, Aturan tambahan dan pengesahan

1. Atribut Cohati ditetapkan oleh Munas Corps dan disjahkan oleh Kongres HMI jaitu stempel dan badge.

2. Cohati mempunjai administrasi, inventarisasi, dan program kerdja tersendiri.

Penutup

Hal-hal jang belum diatur dan tertjantum dalam Peraturan Dasar Corps HMI-Wati dan keterangan chusus ini disesuaikan dengan AD/ART HMI dan diatur lebih lanjut oleh Cohati PB.

Surakarta,

1. Faiza Hasjin (ketua)

2 Djumadilachir 1386 H

17 September 1966 M

Pimpinan Sidang

2. Nurhajati (ketua)

3. Nurhadjidah Lubis (ketua) Panitia perumus:

- Nurhajati (Biro Keputrian BADKO Djateng) - Nurhadjidah Lubis (Cohati Medan)

- H. Ismaniah Saleh (Cohati Padang) - A. Datja Patoppoi (Cohati Makassar)

- Etty Suhada (Cohati Djaya)

- Masiarah Hasan (Cohati Jogja)


(41)

131

PROGRAM KERJA

Bismaillahirrahmanirrahim

Kongres ke VIII di Solo jang berlangsung dari tanggal 10 s/d 17 September 1966 dan bersamaan pula dengan musjawarah COHATI pertama seluruh Indonesia.

Dengan dasar pemikiran:

1. Laporan kerdja Departemen Keputrian periode 1963/1966.

2. Prasarana Departemen Keputrian PB HMI tentang Corps HMI-Wati. 3. Kertas kerdja Keputrian Badko se-Indonesia.

Maka dengan ini kami telah menjusun Program Kerdja sebagai berikut: I. Program Umum

II. Program Chusus : a. Bidang Organisasi : - Intern

- Ekstern

III. Ketentuan Umum IV. Ketentuan Tambahan

1. Program Umum

1. Mengkonkritkan peranan dan sumbangan HMI Wati kepada Agama, Nusa, dan Bangsa.

2. Memperhebat ketahanan mental jang bersumber kepada kejakinan dan kebenaran Islam.


(42)

132

3. Meningkatkan dan memenangkan perdjuangan membela agama Allah dan perdjuangan AMPERA.

4. Merealisir tjita-tjita sebagai pelopor umat Islam.

5. Pembinaan dan pengokohan Uchuwah Islamijah dalam menanggapi masalah perdjuangan bangsa.

6. Aktif membendung kebudajaan-kebudajaan /kegiatan-kegiatan/etica jang tidak sesuai dengan adjaran Islam.

II. Program Chusus

a. Bidang Organisasi - Intern:

1. Konsolidasi organisasi dan keseragaman organisasi.

2. Untuk mempererat hubungan Cohati PB dan Tjabang-tjabang perlu diadakan kontak-kontak jang kontinue paling sedikit melalui Cohati Badko.

3. Meminta laporan-laporan Cohati Tjabang setjara periodik.

4. Meningkatkan kaderisasi dan menjalurkan hasilnja setjara se-intensif-intensifnja.

5. Mengadakan Musjawarah Kerdja Cohati seluruh Indonesia sekurang-kurangnja satu kali.


(43)

133

6. Pembinaan kreasi jang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat chas wanita.

7. Cohati PB harus mempunjai sumber keuangan jang tetap. 8. Menerbitkan media-media chusus Cohati.

9. Menginstruksikan kepada seluruh Tjabang-tjabang untuk segera membentuk pasukan inti (PATI COHATI).

Ekstern:

1. Mempererat hubungan dan kerdja sama dengan tokoh-tokoh wanita organisasi wanita chususnja organisasi Islam.

2. Aktif bersama organisasi lainnja menanggapi perkembangan situasi dalam persoalan sosial ekonomi politik.

3. Merealisir darma bhakti Cohati dalam masjarakat misalnja dalam bidang sosial mengenai pendidikan dan lain-lain.

4. Berusaha untuk meningkatkan kesedjahteraan Cohati misalnja mendirikan asrama Cohati.

Demikianlah penjusunan program kerdja ini akan dijadikan landasan jang mendjurus pada tujuan Cohati jang tertjantum dlam peraturan dasar/peraturan rumah tangga

Semoga Allah SWT memberikan rahmat taufiq dan hidajah-Nja kepada kita semua, dalam menjelesaikan tugas Cohati untuk himpunan dan masjarakat.


(44)

134

Solo, Djumadilachir 1386 H

16 September 1966 M

KONGRES NASIONAL KE VIII HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Pimpinan Sidang Presidium

Ttd Ttd Ttd

Ida Ismail Nurbaiti Musa

1. Nurbaiti Musa

N. Fauzi Anwar Ketua Ketua Ketua

Panitia Perumus:

2. Hartini Hakim 3. Jusra Lubis 4. Tasminah 5. Sudarti 6. Lena Fasijah 7. Nurma Tombokan 8. Ida Nasution


(45)

Daftar Pustaka

Alfian, M. Alfan. 2013. Himpunan Mahasiswa Islam 1963 – 1966: Menegakkan Pancasila di tengah Prahara. Jakarta: Kompas.

Draft Musyawarah Nasional Korp HMI-Wati Ke XIII. Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa, MUNAS KOHATI Makassar 20 s.d 25 Februari 2006. (belum diterbitkan).

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.

HMI Komisariat Fakultas Ilmu Budaya USU. 2014. Buku Panduan Masa Perkenalan Calon Anggota (MAPERCA), Medan: tanpa penerbit.

HMI Pengurus Besar. Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII. 2013. Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan: tanpa penerbit.

Irawadi, Daru . 2010. “Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan (1952-1985)”, dalam Skripsi S1, belum diterbitkan. Medan: Fakultas Sastra, Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Sumatera Utara.

Kartodirjo, Sartono. 2014. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

KOHATI PB HMI, 2013. Pedoman Dasar KOHATI. Jakarta Pusat: tanpa penerbit Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif

Agama, Budaya dan Keluarga. Magelang: Yayasan Indonesia Tera Anggota IKAPI.

Nasution, Ida Ismail. KOHATI: Mengakar ke dalam untuk Meraih Asa. Jakarta: PB HMI Publishing.

Nurhabsyah. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah, Medan: tanpa penerbit.

Salman, Ismah. 2005. Keluarga Sakinah Dalam Aisyiyah: Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah.


(46)

xv

Sitompul, Agussalim. 2008. Korps HMI-WATI dalam Sejarah 1966-1994. Jakarta: Misaka Galiza.

Soesman, Monique. 2007. Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV.

Ulfah, Maria. 2011. Peran KOHATI Cabang Ciputat Periode 1970-1980 dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta, dalam Skripsi S1, belum diterbitkan, Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah.

Soesman, Monique. 2007. Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV.

Stuers, Cora Vreede-De. 2008. Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian, Jakarta: Komunitas Bambu

Blackburn, Susan. 2007. Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sumber Internet:


(47)

56

BAB III

PERKEMBANGAN KOHATI CABANG MEDAN (1966-1998)

3.1Periodesasi Kepemimpinan

Sejak tahun awal dibentuknya KOHATI Cabang Medan sampai tahun 1998, KOHATI dipimpin oleh beberapa kader HMI-Wati dari pengurus HMI ataupun KOHATI sekawasan Cabang Medan. Ketua KOHATI dipilih secara langsung pada Musyawarah KOHATI (MUSKOH) Cabang Medan melalui pemilihan suara dari setiap komisariat yang memiliki KOHATI. Adapun daftar nama Ketua Umum KOHATI Cabang Medan beserta asal komisariatnya dan yang menjadi Ketua Umum HMI dalam tahun 1966 sampai 1998 ialah:

Tabel 1. Daftar Ketua Umum KOHATI Cabang dan Ketua Umum HMI Cabang Medan.

No. Periodesasi

Ketua Umum KOHATI Cabang

Medan

Asal Komisariat

Ketua Umum HMI Cabang Medan 1. 1966-1968 Djanius Djamin FH USU Zakaria Siregar 2. 1968-1969 Radhiah Muchtar IKIP Zainuddin Tanjung 3. 1969-1970 Hartilanum UISU Bachtiar Alamsyah 4. 1970-1971 Nilamsari IKIP Marzuki Yakub 5. 1971-1972 Badarusni Saragih IKIP Aminuddin 6. 1972-1973 Zubaidah Wae FH USU Azasky 7. 1973-1974 Zubaidah Wae FH USU Husni Husin


(48)

57

8. 1974-1977 Syamsidah Juita FP USU Chaidir Siregar 9. 1977-1978 Normalia Lubis IKIP Emir Syarif Siregar 10. 1978-1979 Sukria IKIP Harmon Mawardi 11. 1979-1980 Muniarti Munir ITM Ludhi Awaluddin

Thayel 12. 1980-1981 Lenni Brida IKIP Gazali Husni

Situmorang 13. 1981-1982 Ratna Balqis FE USU Bidinsyah Siregar

14. 1982-1984 Emy IKIP Zahrin Piliang

15. 1984-1985 Sri Minda Murni IKIP Syuaibun Manurung 16. 1985-1987 Pujiati Chalid FS USU Annur Parlindungan

/Azwirman Lius 17. 1987-1988 Mardiana Lubis IKIP Irgan Chairul Mahhf 18. 1988-1989 Hasriani Daulay FMIPA USU Wahid Khusairi 19. 1989-1990 Sri Ratna Lubis IKIP Sugih Permono 20. 1990-1992 Ide Suprihaken IKIP Isfan Dahrian

Nasution 21. 1992-1994 Erni Suryani ITM Ucok Roufdi 22. 1994-1995 Endang Sriwati/Evi

Mahalli

IKIP/Nomme

nsen Riswal Hanafi Siregar 23. 1995-1997 Elvi Mahalli Nommensen Ahmad Sani

24. 1997-1999 Nina Sufanah

Hasanah Tri Karya Wahyu Triono

Sumber: Data nama Ketua Umum KOHATI Cabang Medan beserta asal komisariatnya didapatkan dari dokumen milik pribadi Elvi Hadriani, namun tahunnya disesuaikan dengan masa kepengurusan HMI Cabang Medan.


(49)

58

3.1.1 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan Awal Berdiri Hingga Tahun 1970

Pada awal tahun pembentukan hingga tahun 1970, orientasi KOHATI secara umum lebih kepada melakukan pergerakan massa bersama HMI. Mengingat keadaan pada permulaan Orde Baru dengan kebutuhan mobilisasi massa masih sangat dominan sebab digunakan sebagai simbol kekuatan organisasi. KOHATI dibentuk dalam rangka untuk menampung aktivis-aktivis wanita yang membutuhkan wadah untuk mengaktualisasikan diri, jadi bukan hanya sekedar bertujuan untuk memobilisasi massa.66

Pada periode awal dipimpin oleh Djanius yang terpilih ketua umum pertama berdasarkan kesepakatan di dalam forum rapat HMI Cabang Medan Sebagai tahap awal kepemimpinannya, hal tersulit yakni mengubah suatu kebudayaan atau steorotype

67

66

Agussalim Sitompul, Op.Cit., hlm. 2.

67

Steorotype adalah pelabelan negatif terhadap perempuan

terhadap perempuan. Ini yang menjadi perihal umum dalam situasi dan kondisi KOHATI Cabang Medan diawal pembentukan dalam masa transisi. Meskipun demikian, terjadi perubahan-perubahan terhadap aktivitas-aktivitas kader HMI-Wati yang semula hanya mengantar teh, mengurus bunga, dan menyusun telapak meja, mulai merambah pada kegiatan-kegiatan lainnya seperti melaksanakan diskusi mengenai pengembangan peran perempuan serta berperan dalam rangkaian


(50)

59

kegiatan organisatoris bersama bersama HMI Cabang Medan. Dalam kepengurusan KOHATI Cabang Medan mencapai kurang lebih 15 orang.68

Pada periode selanjutnya, tongkat estafet kepemimpinan KOHATI diraih oleh Radhiah Muchtar

69

68

Wawancara dengan Djanius Djamin.

69

Pada saat menjadi ketua umum, Radhiah Mucktar sering mengikuti kegiatan pengkaderan hingga sampai ke Aceh, Lampung dan Jakarta untuk mengembangkan pengetahuan sebagai pemimpin di KOHATI dan pengurus HMI.

terjadi saat Musyawarah KOHATI (MUSKOH) Cabang Medan tahun 1968. Kepemimpinan dilakukan mulai tahun 1968 sampai 1969 dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Musnarti beserta jajaran pengurus lainnya. Perubahan terhadap aktifitas semakin muncul di permukaan. Kader asal Komisariat IKIP ini, berhasil membuat pengurus KOHATI Cabang Medan mencapai 22 orang. Selain pengkaderan yang didapatkan dari HMI, untuk mengkader anggota HMI-Wati dilakukan Up Grading (sekarang bernama LKK) dan Latihan Khusus Wanita (LKW) dengan tujuan pembekalan peran perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat. Pada anggota masyarakat timbul peran ganda perempuan, dimana perannya pada sektor publik. Selama ini pembahasan peran perempuan hanya berada pada sektor domestik yaitu putri, istri dan ibu. Hasil pengkaderan tersebut berhasil membentuk karakter kader HMI-Wati dikarenakan pembinaan secara intensif. Bahkan sampai menjurus ke arena politik. Hal ini terbukti ketika Djanius Djamin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di Kota Medan dan kemudian memenangkannya. Bahkan hal luar biasa terjadi Djanius Djamin berhasil menjadi


(51)

60

ketua DPRD selama dua periode berturut-turut dan menjadi ketua DPRD perempuan termuda di Indonesia. Dalam perjuangan KOHATI Cabang Medan untuk memenangkan Djanius Djamin dalam DPRD tergambar dalam cerita Radhiah Muchtar saat diwawancarai:

“LKW, khusus membahas perempuan namun sudah terjurus ke arah politik (pembahasan), sudah masuk ke arena politik, sehingga kita bisa menampilkan Kak Yus Jamin sebagai ketua DPR pertama di indonesia termuda dan perempuan. Waktu itu calon-calonnya orang tua, senior, ahli politik, tetapi para wanita kami dulu berjuang untuk Kak Yus Jamin, tidak tidur sampai pagi untuk melakukan rapat dan menyusun strategi supaya Kak Yus menjadi anggota DPR dan termuda di Indonesia. Bahkan kami masak roti jala satu karung 20 kg supaya nggak ngantuk dan kami melakukan dengan ikhlas dan tidak bisa dibeli. Kami melakukan bersama HMI Zakaria Siregar, Zainuddin Tanjung, dan lainnya”.

Penjelasan yang diutarakan oleh Radhiah Muchtar mengenai LKW sampai menjurus ke arena politik, dimaksudkan pengembangan peran perempuan yakni di dalam masyarakat, dan menjadi wacana bagi perempuan untuk duduk mengisi bangku anggota legislatif. Sebagai landasannya, di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama, dan membedakan hanyalah ketakwaan.

Selain itu, Djanius Djamin yang tinggal di rumah dosen hukum bernama Mahadi dan sangat dekat dengan istrinya yang berasal dari Minang sehingga sering dibawa pada acara-acara besar bertemu dengan ibu-ibu pejabat diantaranya istri Panglima dan bahkan sampai dikenalkan dengan Panglima Leo Loperisa. Perkenalan


(52)

61

keduanya menjadi timbul rasa percaya terhadap Djanius Djamin oleh Panglima Leo Loperisa saat itu, merupakan hal yang sangat mendukung dikarenakan posisi Ketua DPRD ditunjuk secara langsung dari kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).70

Menurut Usman Pelly dalam wawancaranya, strategi yang dilakukan dalam pengusungan Djanius Djamin menjadi Ketua DPRD Kota Medan ialah dengan menggunakan teori kejutan budaya. Dimana hal yang baru, perempuan dinaikkan menjadi Ketua DPRD, padahal anggota DPRD seluruhnya berasal dari senior-senior organisasi yang merupakan ahli politik dan lebih banyak pengalaman dibanding dengan Djanius Djamin. Termasuk dari HMI ialah Panani Lubis mantan Ketua Umum HMI Cabang Medan. Agar tidak terjadi keributan apabila laki-laki terpilih karena merasa lebih ahli dan berpengalaman, maka diusungkanlah nama Djanius Djanim dan seluruh anggota DPRD menerima keputusan tersebut.71

Pada periode Radhiah Muchtar juga mengadakan berbagai kegiatan seperti lomba, diskusi, dan membentuk lembaga kesenian bernama Ansambel. Lembaga Ansambel merupakan wadah kesenian yang anggota terdiri dari kader HMI-Wati untuk bernyanyi lagu Islami serta lagu nasional bahkan sering mengisi acara baik di kegiatan internal HMI dan di eksternal yaitu masyarakat. Sehingga pada masa

70

Wawancara dengan Djanius Djamin.

71


(53)

62

Rhadiah Muchtar sangat khas dengan Lembaga Kesenian Ansambel juga sering mengikuti lomba menyanyi dalam berbentuk kelompok.72

Perjalanan KOHATI selanjutnya dipimpin oleh Hartilanum berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) tahun 1969 sampai 1970. Pemimpin asal kampus UISU ini juga menyelenggarakan lomba-lomba, diskusi dan lainnya. Untuk pengkaderan, selain mengikuti jenjang training di HMI, diselenggarakan kegiatan Up Grading khusus untuk HMI-Wati. Dalam keikutsertaan aksi bersama HMI, Hartilanum bersama Nilamsari serta kader HMI-Wati lainnya naik becak turut membasmi perjudian di Club Malam Sambelero.73

3.1.2 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1971 sampai 1987

Pada masa kepemimpinan mulai tahun 1971, KOHATI Cabang Medan terjadi peningkatan aktivitas dengan melebarkan sayapnya untuk bekerjasama dengan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW)74

72

Wawancara dengan Radhiah Muchtar.

73

Wawancara dengan Nilamsari merupakan aktivis perempuan dan pensiunan dari PNS. dilakukan pada tanggal 19 Januari 2016, pukul 16.00 WIB bertempat di kediaman beliau. Mengenai penjelasan waktu dan tempat beliau tidak ingat, akan tetapi peristiwa terjadi pada masa kepemimpinan.

74

BKOW sebelumnya bernama BKSOW, didirikan pada tahun 1970.

Sumatera Utara.Kemudian sampai pada tahun 1985 mulai memudarnya semangat terhadap Pengurus KOHATI Cabang Medan.


(54)

63

Konferensi Cabang (Konfercab) Medan ke IX berhasil mengantarkan Nilamsari sebagai Ketua Umum KOHATI Cabang Medan yang periodesasinya dimulai pada tahun 1970 sampai 1971. Kader asal IKIP ini membuat proyek kerja dalam satu periode yaitu merayakan hari besar Islam seperti Maulid Nabi, bazaar dan mengadakan show pakaian muslim diadakan di Mesjid Agung yang dikunjungi oleh masyarakat umum. Keterampilan tidak luput dari kegiatan, seperti merangkai bunga anggrek, lomba memasak disertai dengan mengadakan lomba pidato dan lomba membaca Al-Qur’an saat dies natalies KOHATI ke-5 (foto kegiatan dapat dilihat pada gambar 5 dan 7 di hlm. 115 dan 116). Untuk pengkaderan dilakukan Up Grading di Kota Medan dengan tujuan menanamkan pemahaman terhadap peserta mengenai KOHATI serta tugas pokok dan fungsinya. Beberapa pengurus juga ikut serta dalam Up Grading Nasional ke II di Tanjung Karang (foto kegiatan dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 di hlm. 116 dan 117). Dalam mengupayakan dana kegiatan, Nilamsari beserta jajaran pengurusnya melakukan aksi dana dengan menjual jajanan kue kepada alumni, sehingga ada usaha yang dilakukan dalam pengumpulan dana. Untuk mempererat kader-kader KOHATI, dilakukan kunjungan pada KOHATI di setiap komisariat-komisariat. Kemudian melakukan kegiatan hampir setiap harinya, agar pengurus KOHATI Cabang Medan terus menerus aktif, seperti menyelenggarakan buka puasa bersama di sekretariat, pengajian secara rutin dan lainnya. Aktivitas ini juga membuat kedekatan secara emosional terhadap junior, senior serta alumni. Dalam semangatnya berproses di KOHATI dan HMI, Nilamsari


(55)

64

mengatakan bahwa “KOHATI asal dicampakkan pasti akan tumbuh dikarenakan training-training yang dilakukan oleh HMI dan KOHATI”. Untuk kegiatan eksternal mulai bekerjasama dengan BKOW untuk menyelenggarakan kegiatan terkait dengan perempuan, dan KOHATI sebagai perwakilan organisasi perempuan dari HMI.75

Kepemimpinan dilanjutkan oleh Badarusni Saragih (1971-1972) berasal IKIP, Zubaidah Wae (1972-1974) berasal dari Fakultas Hukum USU, Syamsidah Juita (1974-1977) berasal dari Fakultas Pertanian USU, Normalia Lubis (1977-1978) dan Sukria (1978-1979) keduanya berasal dari IKIP, kegiatan-kegiatan KOHATI terus dilakukan dengan baik secara internal dan eksternal. Pada masa Zubaidah Wae diamanahkan memimpin selama dua periode. Hal ini dikarenakan atas kepercayaan kembali dari pengurus komisariat sekawasan Cabang Medan serta ketersediaan untuk memimpin kembali oleh Zubaida Wae. Kegiatan yang dilakukan salah satunya ialah program bayi sehat, dimana yang menjadi targetan peserta berasal dari anak bayi dari para alumni dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini lantas dilaksanakan bertempat di Wisma Kartini. Pada periodesasi ini terjadi pengadaan sekretariat HMI Cabang Medan berkat Djanius Djamin selaku ketua DPRD Kota Medan. Ketika itu banyaknya kuburan Cina yang berada di pusat Kota Medan, termasuk diantaranya Jalan Adinegoro, Petisah keliling sampai ke Jalan Gajah Mada dan batasnya sampai dekat kuburan Kristen di Gatot Subroto. Kemudian dari jalan di samping Medan Fair

75


(56)

65

sekarang sampai ke Meranti dan sebagaian dari IKIP dipadati dengan kuburan Cina. Semua kuburan Cina tersebut dipindahkan ke Tanjung Morawa dan Lubukpakam.76 Setelah berhasil di relokasi, Djanius Djamin meminta sebidang tanah tepat di Jalan Adinegoro untuk dijadikan Sekretariat HMI Cabang Medan. Dalam proses pembangunan, sekretariat yang berada di Jalan Selamat berupa dua ruko dikembalikan kepada pemiliknya orang Cina dengan meminta uang tebusan. Hasil uang tebusan tersebut, digunakan untuk untuk membangun sekretariat secara permanen. Sebagai biaya tambahan, HMI Cabang Medan menjual hasil pemberian tanah dari alumni HMI Cabang Medan seluas 20 hektar yang berada di Tanjung Morawa (foto peta lokasi terdapat pada gambar 2 di hlm. 113).77

Berdasarkan keterangan yang dilansir dari Ida Ismail Nasution, kehadiran KOHATI pernah mengalami kesalahpahaman. Kecenderungan KOHATI hanya aktif dan terfokus dalam menangani masalah kewanitaan, HMI-Wan terkesan HMI-Wati bersifat ekslusivisme dan sentrifugalisme. Sehingga seolah-olah HMI-Wan menganggap KOHATI ingin melepaskan dirinya dari HMI. Begitu juga sebaliknya, KOHATI merasa dilepaskan oleh HMI karena sedikitnya bimbingan dari HMI. Setelah dikaji persoalan tersebut, yang menjadi permasalahan ialah munculnya pandangan negatif diantara keduanya, maka untuk mengantisipasinya harus memahami fungsi dan tujuan dari keberadaan KOHATI. Oleh karena itu dilakukan

76

Wawancara dengan Nilamsari.

77


(57)

66

upaya pertemuan antara KOHATI dengan pengurus HMI untuk membahaa keberadaan lembaga KOHATI sebagai sub-organisasi dari HMI.

Pada periode tahun 1979 sampai 1980, KOHATI Cabang Medan dipimpin oleh kader asal Institut Teknologi Medan (ITM) yaitu Muniarti Murni. Seorang pemimpin yang terkenal dengan ketegasan serta kejujurannya ini, membuat proyek kerja hampir sama seperti yang dilakukan pada kepengurusan KOHATI sebelumnya. Seperti mengadakan seminar, lomba-lomba, pengkaderan, berkunjung ke komisariat dan bekerjasama dengan organisasi BKOW. KOHATI menjadi organisasi perempuan mewakili HMI untuk menjadi bagian BKOW. Meskipun pengkaderan terlaksana, Muniarti Munir selaku ketua umum merasa tidak secara maksimal dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan secara signifikan pada kader-kader HMI-Wati dianggap hanya pelaksanaan kegiatan pada sektor domestik saja. Sebagai pemimpin Muniarti Munir yang dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Khairani, menginginkan agar memberikan suatu garis merah KOHATI terhadap pendidikan karakter bangsa dan belajar agar dapat menjadi pengusaha sukses ke depannya. Namun hal itu masih belum mencapai targetan.78

Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya oleh Lenni Brida (1980-1981) berasal dari IKIP, Ratna Balqis (1981-1982) berasal dari Fakultas Ekonomi

78

Wawancara dengan Muniarti Munir merupakan seorang dosen di ITM dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016, pukul 12.30 WIB, bertempat di ITM. Mengenai waktu dan tempat peristiwa, beliau tidak ingat, yang pasti terjadi pada masa kepemimpinannya. Mengenai dokumentasi dan arsip, beliau tidak menyimpannya lagi, karena sudah lama.


(58)

67

USU, Emi (1982-1984) berasal dari IKIP. Dalam pelaksanaan proyek kerja sama seperti periode sebelumnya dimana mengadakan seminar keperempuan, lomba-lomba, pengkaderan LKK serta bekerjasama dengan BKOW. Pada tahun-tahun ini, perbincangan peran ganda perempuan mulai menjadi isu hangat yang muncul diperbincangkan. KOHATI Cabang Medan dalam keterlibatannya memunculkan wacana peran ganda perempuan dipertegas pada masa kepemimpinan selanjutnya.

Sri Minda Murni (1984-1985) yang berasal dari IKIP melanjutkan kepemimpinan dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Herlina, Bendahara, Ketua Bidang Internal bernama Hernawati Damanik, Ketua Bidang Eksternal bernama Zainarti dan beberapa jajaran pengurus lainnya berjumlah 15 orang. Dalam perjuangannya, tidak serta merta dilakukan secara fisik. Melainkan dengan mengusut tuntas wacana peran ganda perempuan dalam sebuah diskusi baik internal dan eksternal. Di dalam peran ganda perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat akan didapatkan ketika berkeluarga kelak dan mematahkan stigma-stigma masyarakat terhadap perempuan yang selama ini hanya berperan di domestik saja. Untuk eksternal bekerjasama dengan BKOW, ikut melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh BKOW seperti membuat edukasi terhadap calon pasangan suami istri dan tentang hak-hak perempuan, serta upaya menghindari kekerasan terhadap perempuan dan anak yang rentan terjadi di masyarakat. Sebagai organisasi Islam, melakukan pengajian secara rutin juga dilaksanakan dengan nama “liqo” di sekretariat dan beberapa kali bersama ibu-ibu pengajian. Bahkan acap sekali diminta


(59)

68

mengisi ceramah dalam pengajian. Permintaan terus membanjiri bahkan sampai dipercaya sebagai dewan juri dalam perlombaan-perlombaan yang digelar oleh BKOW dan perkumpulan masyarakat lainnya. Dalam kegiatan internal, Sri Minda Murni terus melakukan kegiatan terhadap pembinaan anggota dengan melakukan LKK terhadap anggota HMI-Wati sekawasan Cabang Medan dan pengurus juga mengikuti training yang diselenggarakan oleh HMI. Tidak hanya itu saja, untuk kegiatan rutinitas KOHATI diadakan keterampilan yang berkaitan dengan perempuan. Dalam upaya pemberdayaan perempuan, dilakukan keterampilan perempuan secara mandiri dengan nama pemberdayaan perempuan di sektor informal dalam bentuk diskusi dengan ikuti pengembangan program keterampilan kepada perempuan sehingga diharapkan dapat melakukan kegiatan ekonomi yang nantinya membantu perekonomian keluarga. Bahkan hasilnya diperlombakan seperti merangkai bunga. Lomba lainnya juga diadakan, seperti lomba berbusana muslim dalam memperingati hari R.A Kartini dan Hari Ibu. Untuk mengikat keaktifan pengurus, pertemuan yang dilakukan dalam berbagai kegiatan juga dibicarakan mengenai proyek kerja selanjutnya sehingga secara cepat tersosialisasi kepada KOHATI komisariat sekawasan Cabang Medan.79

79

Wawancara dengan Sri Minda Murni merupakan seorang dosen Jurusan Bahasa Inggris di Fakultas Bahasa dan Seni UNIMED, dilakukan di kantor FBS UNIMED pada tanggal 23 Februari 2016, pukul 11 WIB. Mengenai waktu dan tempat peristiwa beliau tidak ingat, yang pasti peristiwa terjadi pada masa kepemimpinannya. Untuk arsip dan dokumen sudah tiada, dikarenakan kediaman beliau pernah kebanjiran.


(60)

69

Konferensi Cabang Medan ke XXII mengantarkan Pujiati Chalid sebagai Ketua Umum KOHATI Cabang Medan dengan masa kepemimpinan dimulai pada tahun 1985 sampai 1987. Mantan ketua KOHATI Komisariat Fakultas Sastra USU (sekarang Fakultas Ilmu Budaya USU) ini, berhasil membuat KOHATI tampak lebih unggul dibanding dengan HMI yang saat itu dipimpin oleh Annur Parlindungan dari HMI Komisariat Fakultas Hukum USU. Dalam aktivitas KOHATI bersama HMI, melakukan kegiatan Study Work Camp (SWC) sekaligus membina desa yang berada di Peceran, Berastagi. Bentuk kegiatan SWC yang diikuti oleh 50 orang ini kader HMI-Wan dan HMI-Wati ini, menyelenggarakan sunatan secara massal yang jumlah pasien mencapai 30 orang. Kemudian HMI dari Komisariat Fakultas Kedokteran Gigi juga diminta untuk membantu dalam pelaksanaan pengobatan gratis klinik gigi, bahkan 50 orang pasien mendatangi lokasi secara antrian. Agar tidak mengganggu jadwal kuliah, SWC dilakukan pada hari Jumat sampai Minggu dengan menginap di rumah masyarakat dan beberapa membuat tenda. Agenda pengajian, ceramah dan kewirausahaan seperti membuat sabun juga dilaksanakan. SWC ini kerap dilakukan sebagai bentuk pengaplikasian Tri Dharma Perguruan yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sebagai organisasi pengkaderan, jenjang pengkaderan selalu dilakukan baik pada jenjang formal HMI dan pada training KOHATI seperti LKK yang dilakukan sebanyak dua kali dalam periode tersebut. Dalam memperingati dies natalis KOHATI ke-19, mengadakan seminar dengan tema “Peran Wanita dalam Pembangunan Bangsa” dihadiri oleh seluruh KOHATI Komisariat sekasawan Cabang


(61)

70

Medan, organisasi mahasiswa, beserta senior dan alumni. Kegiatan dies natalis diadakan bertempat di Bina Budaya, disertai dengan membuka bazaar untuk dapat dikunjungi oleh peserta kegiatan. Lomba lainnya juga tidak luput seperti menghias puding buah, memasak nasi goreng, dan membuat karya tulis ilmiah. Pada kerjasama ekternal terjalin dengan BKOW dan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan aneka ragam kegiatan diantaranya pelatihan tentang manajemen keuangan, keluarga dan rumah tangga, bagaimana pola asuh anak yang efektif, dan bahkan bagaimana memelihara ternak unggas serta apotik hidup. Tidak jarang pula menghadiri undangan dari organisasi perempuan atau organisasi mahasiswa. Pada tahun 1985, presiden Soeharto mengintruksikan agar seluruh organisasi berazaskan Pancasila. HMI dan bagian integralnya KOHATI merupakan organisasi berazaskan Islam juga harus mengganti azas Islam ke Pancasila, hingga terjadi perdebatan-perdebatan panjang. Meskipun demikian, tidak terlalu berdampak pada aktivitas pengkaderan KOHATI Cabang Medan.80

Kepimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya diamanahkan kepada Mardiana Irawati sejak 1987 sampai 1988. Kader asal IKIP ini tetap melanjutkan tugasnya sebagai pimpinan KOHATI dengan melaksanakan kegiatan seperti sebelumnya yakni memperingati dies natalis dan pengkaderan di HMI dan KOHATI

80

Wawancara dengan Pujiatti Chalid merupakan seorang staff pengajar di Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU. Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016, pukul 16.00 WIB bertempat di FIB USU. Beberapa mengenai waktu dan tempat beliau tidak mengingatnya, yang pasti berada pada masa kepemimpinannya. Mengenai arsip dan dokumen, beliau juga sudah tidak menyimpannya lagi.


(62)

71

sendiri. Kerjasama dengan BKOW terus tetap dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan eksternal KOHATI. Namun pada periode ini, semangat kader HMI-Wati Sekawasan Cabang Medan khususnya KOHATI menurun. Hal ini dikarenakan atas ketidakpercayaan beberapa pengurus KOHATI Komisariat sekawasan Cabang Medan terhadap pengurus Cabang Medan, yang mengambil tindakan tidak acuh terhadap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KOHATI Cabang Medan. Selain itu terjadi konflik internal di tubuh pengurus KOHATI Cabang Medan karena terjadi kesalahpahaman dan kesibukan pengurus dengan kegiatan luarnya.

3.1.3 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1988 sampai 1998

Pada masa kepemimpinan periode tahun 1988, pembinaan terhadap KOHATI dibangkitkan kembali dengan dilakukan beragam aktivitas yang melibatkan seluruh KOHATI Komisariat Sekawasan Cabang Medan. Kemudian sampai tahun 1998, dimana sebelumnya terjadi masalah konflik internal dan terjadi aksi demonstrasi dimana KOHATI Cabang Medan juga turut terlibat bersama HMI Cabang Medan, meskipun tidak terlalu aktif dalam aksi yang ekstrim.

Pembinaan HMI-Wati yang kian merosot, dikembangkan pada masa Hasriani Daulay yang membawa periode sejak tahun 1988 diakhiri tahun 1989. Komunikasi yang terjalin harmonis dengan senior dan alumni, membuat Hasriani beserta jajaran pengurus lainnya mendapatkan banyak masukkan terkait arah tujuan dari KOHATI.


(63)

72

Artinya kader-kader KOHATI selanjutnya mau dibawa kemana. Maka lahirlah sebuah jawaban menunjukkan pada terbentuknya keluarga sakinah. Keikutsertaan kader asal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) beserta beberapa pengurus KOHATI lainnya di Jakarta dalam Loka karya telah memprogramkan peran perempuan sesuai dengan syariat Islam pada masa millenium (menunjukkan awal abad ke-21). Program yang dibicarakan terkait hal peran perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat yang digariskan dalam program tahun millenium. Sehingga peran perempuan sangat diharapkan dalam rumah tangga. Bahkan ketika masih menduduki bangku perkuliahan, seorang putri yang ikut dalam aktivitas organisasi juga merupakan peran ganda. Dimana hasil dari pengkaderan di organisasi diharapkan kelak bisa di implementasikan hingga sampai menjadi seorang ibu dan anggota masyarakat. Dies natalis KOHATI yang ke-22 diadakan di Wisma Kartini sebagai acara ceremonial. Dalam ceremonial, acara diisi oleh komisariat asal Institut Agama Islam Negeri Medan. Sedangkan kegiatan lainnya beberapa lomba dan bazaar dilakukan di Mesjid Agung dengan dikunjungi selain kader HMI, juga merupakan masyarakat umum. Untuk mempermudah kegiatan dan mengaktifkan seluruh KOHATI komisariat, pengadaan lomba yang diselenggarakan terlebih dahulu dilelang berdasarkan kemampuan dan bakat dari jurusan. Untuk lomba busana muslim ditangani oleh Komisariat yang memiliki jurusan tata busana. Sedangkan lomba pidato ditangani oleh Fakultas Hukum USU. Kemudian pengkaderan LKK dilaksanakan selama dua kali dalam satu periode. Setelah


(64)

73

melaksanakan LKK pertama, kemudian SWC dilaksanakan pada bulan Oktober 1988 di daerah Tiga Aras selama satu minggu dengan menginap di rumah warga. Dalam kegiatan SWC KOHATI mengambil peran untuk mensosialisasikan terhadap perempuan mengenai kesehatan reproduksi dan memberikan ceramah mengenai peran perempuan. Sebelum SWC dilaksanakan, ada perdebatan antara panitia dengan pengurus dikarenakan keadaan peserta yang baru selesai LKK dengan menginap selama satu minggu, diharuskan menginap kembali pada kegiatan SWC. Dikhawatirkan, perizinan dari orang tua tidak di dapatkan. Dalam menjalankan tugasnya, Hasriani Daulay dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Nurhayati dari Komisariat Universitas Medan Area, Bendahara bernama Irma Suryani dari Fakultas Ekonomi USU, Ketua Bidang Internal Lulisa Sitepu, dan jajaran pengurus lainnya. Meskipun KOHATI merupakan badan khusus dari HMI setingkat, akan tetapi KOHATI Cabang Medan tetap melakukan koordinasi dengan KOHATI Komisariat diantaranya dari KOHATI Komisariat sekawasan USU, UISU, UMA, IKIP, ITM, Nommensen dan Akademi Keuangan dan Perbankan (sekarang Tri Karya). Dalam proses perekrutan anggota di tingkat Komisariat, seperti di Komisariat FMIPA, kader HMI-Wati yang menjadi asisten laboratorium akan mempermudah dan melakukan pendekatan kepada mahasiswa Islam. Dalam konsolidasi, pengurus KOHATI Cabang Medan mengadakan kunjungan pada setiap komisariat, untuk bersilahturahmi dan


(65)

74

memantau program kerja. Pada kegiatan eksternal, melakukan kegiatan pesantren kilat di sekolah, dan bekerjasama dengan BKOW.81

Pada periode 1994 sampai 1995 dipimpin oleh Endang Sriwati dari Komisariat IKIP, dalam perjalanan setengah periode terjadi pengalihan tugas pimpinan (Penanggung Jawab) yang diserahkan kepada Elvi Mahalli. Hal tersebut terjadi dikarenakan Endang Sriwati yang tidak mampu meneruskan kepemimpinannya terkait persoalan pribadi yang menimpanya. Kegiatan pengkaderan tetap dilaksanakan kepada pengurus Komisariat hingga pada Cabang baik yang diselenggarakan oleh HMI maupun KOHATI.

Pada periode 1989 sampai 1990 dipimpin oleh Sri Ratna Lubis dari Komisariat IKIP, dilanjutkan oleh Ide Suprihaken yang juga dari Komisariat IKIP pada tahun 1990 sampai 1992, kemudian terpilih Erni Suryani dari Komisariat ITM memimpin sejak 1992 sampai 1994. Pada periodesasi tersebut tetap dilanjutkan baik secara internal dan eksternal. meskipun konflik-konflik internal juga menyelimuti pengurus KOHATI Cabang Medan.

82

Saat Musyawarah KOHATI (MUSKOH) terjadi, Elvi Mahalli dipercayakan kembali menjadi ketua umum yang menjabat dari tahun 1995 sampai awal 1997.

81

Wawancara dengan Hasriani Daulay merupakan staff pegawai di PT. ASW Foods, dilakukan pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 11.00 WIB di kantor ASW Foods (belakang terminal amplas).

82

Wawancara dengan Nelly Armayanti merupakan Staff Pengajar di Fakultas Ekonomi UNIMED, Staff di Manulife, dan pernah menjabat sebagai ketua KPU Kota Medan, dilakukan pada tanggal 24 Februari 2016 di Kantor Manulife, pukul 11.00 WIB.


(66)

75

Kader asal Nommensen ini, melakukan reshuffle kepengurusan dikarenakan beberapa pengurus yang tidak aktif dan menaikkan jabatan beberapa pengurus yang aktif seperti Elvi Hadriani yang semula menjadi departemen kemudian dipercaya menjadi Bendahara Umum. Pada eksternal, kegiatan dilakukan ialah pesantren kilat di sekolah dan masih bekerjasama dengan BKOW.83

Pada periode 1997 sampai 1999, dipimpin oleh Nina Sufanah Hasanah dari Komisariat Perbana (sekarang Tri Karya). Konflik yang mewarnai di kepengurusan KOHATI Cabang Medan pada periode sebelumnya atas ketidakpercayaan HMI Sekawasan Cabang Medan terhadap Pengurus KOHATI Cabang Medan, membuat Nina Sufanah Hasanah lebih memfokuskan pada konsolidasi terhadap komisariat sekawasan Cabang Medan. Langkah tepat yang diambil dengan menjadikan perwakilan setiap komisariat dalam kepengurusan KOHATI Cabang Medan. Sehingga akan memudahkan pimpinan dalam mengontrol KOHATI di tingkat komisariat, terkait aktif, tidak aktif atau bahkan mengalami stagnisasi. Konsolidasi dilakukan dengan memotivasi pengurus komisariat untuk segera mengikuti jenjang training LK I dan LKK. Dalam pengkaderan KOHATI, diadakan training LKK dengan ketua panitia Nurhalijah dari Komisariat ITM. Pada perjalanan setengah periode, dilakukan reshuffle karena beberapa pengurus yang tidak aktif seperti ketua

83

Wawancara dengan Elvi Hadriani merupakan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Kota Medan. Wawancara dilakukan pada bulan Desember 2015 di kantor KPAID Kota Medan, pukul 14.00 WIB. Dari beliau mendapatkan dokumen daftar nama ketua KOHATI dari awal periode sampai tahun 1998.


