101
BAB IV KONTRIBUSI KOHATI CABANG MEDAN 1966-1998
4.1 Aspek Internal
Berbicara mengenai kontribusi KOHATI Cabang Medan terhadap organisasi HMI dan kader HMI-Wati, maka tidak terlepas dari apa yang dilakukan selama
perjalanan panjang KOHATI yang ditulis. Hal tersebut melingkup dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh bidang internal, dan pengurus KOHATI baik secara
formal maupun informal. Karena kontribusi inilah yang telah membawa dampak perubahan pada bagian internal HMI, baik secara langsung maupun masih proses dan
jangka panjang.
4.1.1 Organisasi HMI
KOHATI merupakan bagian integral dari HMI, sehingga apa yang dilakukan oleh KOHATI harus merupakan perpanjangan dari tujuan HMI, yaitu untuk
terbinanya insan cita. Berbicara mengenai kontribusi KOHATI terhadap HMI, secara tidak langsung sudah dibahas pada apa saja yang dilakukan ataupun kegiatan yang
dilakukan oleh KOHATI dari awal terbentuk hingga pada tahun 1998. Akan tetapi butuh adanya penjelasan rasionalisasi terkait yang apa yang sudah diberikan dan
bagaimana terhadap dampaknya, baik dalam jangka pendek dan panjang. Pada
Universitas Sumatera Utara
102 internal, KOHATI yang menyelenggarakan training-training non formal seperti LKK
dan non LKK, telah membantu HMI dalam proses pengkaderan terhadap kader-kader HMI-Wati dengan tujuan meningkatkan kualitas dan peranan HMI-Wati. Karena
peserta yang menjadi targetan tidak harus berasal dari KOHATI ataupun Bidang Pemberdayaan Perempuan, melainkan terkhusus kepada seluruh HMI-Wati. Secara
tidak langsung mempermudah HMI untuk mengontrol kader HMI-Wati dikarenakan sudah ada KOHATI sebagai wadah khusus HMI-Wati dalam melakukan pembinaan,
mengembangkan potensi yang dimiliki dan mudah dalam mengerahkan massa HMI- Wati. Selain itu, eksistensi KOHATI yang seolah-olah organisasi perempuan,
membawa nama baik HMI pada sektor publik yang dapat bekerjasama dengan organisasi perempuan lainnya seperti yang tergabung dalam BKOW, bahkan instansi
yang terkait seperti BKKBN. Ketika HMI Cabang Medan melakukan kegiatan, seperti halnya SWC yang
dilakukan beberapa di daerah pada masa kepengurusan KOHATI yang dipimpin Djanius Djamin, Pujiati Chalid dan Hasriani Daulay, membantu upaya HMI sebagai
organisasi mahasiswa untuk menerapkan Tri Dharma Perguruan, yakni untuk pengabdian kepada masyarakat. Karena dalam kegiatan tersebut, KOHATI
mengambil peran pada bidang pemberdayaan perempuan, dimana juga mengadakan pembinaan terhadap masyarakat perempuan, mengenai perannya serta kesehatan
reproduksi yang sangat begitu penting. Bahkan dari masa persiapan kegiatan dan jatuh pada hari kegiatan, KOHATI turut berpartisipasi mempersiapkan segala sesuatu
Universitas Sumatera Utara
103 yang dibutuhkan, seperti menyediakan konsumsi, mengkonsep acara, dan mengontrol
acara bersama HMI-Wan. Sekretariat merupakan bagian terpenting suatu organisasi untuk proses
kegiatan organisasi termasuk konsolidasi. Djanius Djamin merupakan mantan ketua KOHATI pertama, saat menjadi ketua DPRD Kota Medan mengupayakan seluas
bidang tanah yang akan dibangun sekretariat HMI secara permanen. Meskipun Djanius Djamin sudah berstatus sebagai alumni, akan tetapi rasa persaudaraan yang
timbul dengan HMI memicu keinginannya ketika memiliki kesempatan baik. Sehingga Sekretariat HMI Cabang Medan dibangun dengan permanen hingga
sekarang yang berada di Jalan Adinegoro No. 15 disingkat dengan alimbas. Untuk biaya pembangunnya, menggunakan uang hasil pengembalian sekretariat sebelumnya
di Jalan Selamat kepada pemiliknya.
4.1.2 Kader HMI-Wati
HMI sebagai organisasi pengkaderan memiliki tujuan yaitu terbinanya insan cita. Maka KOHATI menjadi perpanjangan dalam meneruskan tujuan HMI kepada
HMI-Wati terkhususnya untuk pemberdayaan perempuan. Pengkaderan yang dilakukan oleh KOHATI baik secara training dan khursus tertentu telah memberikan
pemahaman dari materi yang disampaikan sekaligus membentuk karakter dan cara berpikir HMI-Wati sesuai dengan apa yang menjadi targetan dari training dan khursus
KOHATI.