(67)

76

bidang Internal asal IAIN. Pasca reshuffle komposisi kepengurusan terlihat lebih kompak dan aktif. Sri Asih Sitepu dipercaya menjadi Sekretaris Umum, Nani Zaitun dari Komisariat Sastra USU (sekarang FIB USU) dipercaya menjadi Bendahara Umum. Sementara itu Ketua Bidang Internal bernama Erwina Nasution dari Komisariat Tri Karya dan Ketua Bidang Ekternal bernama Maria Safrianti juga dari Fakultas Sastra USU dengan jumlah pengurus sebanyak 23 orang. Untuk mempererat konsolidasi, sering dilakukan diskusi seperti topik yang sedang hangat diperbincangkan yaitu isu kesetaraan gender di sekretariat dengan peserta KOHATI dan Bidang Pemberdayaan Perempuan sekawasan Cabang Medan. Kemudian mengisi Up Grading KOHATI komisariat kepengurusan setelah dilantik untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari KOHATI. Hasil dari konsolidasi menimbulkan rasa kepercayaan, ditandai dengan permintaan pengurus KOHATI Cabang Medan untuk menjadi narasumber pada forum formal yang diselenggrakan oleh KOHATI dan Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat Sekawasan Cabang Medan. Selain konsolidasi dengan pengurus, juga dilakukan dengan para senior dan alumni KOHATI dengan tujuan untuk meminta bantuan dalam perbaikan inventaris dan pendanaan. Inventaris yang berhasil dikumpulkan berupa gorden berwarna hijau dan karpet. Dalam Ekspansi keluar, KOHATI Cabang Medan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dengan wacana membuat POSYANDU percontohan. Tujuannya agar POSYANDU menyediakan makanan tambahan berkualitas dan melayani masyarakat. Namun kerjasama hanya sekedar wacana dan belum terlaksanakan, dikarenakan


(68)

77

situasi Kota Medan sedang kisruh pada tahun 1998. Terjadi aksi secara massal dari mahasiswa untuk menurunkan rezim kekuasaan Soeharto yang terkesan otoriter. Dalam keikutsertaan KOHATI dalam HMI yang tergabung dalam aksi, KOHATI lebih memilih untuk menarik diri ke arah barisan belakang HMI. Saat itu pimpinan HMI Cabang Medan ialah Wahyu Triono, dengan bantuan Tengku Faisal dan Zainal Abidin untuk mengerahkan massa HMI dari sekretariat menuju ke Lapangan Benteng berkumpul bersama organisasi mahasiswa lainnya untuk melakukan orasi. Situasi dan kondisi yang sangat mencekam, Wahyu Triono mengambil sikap dengan menyuruh Nina Sufanah Hasanah untuk mengerahkan massa HMI-Wati agar berada pada barisan belakang HMI. Lantas Nina Sufanah Hasanah melihat keadaan yang semakin berbahaya berinisiatif untuk tidak terlalu ikut pada aksi yang terlalu ekstrim dikarenakan padatnya massa. Nina Sufanah Hasanah melihat banyak korban yang terinjak khususnya dari IAIN. Sehingga inisiatif muncul dengan kembalinya massa HMI-Wati ke sekretariat untuk menyediakan konsumsi bagi HMI-Wan yang ikut melakukan aksi Lapangan Benteng pada Mei 1998.84

3.2Pola Rekruitmen KOHATI

Salah satu faktor terbesar agar organisasi tetap eksistensi ialah anggota. Maka untuk menarik mahasiswa menjadi anggota HMI terlebih dahulu dilakukan dengan

84

Wawancara dengan Nina Sufanah Hasanah merupakan Ibu Rumah Tangga yang sekarang tinggal di Banda Aceh. Wawancara dilakukan melalui telepon pada tanggal 16 April 2016, pukul 22.00 WIB.


(69)

78

pendekatan rekruitmen dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan utuh di kalangan mahasiswa terhadap keberdaan HMI dan KOHATI sebagai bagian integralnya sebagai mitra Perguruan Tinggi dalam mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan emosional harus mampu menjawab kebutuhan nalar mahasiswa, minat mahasiswa, dan kesejahteraan mahasiswa. Pendekatan tersebut dapat dilakukan lewat aktivitas dan pendekatan perorangan, dengan aksentuasi pendekatan fungsionalis masing-masing aparat HMI yang berhubungan langsung dengan basis calon kader HMI. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk forum formal seperti Masa Perkenalan Anggota (MAPERCA) dan pelatihan kekaryaan.

Sebagai organisasi pengkaderan, HMI memperkenalkan proses pengkaderan yakni Latihan Kader yang terdiri dari Latihan Kader I (Basic Training), Latihan Kader II (Intermediate Training) dan latihan Kader III (Advance Training). Latihan Kader merupakan bagian dari kegiatan pengkaderan HMI yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara rasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Sesuai dengan Pedoman Dasar KOHATI pada bab V, pasal 9 mengenai anggota, bahwasahnya yang menjadi anggota KOHATI adalah mahasiswi yang telah lulus Latihan Kader I. Sementara itu, dalam proses pengrekruitan anggota setiap KOHATI setingkat, berbeda-beda.


(70)

79

Pada tingkat Komisariat, pola rekruitmen KOHATI merupakan hal yang tersulit. Hal ini dikarenakan mencari mahasiswi Islam baru untuk direkruit menjadi kader HMI-Wati di HMI. Awalnya melakukan sosialisasi pengenalan terhadap organisasi HMI yang secara integral memiliki KOHATI. Untuk menjadi pengurus KOHATI komisariat, syaratnya sudah lulus mengikuti jenjang formal pengkaderan LK I di HMI. Keputusan menjadi pengurus KOHATI satu periode ke depan sesuai dengan kesepakatan antara kader atau calon kader, pengurus HMI, dan ketua KOHATI yang terpilih. Untuk menstimulasi pengurus HMI-Wati, anggota muda dan calon anggota ingin menjadi pengurus KOHATI, maka setiap kegiatan KOHATI akan diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan KOHATI bahkan diberikan tanggung jawab baik dari lingkup kecil hingga besar. Upaya strategi lainnya ialah sering mengadakan diskusi terkait pentingnya perempuan dalam pergerakan dan pembangunan bangsa, peran perempuan, dan isu-isu keperempuan yang sedang berkembang. Sedangkan secara formal, diadakan pelatihan kader seperti Latihan Khusus KOHATI, Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG), Advokasi Perempuan dan lainnya.

Pada tingkat Koordinasi Komisariat (KORKOM), pola rekruitmen dilakukan dengan usulan rekomendasi dari setiap KOHATI komisariat yang berada di bawah KOHATI KORKOM, dengan syarat anggota harus sudah lulus LK I dan Latihan Khusus KOHATI (LKK). Tugas dari KOHATI KORKOM ialah untuk membantu KOHATI Cabang dalam melaksanakan tugas. Begitu juga dengan KOHATI Cabang, pola rekruitmen berdasarkan rekomendasi dari setiap komisariat yang sudah


(71)

80

dinyatakan lulus LK I dan LKK. Ketika sudah menjadi pengurus KOHATI Cabang, anggota dituntut untuk melaksanakan LK II (Intermediate Training) bagi pengurus yang belum mengikuti.

Pada KOHATI BADKO, pola rekruitmen berdasarkan rekomendasi dari KOHATI Cabang yang berada di bawah KOHATI BADKO yang telah dinyatakan lulus LK II dan LKK. KOHATI BADKO membantu KOHATI PB dalam melaksanakan tugasnya untuk mengkoordinir pada suatu wilayah yang telah ditentukan. Pada KOHATI PB, pola rekruitmen dilakukan atas usulan dari KOHATI Cabang dan BADKO dengan syarat anggota sudah lulus LK III dan LKK. Tugas KOHATI PB untuk mengkoordinir KOHATI Cabang yang ada di seluruh Indonesia, dengan dibantu oleh KOHATI BADKO wilayah tertentu.

Sudah hal lazim, KOHATI pada tingkat komisariat dilakukan pembentukan dan pembekuan KOHATI. Adanya pembentukan KOHATI didasarkan atas kebutuhan HMI komisariat mengingat jumlah kader HMI-Wati dan untuk meningkatkan kualitas diri HMI-Wati. Pembentukan KOHATI komisariat dibentuk oleh HMI komisariat melalui beberapa tahapan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi yang sudah diatur dalam Pedoman Dasar KOHATI. Sementara itu, pembekuan KOHATI sering terjadi di beberapa komisariat oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya jumlah kader HMI-Wati dan terjadi konflik-konflik internal baik pada internal kepengurusan KOHATI maupun dengan kepengurusan HMI yang sering


(72)

81

tidak satu pemahaman. Sehingga segala aktivitas KOHATI dikembalikan kepada Bidang Pemberdayaan Perempuan. Hal ini terjadi seperti pada HMI Komisariat Nommensen dikarenakan menurunnya jumlah kader HMI dan HMI Komisariat Sastra USU dikarenakan terjadi konflik internal.

Berdasarkan Pedoman Dasar KOHATI, keanggotaan KOHATI ialah mahasiswi yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Namun berdasarkan realita, mengenai anggota sangat jarang dikatakan sebagai anggota KOHATI melainkan sebagai anggota HMI dikarenakan KOHATI melakukan beragam aktivitas membawa organisasi HMI, khususnya di bidang keperempuanan. Berdasarkan konstitusi HMI, mengenai keanggotaan terbagi atas Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan.85

85

Anggota Muda ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training non formal HMI yakni Masa Orientasi Pengenalan (MOP) atau sekarang bernama Masa Perkenalan Anggota (MAPERCA) sebagai tahap awal pengenalan terhadap organisasi HMI. Anggota Biasa ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Dan Anggota Kehormatan ialah mahasiswa yang bersedia membantu dalam aktivitas yang dilakukan oleh HMI, tetapi tidak berstatus sebagai Anggota Muda dan Anggota Biasa.

Sementara untuk masa anggota, disebut sebagai senior apabila sudah tidak mengabdikan diri sebagai kepengurusan HMI hingga selesai masa studi selama 2 tahun sejak dinyatakan lulus sebagai sarjana strata. Namun apabila tidak sampai 2 tahun setelah lulus melanjutkan studi pada pascasarjana, maka keanggotan tetap ada sampai 1 tahun sejak dinyatakan lulus sebagai magister. Apabila melewati batas masa senior, maka disebut sebagai alumni HMI. Dalam penyebutan sehari-harinya, untuk di Cabang Medan senior atau alumni laki-laki


(73)

82

disebut dengan kata “Abangnda” sedangkan untuk perempuan disebut sebagai “Kakanda”.

3.3Pembinaan KOHATI

Pada pembinaan KOHATI juga terdapat dalam lampiran KOHATI terkait landasan dan arah pembinaan KOHATI untuk menjawab persoalan-persoalan yang sedang berkembang baik secara lokal dan nasional. Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah ke arah industrialisasi, dalam skala makro memperlihatkan fenomena-fenomena kesenjangan sosial bagi pembangunan bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang merupakan refleksi dari pergumulan masyarakat untuk mencapai cita-cita keadilan dan kemakmuran seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi objektif yang ada menimbulkan spektrum kesadaran bagi masyarakat untuk melaksanakan realisasi dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena ketidakmerataan wawasan berfikir dikalangan masyarakat, baik akibat adanya sistem yang kurang memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita luhur itu, maupun adanya persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan dalam mengejar cita-cita tersebut. Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan terciptanya kondisi yang cenderung negatif, yang dapat menyebabkan kita semakin menjauh dari cita-cita luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan itu sendiri.


(74)

83

Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya, pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya, dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai bahwa perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk menciptakan persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai dengan cita-cita keadilan tesebut, yang dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung tombak yang ofensif dalam mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia.

Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan sub-sistem dalam organisasi HMI. KOHATI merupakan suatu kekuatan yang mengemban tanggung jawab dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi. KOHATI merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI. Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan infrastruktur yang memiliki makna strategis dalam masyarakat, yakni sebagai “Komunitas Kaum Muslimah” yang memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya adalah mahasiswa.


(75)

84

Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan kualitas kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya. KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia yang mempunyai tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan. Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader meningkatkan pembentukan kader HMI dibidang keperempuanan.

Dalam rangka kualitas anggotanya maka perlu dilakukan pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu dibutuhkan pedoman pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, sehingga mempunyai pemahaman serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.86

86


(76)

85

3.3.1 Arah Pembinaan Kohati

Dalam melakukan sebuah pembinaan, butuh suatu arah agar semua hasil pembinaan yang dilakukan tetap pada satu tujuan. Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir penjelasannya.

Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis dalam pencapaian tujuan. Sebagai badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap anggota HMI-Wati.

Sebagai bagian integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan pada pencapaian tujuan HMI. Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan mengenai kualifikasi kader yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI juga diarahkan pada akselerasi proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian tersendiri oleh karena adanya kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan sebagai objek pembangunan, maka pembinaan KOHATI diarahkan pada peningkatan kesadaran dan kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan-persoalan kemasyarakatan.


(77)

86

3.3.2 Pola Dasar Pembinaan Kohati

Sebagai bagian integral HMI, KOHATI dalam menjalankan fungsinya harus senantiasa selaras dan serasi dengan perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI secara khusus telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader dan pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah satu wadah pembentukan kader. Namun demikian untuk lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai badan khusus dalam totalitas perkaderan HMI, diperlukan pula kesamaan pembinaan KOHATI secara Nasional. Pola pembinaan ini memuat spesifikasi yang harus dimiliki HMI-Wati, dasar-dasar pembentukan serta pengabdian KOHATI.

3.3.2.1 Kualifikasi Kader HMI-Wati

Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi Insan Cita HMI dengan seluruh turunannya. Namun secara khusus, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

1. Watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan perilaku kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dan yang sadar akan kodrat kemanusiannya yang tercermin dalam pandangan jauh ke depan terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Secara alamiah hal ini akan


(78)

87

mampu diatasi oleh setiap manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan.

2. Kemampuan Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom).

3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.

4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.87

87


(79)

88

3.3.2.2 Dasar-dasar Pembentukan

Dasar-dasar pembentukan merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan KOHATI khususnya. Sebagai kader HMI, HMIWati harus mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I, LK II dan LK III, maupun yang bersifat pengembangan. Salah satu aktifitas pengembangan HMI yaitu pembinaan melalui wadah KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati khususnya melaksanakan pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan individual dilakukan dengan berpartisipasi pada berbagai aktivitas eksternal, tentunya dengan senantiasa membawa misi HMI. Di samping itu pengembangan individual dapat dikembangkan pada aneka macam aktivitas internal organisasi. Adapun pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang terencana, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Pengembangan ini menekankan terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati.

Dalam pengembangan kelompok ini KOHATI mengadakan training formal, yaitu Latihan Khusus Kohati (LKK). Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan tertentu bagi kader HMI-Wati dalam bidang keperempuanan yang luas, baik dalam pembentukan watak kepribadian, pengembangan wawasan keperempuanan maupun dalam peningkatan ktrampilan teknis. Di samping itu, pengembangan kelompok diwujudkan pula dengan keterlibatan HMI-Wati dalam struktur kepengurusan. Hal ini


(80)

89

memberikan kelebihan kepada HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan HMI-Wati dalam struktur kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya diri serta kemampuan memperluas jaringan informasi.88

Pengabdian KOHATI merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai pencetak muslimah sejati dalam menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai mana terurai dalam tafsir peran KOHATI pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur pengabdian KOHATI harus searah dengan pengabdian HMI. Namun secara individual dapat disalurkan melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan, terutama dalam keluarga.

3.3.2.3 Pengabdian KOHATI

89

3.3.2 Bentuk-Bentuk Pembinaan Kohati

Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai wadah perkaderan, membina kader HMI-Wati untuk memiliki kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas melalui proses pembinaan. Pada awal pembentukan KOHATI dilakukan training dengan nama Up Grading (sekarang bernama LKK). Adapun yang menjadi kurikulum training dilaksanakan dengan dasar kaderisasi HMI tingkat Intermediate Training ditambah dengan materi kewanitaan. Adapun materi training tersebut ialah:

88

Ibid.

89


(81)

90 a. Tokoh Perempuan

b. Islam dan Pancasila

c. Leadership (kepemimpinan) d. Metode Diskusi

e. Nilai Dasar Perjuangan f. Komunikasi dan Administrasi g. Kemahasiswaan

h. Tuntunan Dasar Organisasi i. Psikologi Wanita

j. Taktik Persidangan k. Munakahat90 l. Tauhid

m. Keluarga berencana n. Human Relation91 o. Ummahatul Mukminin92 p. Kekohatian93

90

Munakahat ialah aturan menikah menurut syariat Islam.

91

Human Relation adalah hubungan antara manusia terkait interaksi sosial dan pengupayaannya

dalam manajemen.

92

Ummahatul Mukminin adalah kehidupan para istri Nabi SAW.

93


(82)

91

Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan terhadap training-training. Ada penambahan kursus-kursus dan beberapa materi training yang diubah sesuai dengan kondisi zaman. Adapun model pelatihan yang dapat dilakukan oleh KOHATI adalah:

Model Non-Formal : Latihan Khusus KOHATI Model Non-formal (Non LKK) :

a. Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG). b. Publik Relation.

c. Studi Islam Intensif. d. Advokasi Perempuan. e. Pelatihan Kewirausahaan. f. Up Grading Kepengurusan.

Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri. Latihan Khusus KOHATI (LKK) ini dimaksudkan sebagai langkah awal membangun kesadaran maupun membuka wawasan kader HMI-Wati untuk keluar dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan gender, serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam konteks idealisasi yang ingin dibangun oleh HMI. Sedangkan training Non-formal dilakukan oleh KOHATI dapat diikuti oleh seluruh kader HMI, baik Wan maupun HMI-Wati untuk mendapatkan pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan perempuan serta upaya teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.94

94


(83)

92

3.4 Struktur Kepengurusan KOHATI

Di dalam sebuah organisasi/wadah/perkumpulan membutuhkan sebuah struktur kepengurusan. Struktur organisasi adalah bagan atau kerangka antar hubungan dari satuan-satuan organisasi atau bidang-bidang kerja yang di dalamnya terdapat pimpinan, tugas dan wewenang serta peran masing-masing personalia dalam totalitas organisasi. Dalam hal ini sangat berguna dalam pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya, sehingga akan totalitas dalam bekerja. Secara sistematis tugas, pokok dan fungsi akan dilakukan tanpa ada saling melempar, sehingga segala sesuatunya dapat dipertanggung jawabkan pada orang atau bidang yang tepat.

KOHATI merupakan sub-organisasi dari HMI, membutuhkan kepengurusan khusus untuk melancarkan proses aktivitas pengkaderan dan aktivitas lainnya terkait dengan keperempuanan baik secara internal dan eksternal. Di dalam pembagian tugas KOHATI, pengelompokkan tugas yang sejenis dan menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang personalia pengurus. Adapun perincian tugas dari setiap personalia pengurus KOHATI pada umumnya di Cabang Medan adalah sebagai berikut:


(84)

93

Ketua Umum

Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugastugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat nasional maupun internasional.

Ketua Bidang Intern

Ketua Bidang Intern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.

Ketua Bidang Ekstern

Ketua Bidang Ekstern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan pengurus lainnya.

Sekretaris Umum

Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang kesekretariatan baik data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan pihak ekstern di tingkat nasional maupun internasional. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Wakil Sekretaris Umum yang mengelola dan menyimpan data sementara pada bidangnya masing-masing.


(85)

94

Wakil Sekretaris Umum Intern

Wakil Sekretais Umum Intern yaitu bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang intern (meliputi kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan di dalam organisasi terkait KOHATI), kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris Umum setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.

Wakil Sekretaris Umum Ekstern

Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang ekstern (meliputi kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan di luar organisasi terkait keperempuanan), kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris Umum setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.

Bendahara Umum

Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. Dalam


(1)

vi

Skripsi ini tidak luput dari kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Kiranya Allah melimpahkan berkah dan karuniaNya kepada kita semua.

Medan, April 2016

Penulis

PUTRI NURMAWATI


(2)

vii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KORPS HMI-WATI (KOHATI) CABANG MEDAN 2.1 Pemikiran dan Pergerakan Perempuan Indonesia ... 14

2.2 Lahirnya KOHATI Pengurus Besar ... 18

2.2.1 Pengertian KOHATI ... 26


(3)

viii

2.2.2.1 Tafsir Tujuan ... 28

2.2.2.2 Tafsir Status ... 32

2.2.2.3 Tafsir Sifat ... 33

2.2.3 Tafsir Fungsi, Usaha dan Peran ... 35

2.2.3.1 Tafsir Fungsi ... 36

2.2.3.2 Tafsir Usaha ... 38

2.2.3.3 Tafsir Peran ... 39

2.2.4 Lambang dan Lagu KOHATI ... 40

2.3 HMI Cabang Medan ... 44

2.3.1 Peningkatan Kader HMI-Wati ... 46

2.3.2 Keaktifan HMI-Wati Cabang Meda ... 47

2.4 Proses Pembentukan KOHATI Cabang Medan ... 51

2.4.1 Kader HMI-Wati sebagai Perwakilan Kongres ... 52

2.4.2 Pembentukan KOHATI Cabang Medan ... 54

BAB III PERKEMBANGAN KOHATI CABANG MEDAN 3.1 Periodesasi Kepemimpinan ... 56

3.1.1 Periode Kepemimpinan Awal Berdiri Hingga Tahun 1970 Sampai Tahun 1971 ... 58

3.1.2 Periode Kepemimpinan Dari Tahun 1971 Sampai Tahun 1987 ... 62 3.1.3 Periode Kepemimpinan Dari Tahun 1988 Sampai Tahun


(4)

ix

1998 ... 71

3.2 Pola Rekruitmen KOHATI ... 77

3.3 Pembinaan KOHATI ... 82

3.3.1 Arah Pembinaan KOHATI ... 85

3.3.2 Pola Dasar Pembinaan KOHATI ... 86

3.3.2.1 Kualifikasi Kader HMI-Wati ... 86

3.3.2.2 Dasar-dasar Pembentukan ... 88

3.3.2.3. Pengabdian KOHATI ... 89

3.3.2 Bentuk-bentuk Pembinaan KOHATI ... 89

3.4 Struktur Kepengurusan ... 92

BAB IV KONTRIBUSI KOHATI CABANG MEDAN 4.1 Aspek Internal ... 101

4.1.1 Organisasi HMI ... 101

4.1.2 Kader HMI-Wati ... 103

4.2 Aspek Eksternal ... 105

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 110

LAMPIRAN ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... xiv


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lambang HMI dan KOHATI ... 40

Gambar 1. Peta: Lokasi Student Centre HMI ... 103

Gambar 2. Sekretariat HMI Cabang Medan ... 104

Gambar 3. Kantor Khusus KOHATI Cabang Medan ... 104

Gambar 4. Dies Natalies KOHATI ke-5 ... 105

Gambar 5. Peserta Kongres ke X di Palembang ... 105

Gambar 6. Kegiatan lomba merangkai bunga ... 116

Gambar 7. Peserta Up Grading Nasional COHATI II ... 116

Gambar 8. Diskusi KOHATI ... 117

Gambar 9. Perkumpulan massa Komando Aksi di Lapangan Olahraga ... 117

Gambar 10. Demonstrasi penumpasan G 30 S/PKI ... 118

Gambar 11. Tewasnya Ibrahim Umar ... 118

Gambar 12. Foto bersama dengan narasumber Djanius Djamin ... 119

Gambar 13. Foto bersama dengan narasumber Radhiah Muchtar ... 119

Gambar 14. Foto bersama dengan narasumber Usman Pelly ... 120

Gambar 15. Foto bersama dengan narasumber Nilamsari Harahap ... 120

Gambar 16. Foto bersama dengan narasumber Sri Minda Sari ... 121

Gambar 17. Foto bersama dengan narasumber Muniarti Munir ... 121

Gambar 18. Foto bersama dengan narasumber Nelly Armayanti ... 122


(6)

xi

DAFTAR TABEL