Universitas Sumatera Utara
104 KOHATI sebagai bagian organisasi yang berazaskan Islam berusaha
membentuk karakter muslimah dimana banyak kader HMI-Wati yang semula tidak menggunakan khimar, dan melalui proses bertahap menggunakan khimar. Pada
awalnya penggunaan khimar masih berupa tudung, kemudian bertahap menjadi kain yang silempangkan dan perlahan-lahan mulai menutup secara benar. Hal ini
dikarenakan, materi pada LKK yang diberikan salah satunya ialah membahas “Perempuan dalam Perspektif Islam” yang isinya terkait ayat Al-Qur’an yang
menyeru penggunaan khimar, jilbab dan hijab yang benar, kemudian ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai menstruasi, harta warisan, saksi, kepemimpinan, hukum
poligami dan lainnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan melibatkan HMI-
Wati dari komisariat dan pengurus Cabang Medan secara sadar atau tidak sadar akan menempah mental dan karakter HMI-Wati. Aktivitas kuliah yang padat dan ikut serta
dengan kegiatan KOHATI, akan mengajarkan pada unsur yang terlibat mengenai manajemen terhadap diri sendiri, agar keduanya tetap terlaksanakan.
Sesuai dengan usahanya, KOHATI berusaha membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati terlihat dari beragam kegiatan yang
diselenggarakan, seperti lomba yang ditangani oleh komisariat yang memiliki potensi ataupun menjadi bagian dari peserta lomba. Seperti yang dilakukan pada masa
kepemimpinan Hasriani Daulay, untuk menyelenggarakan kegiatan dengan
Universitas Sumatera Utara
105 melibatkan seluruh KOHATI ataupun Bidang Pemberdayaan Perempuan di
komisariat dengan cara lelang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki oleh komisariat tertentu. Komisariat dengan jurusan tata busana, akan menangani lomba
busana muslim, dimana akan melatih untuk mengkonsep acara hingga pada proses penilaian. Begitu juga dengan komisariat yang memiliki jurusan tata boga yang
menangani lomba memasak, juga akan melatih bakatnya dalam bidang memasak hingga pada proses penilain.
Dampak dari pengkaderan dari HMI serta tambahan training khusus kewanitaan yang dilakukan oleh KOHATI Cabang Medan telah melahirkan
perempuan-perempuan dengan karakter kuat dan berani tampil pada sektor publik dengan pembekalan yang didapatkan ketika dalam proses pengkaderan. Merupakan
salah satu hasil pembinaan terhadap HMI-Wati pada perannya di dalam anggota masyarakat dengan tidak menanggalkan perannya sebagai putri, istri dan ibu.
4.2 Aspek Eksternal
Meskipun kontribusi KOHATI Cabang Medan pada masyarakat tidak terlalu tampak dipermukaan, akan tetapi berbagai upaya sudah coba dilakukan melalui
aktivitas kegiatan penerapan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyakarat dengan program SWC di daerah Tiga Aras,
Simalungun dan Peceran, Berastagih. KOHATI Cabang Medan mengambil peran dalam mensosialisasikan tentang Kesehatan Reproduksi yang menjadi penting dalam
Universitas Sumatera Utara
106 permasalahan perempuan yang rentan mengalami penyakit kanker rahim, invertil,
sehingga mengakibatkan permasalahan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Maka dilakukan upaya sosialisasi terhadap pencegahan dan cara pendektesiannya
sejak dini. Sosialisasi juga terkait dengan peran perempuan yang harus dikembangkan pada sektor publik dan isu kesetaraan gender dimana perempuan sangat rendah dalam
pendidikan. Padahal perempuan akan melahirkan generasi bangsa dan akan menjadi madrasah bagi anak-anaknya, maka harus dibekali dengan pengetahuan dan akhlak
yang mulia agar generasi bangsa yang diciptakan juga sesuai dengan yang diharapkan.
Bersama dengan BKOW dan BKKBN, KOHATI Cabang Medan turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan targetan peserta
ialah masyarakat. Seperti memberikan edukasi kepada calon pasangan suami dan istri, kemudian memberikan cara pola mengasuh anak dengan baik dan efektif. Usaha
untuk audiensi dengan Dinas Kesehatan juga pernah dilakukan pada masa kepemimpinan Nina Sufanah Lubis untuk membuat suatu POSYANDU percontohan
yang layak dengan makanan tambahan bergizi dan sistem pelayanan yang baik. Karena POSYANDU merupakan tempat yang sangat penting bagi bayi dan para
ibunya untuk melakukan imunisasi terhadap anak. Meskipun tidak terlaksanakan pada masa Nina Sufanah Hasanah, dikarenakan singkatnya periodesasi serta keadaan Kota
Medan yang mencekang dikarenakan upaya penurunan rezim Soeharto, sehingga menghambat proses pelaksanaan dan hanya sampai pada proses wacana. Akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
107 wacana tersebut berhasil menstimulasi periode kepemimpinan dua tahun selanjutnya
sehingga dapat terealisasikan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
95
95
Wawancara dengan Nina Sufanah Hasanah.
Universitas Sumatera Utara
108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN