56
BAB III PERKEMBANGAN KOHATI CABANG MEDAN 1966-1998
3.1 Periodesasi Kepemimpinan
Sejak tahun awal dibentuknya KOHATI Cabang Medan sampai tahun 1998, KOHATI dipimpin oleh beberapa kader HMI-Wati dari pengurus HMI ataupun
KOHATI sekawasan Cabang Medan. Ketua KOHATI dipilih secara langsung pada Musyawarah KOHATI MUSKOH Cabang Medan melalui pemilihan suara dari
setiap komisariat yang memiliki KOHATI. Adapun daftar nama Ketua Umum KOHATI Cabang Medan beserta asal komisariatnya dan yang menjadi Ketua Umum
HMI dalam tahun 1966 sampai 1998 ialah:
Tabel 1. Daftar Ketua Umum KOHATI Cabang dan Ketua Umum HMI Cabang Medan.
No. Periodesasi
Ketua Umum KOHATI Cabang
Medan Asal
Komisariat Ketua Umum HMI
Cabang Medan 1.
1966-1968 Djanius Djamin
FH USU Zakaria Siregar
2. 1968-1969
Radhiah Muchtar IKIP
Zainuddin Tanjung 3.
1969-1970 Hartilanum
UISU Bachtiar Alamsyah
4. 1970-1971
Nilamsari IKIP
Marzuki Yakub 5.
1971-1972 Badarusni Saragih
IKIP Aminuddin
6. 1972-1973
Zubaidah Wae FH USU
Azasky 7.
1973-1974 Zubaidah Wae
FH USU Husni Husin
Universitas Sumatera Utara
57 8.
1974-1977 Syamsidah Juita
FP USU Chaidir Siregar
9. 1977-1978
Normalia Lubis IKIP
Emir Syarif Siregar 10.
1978-1979 Sukria
IKIP Harmon Mawardi
11. 1979-1980
Muniarti Munir ITM
Ludhi Awaluddin Thayel
12. 1980-1981
Lenni Brida IKIP
Gazali Husni Situmorang
13. 1981-1982
Ratna Balqis FE USU
Bidinsyah Siregar 14.
1982-1984 Emy
IKIP Zahrin Piliang
15. 1984-1985
Sri Minda Murni IKIP
Syuaibun Manurung 16.
1985-1987 Pujiati Chalid
FS USU Annur Parlindungan
Azwirman Lius 17.
1987-1988 Mardiana Lubis
IKIP Irgan Chairul Mahhf
18. 1988-1989
Hasriani Daulay FMIPA USU
Wahid Khusairi 19.
1989-1990 Sri Ratna Lubis
IKIP Sugih Permono
20. 1990-1992
Ide Suprihaken IKIP
Isfan Dahrian Nasution
21. 1992-1994
Erni Suryani ITM
Ucok Roufdi 22.
1994-1995 Endang SriwatiEvi
Mahalli IKIPNomme
nsen Riswal Hanafi Siregar
23. 1995-1997
Elvi Mahalli Nommensen
Ahmad Sani 24.
1997-1999 Nina Sufanah
Hasanah Tri Karya
Wahyu Triono Sumber: Data nama Ketua Umum KOHATI Cabang Medan beserta asal
komisariatnya didapatkan dari dokumen milik pribadi Elvi Hadriani, namun tahunnya disesuaikan dengan masa kepengurusan HMI Cabang Medan.
Universitas Sumatera Utara
58
3.1.1 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan Awal Berdiri Hingga Tahun 1970
Pada awal tahun pembentukan hingga tahun 1970, orientasi KOHATI secara umum lebih kepada melakukan pergerakan massa bersama HMI. Mengingat keadaan
pada permulaan Orde Baru dengan kebutuhan mobilisasi massa masih sangat dominan sebab digunakan sebagai simbol kekuatan organisasi. KOHATI dibentuk
dalam rangka untuk menampung aktivis-aktivis wanita yang membutuhkan wadah untuk mengaktualisasikan diri, jadi bukan hanya sekedar bertujuan untuk
memobilisasi massa.
66
Pada periode awal dipimpin oleh Djanius yang terpilih ketua umum pertama berdasarkan kesepakatan di dalam forum rapat HMI Cabang Medan Sebagai tahap
awal kepemimpinannya, hal tersulit yakni mengubah suatu kebudayaan atau steorotype
67
66
Agussalim Sitompul, Op.Cit., hlm. 2.
67
Steorotype adalah pelabelan negatif terhadap perempuan
terhadap perempuan. Ini yang menjadi perihal umum dalam situasi dan kondisi KOHATI Cabang Medan diawal pembentukan dalam masa transisi.
Meskipun demikian, terjadi perubahan-perubahan terhadap aktivitas-aktivitas kader HMI-Wati yang semula hanya mengantar teh, mengurus bunga, dan menyusun
telapak meja, mulai merambah pada kegiatan-kegiatan lainnya seperti melaksanakan diskusi mengenai pengembangan peran perempuan serta berperan dalam rangkaian
Universitas Sumatera Utara
59 kegiatan organisatoris bersama bersama HMI Cabang Medan. Dalam kepengurusan
KOHATI Cabang Medan mencapai kurang lebih 15 orang.
68
Pada periode selanjutnya, tongkat estafet kepemimpinan KOHATI diraih oleh Radhiah Muchtar
69
68
Wawancara dengan Djanius Djamin.
69
Pada saat menjadi ketua umum, Radhiah Mucktar sering mengikuti kegiatan pengkaderan hingga sampai ke Aceh, Lampung dan Jakarta untuk mengembangkan pengetahuan sebagai pemimpin
di KOHATI dan pengurus HMI.
terjadi saat Musyawarah KOHATI MUSKOH Cabang Medan tahun 1968. Kepemimpinan dilakukan mulai tahun 1968 sampai 1969 dibantu oleh
Sekretaris Umum bernama Musnarti beserta jajaran pengurus lainnya. Perubahan terhadap aktifitas semakin muncul di permukaan. Kader asal Komisariat IKIP ini,
berhasil membuat pengurus KOHATI Cabang Medan mencapai 22 orang. Selain pengkaderan yang didapatkan dari HMI, untuk mengkader anggota HMI-Wati
dilakukan Up Grading sekarang bernama LKK dan Latihan Khusus Wanita LKW dengan tujuan pembekalan peran perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota
masyarakat. Pada anggota masyarakat timbul peran ganda perempuan, dimana perannya pada sektor publik. Selama ini pembahasan peran perempuan hanya berada
pada sektor domestik yaitu putri, istri dan ibu. Hasil pengkaderan tersebut berhasil membentuk karakter kader HMI-Wati dikarenakan pembinaan secara intensif.
Bahkan sampai menjurus ke arena politik. Hal ini terbukti ketika Djanius Djamin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di Kota Medan dan kemudian
memenangkannya. Bahkan hal luar biasa terjadi Djanius Djamin berhasil menjadi
Universitas Sumatera Utara
60 ketua DPRD selama dua periode berturut-turut dan menjadi ketua DPRD perempuan
termuda di Indonesia. Dalam perjuangan KOHATI Cabang Medan untuk memenangkan Djanius Djamin dalam DPRD tergambar dalam cerita Radhiah
Muchtar saat diwawancarai: “LKW, khusus membahas perempuan namun sudah terjurus ke arah
politik pembahasan, sudah masuk ke arena politik, sehingga kita bisa menampilkan Kak Yus Jamin sebagai ketua DPR pertama di indonesia termuda
dan perempuan. Waktu itu calon-calonnya orang tua, senior, ahli politik, tetapi para wanita kami dulu berjuang untuk Kak Yus Jamin, tidak tidur sampai pagi
untuk melakukan rapat dan menyusun strategi supaya Kak Yus menjadi anggota DPR dan termuda di Indonesia. Bahkan kami masak roti jala satu karung 20 kg
supaya nggak ngantuk dan kami melakukan dengan ikhlas dan tidak bisa dibeli. Kami melakukan bersama HMI Zakaria Siregar, Zainuddin Tanjung, dan
lainnya”.
Penjelasan yang diutarakan oleh Radhiah Muchtar mengenai LKW sampai menjurus ke arena politik, dimaksudkan pengembangan peran perempuan yakni di
dalam masyarakat, dan menjadi wacana bagi perempuan untuk duduk mengisi bangku anggota legislatif. Sebagai landasannya, di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa laki-
laki dan perempuan memiliki derajat yang sama, dan membedakan hanyalah ketakwaan.
Selain itu, Djanius Djamin yang tinggal di rumah dosen hukum bernama Mahadi dan sangat dekat dengan istrinya yang berasal dari Minang sehingga sering
dibawa pada acara-acara besar bertemu dengan ibu-ibu pejabat diantaranya istri Panglima dan bahkan sampai dikenalkan dengan Panglima Leo Loperisa. Perkenalan
Universitas Sumatera Utara
61 keduanya menjadi timbul rasa percaya terhadap Djanius Djamin oleh Panglima Leo
Loperisa saat itu, merupakan hal yang sangat mendukung dikarenakan posisi Ketua DPRD ditunjuk secara langsung dari kalangan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia ABRI.
70
Menurut Usman Pelly dalam wawancaranya, strategi yang dilakukan dalam pengusungan Djanius Djamin menjadi Ketua DPRD Kota Medan ialah dengan
menggunakan teori kejutan budaya. Dimana hal yang baru, perempuan dinaikkan menjadi Ketua DPRD, padahal anggota DPRD seluruhnya berasal dari senior-senior
organisasi yang merupakan ahli politik dan lebih banyak pengalaman dibanding dengan Djanius Djamin. Termasuk dari HMI ialah Panani Lubis mantan Ketua
Umum HMI Cabang Medan. Agar tidak terjadi keributan apabila laki-laki terpilih karena merasa lebih ahli dan berpengalaman, maka diusungkanlah nama Djanius
Djanim dan seluruh anggota DPRD menerima keputusan tersebut.
71
Pada periode Radhiah Muchtar juga mengadakan berbagai kegiatan seperti lomba, diskusi, dan membentuk lembaga kesenian bernama Ansambel. Lembaga
Ansambel merupakan wadah kesenian yang anggota terdiri dari kader HMI-Wati untuk bernyanyi lagu Islami serta lagu nasional bahkan sering mengisi acara baik di
kegiatan internal HMI dan di eksternal yaitu masyarakat. Sehingga pada masa
70
Wawancara dengan Djanius Djamin.
71
Wawancara dengan Usman Pelly.
Universitas Sumatera Utara
62 Rhadiah Muchtar sangat khas dengan Lembaga Kesenian Ansambel juga sering
mengikuti lomba menyanyi dalam berbentuk kelompok.
72
Perjalanan KOHATI selanjutnya dipimpin oleh Hartilanum berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara UISU tahun 1969 sampai 1970. Pemimpin asal
kampus UISU ini juga menyelenggarakan lomba-lomba, diskusi dan lainnya. Untuk pengkaderan, selain mengikuti jenjang training di HMI, diselenggarakan kegiatan Up
Grading khusus untuk HMI-Wati. Dalam keikutsertaan aksi bersama HMI, Hartilanum bersama Nilamsari serta kader HMI-Wati lainnya naik becak turut
membasmi perjudian di Club Malam Sambelero.
73
3.1.2 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1971 sampai 1987
Pada masa kepemimpinan mulai tahun 1971, KOHATI Cabang Medan terjadi peningkatan aktivitas dengan melebarkan sayapnya untuk bekerjasama dengan Badan
Kerjasama Organisasi Wanita BKOW
74
72
Wawancara dengan Radhiah Muchtar.
73
Wawancara dengan Nilamsari merupakan aktivis perempuan dan pensiunan dari PNS. dilakukan pada tanggal 19 Januari 2016, pukul 16.00 WIB bertempat di kediaman beliau. Mengenai
penjelasan waktu dan tempat beliau tidak ingat, akan tetapi peristiwa terjadi pada masa kepemimpinan.
74
BKOW sebelumnya bernama BKSOW, didirikan pada tahun 1970.
Sumatera Utara.Kemudian sampai pada tahun 1985 mulai memudarnya semangat terhadap Pengurus KOHATI Cabang
Medan.
Universitas Sumatera Utara
63 Konferensi Cabang Konfercab Medan ke IX berhasil mengantarkan
Nilamsari sebagai Ketua Umum KOHATI Cabang Medan yang periodesasinya dimulai pada tahun 1970 sampai 1971. Kader asal IKIP ini membuat proyek kerja
dalam satu periode yaitu merayakan hari besar Islam seperti Maulid Nabi, bazaar dan mengadakan show pakaian muslim diadakan di Mesjid Agung yang dikunjungi oleh
masyarakat umum. Keterampilan tidak luput dari kegiatan, seperti merangkai bunga anggrek, lomba memasak disertai dengan mengadakan lomba pidato dan lomba
membaca Al-Qur’an saat dies natalies KOHATI ke-5 foto kegiatan dapat dilihat pada gambar 5 dan 7 di hlm. 115 dan 116. Untuk pengkaderan dilakukan Up
Grading di Kota Medan dengan tujuan menanamkan pemahaman terhadap peserta mengenai KOHATI serta tugas pokok dan fungsinya. Beberapa pengurus juga ikut
serta dalam Up Grading Nasional ke II di Tanjung Karang foto kegiatan dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 di hlm. 116 dan 117. Dalam mengupayakan dana kegiatan,
Nilamsari beserta jajaran pengurusnya melakukan aksi dana dengan menjual jajanan kue kepada alumni, sehingga ada usaha yang dilakukan dalam pengumpulan dana.
Untuk mempererat kader-kader KOHATI, dilakukan kunjungan pada KOHATI di setiap komisariat-komisariat. Kemudian melakukan kegiatan hampir setiap harinya,
agar pengurus KOHATI Cabang Medan terus menerus aktif, seperti menyelenggarakan buka puasa bersama di sekretariat, pengajian secara rutin dan
lainnya. Aktivitas ini juga membuat kedekatan secara emosional terhadap junior, senior serta alumni. Dalam semangatnya berproses di KOHATI dan HMI, Nilamsari
Universitas Sumatera Utara
64 mengatakan bahwa “KOHATI asal dicampakkan pasti akan tumbuh dikarenakan
training-training yang dilakukan oleh HMI dan KOHATI”. Untuk kegiatan eksternal mulai bekerjasama dengan BKOW untuk menyelenggarakan kegiatan terkait dengan
perempuan, dan KOHATI sebagai perwakilan organisasi perempuan dari HMI.
75
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Badarusni Saragih 1971-1972 berasal IKIP, Zubaidah Wae 1972-1974 berasal dari Fakultas Hukum USU, Syamsidah Juita
1974-1977 berasal dari Fakultas Pertanian USU, Normalia Lubis 1977-1978 dan Sukria 1978-1979 keduanya berasal dari IKIP, kegiatan-kegiatan KOHATI terus
dilakukan dengan baik secara internal dan eksternal. Pada masa Zubaidah Wae diamanahkan memimpin selama dua periode. Hal ini dikarenakan atas kepercayaan
kembali dari pengurus komisariat sekawasan Cabang Medan serta ketersediaan untuk memimpin kembali oleh Zubaida Wae. Kegiatan yang dilakukan salah satunya ialah
program bayi sehat, dimana yang menjadi targetan peserta berasal dari anak bayi dari para alumni dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini lantas dilaksanakan bertempat di
Wisma Kartini. Pada periodesasi ini terjadi pengadaan sekretariat HMI Cabang Medan berkat Djanius Djamin selaku ketua DPRD Kota Medan. Ketika itu
banyaknya kuburan Cina yang berada di pusat Kota Medan, termasuk diantaranya Jalan Adinegoro, Petisah keliling sampai ke Jalan Gajah Mada dan batasnya sampai
dekat kuburan Kristen di Gatot Subroto. Kemudian dari jalan di samping Medan Fair
75
Wawancara dengan Nilamsari.
Universitas Sumatera Utara
65 sekarang sampai ke Meranti dan sebagaian dari IKIP dipadati dengan kuburan Cina.
Semua kuburan Cina tersebut dipindahkan ke Tanjung Morawa dan Lubukpakam.
76
Setelah berhasil di relokasi, Djanius Djamin meminta sebidang tanah tepat di Jalan Adinegoro untuk dijadikan Sekretariat HMI Cabang Medan. Dalam proses
pembangunan, sekretariat yang berada di Jalan Selamat berupa dua ruko dikembalikan kepada pemiliknya orang Cina dengan meminta uang tebusan. Hasil
uang tebusan tersebut, digunakan untuk untuk membangun sekretariat secara permanen. Sebagai biaya tambahan, HMI Cabang Medan menjual hasil pemberian
tanah dari alumni HMI Cabang Medan seluas 20 hektar yang berada di Tanjung Morawa foto peta lokasi terdapat pada gambar 2 di hlm. 113.
77
Berdasarkan keterangan yang dilansir dari Ida Ismail Nasution, kehadiran KOHATI pernah mengalami kesalahpahaman. Kecenderungan KOHATI hanya aktif
dan terfokus dalam menangani masalah kewanitaan, HMI-Wan terkesan HMI-Wati bersifat ekslusivisme dan sentrifugalisme. Sehingga seolah-olah HMI-Wan
menganggap KOHATI ingin melepaskan dirinya dari HMI. Begitu juga sebaliknya, KOHATI merasa dilepaskan oleh HMI karena sedikitnya bimbingan dari HMI.
Setelah dikaji persoalan tersebut, yang menjadi permasalahan ialah munculnya pandangan negatif diantara keduanya, maka untuk mengantisipasinya harus
memahami fungsi dan tujuan dari keberadaan KOHATI. Oleh karena itu dilakukan
76
Wawancara dengan Nilamsari.
77
Wawancara dengan Usman Pelly.
Universitas Sumatera Utara
66 upaya pertemuan antara KOHATI dengan pengurus HMI untuk membahaa
keberadaan lembaga KOHATI sebagai sub-organisasi dari HMI. Pada periode tahun 1979 sampai 1980, KOHATI Cabang Medan dipimpin
oleh kader asal Institut Teknologi Medan ITM yaitu Muniarti Murni. Seorang pemimpin yang terkenal dengan ketegasan serta kejujurannya ini, membuat proyek
kerja hampir sama seperti yang dilakukan pada kepengurusan KOHATI sebelumnya. Seperti mengadakan seminar, lomba-lomba, pengkaderan, berkunjung ke komisariat
dan bekerjasama dengan organisasi BKOW. KOHATI menjadi organisasi perempuan mewakili HMI untuk menjadi bagian BKOW. Meskipun pengkaderan terlaksana,
Muniarti Munir selaku ketua umum merasa tidak secara maksimal dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan secara
signifikan pada kader-kader HMI-Wati dianggap hanya pelaksanaan kegiatan pada sektor domestik saja. Sebagai pemimpin Muniarti Munir yang dibantu oleh Sekretaris
Umum bernama Khairani, menginginkan agar memberikan suatu garis merah KOHATI terhadap pendidikan karakter bangsa dan belajar agar dapat menjadi
pengusaha sukses ke depannya. Namun hal itu masih belum mencapai targetan.
78
Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya oleh Lenni Brida 1980- 1981 berasal dari IKIP, Ratna Balqis 1981-1982 berasal dari Fakultas Ekonomi
78
Wawancara dengan Muniarti Munir merupakan seorang dosen di ITM dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016, pukul 12.30 WIB, bertempat di ITM. Mengenai waktu dan tempat peristiwa, beliau
tidak ingat, yang pasti terjadi pada masa kepemimpinannya. Mengenai dokumentasi dan arsip, beliau tidak menyimpannya lagi, karena sudah lama.
Universitas Sumatera Utara
67 USU, Emi 1982-1984 berasal dari IKIP. Dalam pelaksanaan proyek kerja sama
seperti periode sebelumnya dimana mengadakan seminar keperempuan, lomba- lomba, pengkaderan LKK serta bekerjasama dengan BKOW. Pada tahun-tahun ini,
perbincangan peran ganda perempuan mulai menjadi isu hangat yang muncul diperbincangkan. KOHATI Cabang Medan dalam keterlibatannya memunculkan
wacana peran ganda perempuan dipertegas pada masa kepemimpinan selanjutnya. Sri Minda Murni 1984-1985 yang berasal dari IKIP melanjutkan
kepemimpinan dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Herlina, Bendahara, Ketua Bidang Internal bernama Hernawati Damanik, Ketua Bidang Eksternal bernama
Zainarti dan beberapa jajaran pengurus lainnya berjumlah 15 orang. Dalam perjuangannya, tidak serta merta dilakukan secara fisik. Melainkan dengan mengusut
tuntas wacana peran ganda perempuan dalam sebuah diskusi baik internal dan eksternal. Di dalam peran ganda perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota
masyarakat akan didapatkan ketika berkeluarga kelak dan mematahkan stigma-stigma masyarakat terhadap perempuan yang selama ini hanya berperan di domestik saja.
Untuk eksternal bekerjasama dengan BKOW, ikut melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh BKOW seperti membuat edukasi terhadap calon pasangan suami istri
dan tentang hak-hak perempuan, serta upaya menghindari kekerasan terhadap perempuan dan anak yang rentan terjadi di masyarakat. Sebagai organisasi Islam,
melakukan pengajian secara rutin juga dilaksanakan dengan nama “liqo” di sekretariat dan beberapa kali bersama ibu-ibu pengajian. Bahkan acap sekali diminta
Universitas Sumatera Utara
68 mengisi ceramah dalam pengajian. Permintaan terus membanjiri bahkan sampai
dipercaya sebagai dewan juri dalam perlombaan-perlombaan yang digelar oleh BKOW dan perkumpulan masyarakat lainnya. Dalam kegiatan internal, Sri Minda
Murni terus melakukan kegiatan terhadap pembinaan anggota dengan melakukan LKK terhadap anggota HMI-Wati sekawasan Cabang Medan dan pengurus juga
mengikuti training yang diselenggarakan oleh HMI. Tidak hanya itu saja, untuk kegiatan rutinitas KOHATI diadakan keterampilan yang berkaitan dengan
perempuan. Dalam upaya pemberdayaan perempuan, dilakukan keterampilan perempuan secara mandiri dengan nama pemberdayaan perempuan di sektor informal
dalam bentuk diskusi dengan ikuti pengembangan program keterampilan kepada perempuan sehingga diharapkan dapat melakukan kegiatan ekonomi yang nantinya
membantu perekonomian keluarga. Bahkan hasilnya diperlombakan seperti merangkai bunga. Lomba lainnya juga diadakan, seperti lomba berbusana muslim
dalam memperingati hari R.A Kartini dan Hari Ibu. Untuk mengikat keaktifan pengurus, pertemuan yang dilakukan dalam berbagai kegiatan juga dibicarakan
mengenai proyek kerja selanjutnya sehingga secara cepat tersosialisasi kepada KOHATI komisariat sekawasan Cabang Medan.
79
79
Wawancara dengan Sri Minda Murni merupakan seorang dosen Jurusan Bahasa Inggris di Fakultas Bahasa dan Seni UNIMED, dilakukan di kantor FBS UNIMED pada tanggal 23 Februari
2016, pukul 11 WIB. Mengenai waktu dan tempat peristiwa beliau tidak ingat, yang pasti peristiwa terjadi pada masa kepemimpinannya. Untuk arsip dan dokumen sudah tiada, dikarenakan kediaman
beliau pernah kebanjiran.
Universitas Sumatera Utara
69 Konferensi Cabang Medan ke XXII mengantarkan Pujiati Chalid sebagai
Ketua Umum KOHATI Cabang Medan dengan masa kepemimpinan dimulai pada tahun 1985 sampai 1987. Mantan ketua KOHATI Komisariat Fakultas Sastra USU
sekarang Fakultas Ilmu Budaya USU ini, berhasil membuat KOHATI tampak lebih unggul dibanding dengan HMI yang saat itu dipimpin oleh Annur Parlindungan dari
HMI Komisariat Fakultas Hukum USU. Dalam aktivitas KOHATI bersama HMI, melakukan kegiatan Study Work Camp SWC sekaligus membina desa yang berada
di Peceran, Berastagi. Bentuk kegiatan SWC yang diikuti oleh 50 orang ini kader HMI-Wan dan HMI-Wati ini, menyelenggarakan sunatan secara massal yang jumlah
pasien mencapai 30 orang. Kemudian HMI dari Komisariat Fakultas Kedokteran Gigi juga diminta untuk membantu dalam pelaksanaan pengobatan gratis klinik gigi,
bahkan 50 orang pasien mendatangi lokasi secara antrian. Agar tidak mengganggu jadwal kuliah, SWC dilakukan pada hari Jumat sampai Minggu dengan menginap di
rumah masyarakat dan beberapa membuat tenda. Agenda pengajian, ceramah dan kewirausahaan seperti membuat sabun juga dilaksanakan. SWC ini kerap dilakukan
sebagai bentuk pengaplikasian Tri Dharma Perguruan yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sebagai organisasi pengkaderan, jenjang pengkaderan selalu dilakukan
baik pada jenjang formal HMI dan pada training KOHATI seperti LKK yang dilakukan sebanyak dua kali dalam periode tersebut. Dalam memperingati dies natalis
KOHATI ke-19, mengadakan seminar dengan tema “Peran Wanita dalam Pembangunan Bangsa” dihadiri oleh seluruh KOHATI Komisariat sekasawan Cabang
Universitas Sumatera Utara
70 Medan, organisasi mahasiswa, beserta senior dan alumni. Kegiatan dies natalis
diadakan bertempat di Bina Budaya, disertai dengan membuka bazaar untuk dapat dikunjungi oleh peserta kegiatan. Lomba lainnya juga tidak luput seperti menghias
puding buah, memasak nasi goreng, dan membuat karya tulis ilmiah. Pada kerjasama ekternal terjalin dengan BKOW dan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional dengan aneka ragam kegiatan diantaranya pelatihan tentang manajemen keuangan, keluarga dan rumah tangga, bagaimana pola asuh anak yang efektif, dan
bahkan bagaimana memelihara ternak unggas serta apotik hidup. Tidak jarang pula menghadiri undangan dari organisasi perempuan atau organisasi mahasiswa. Pada
tahun 1985, presiden Soeharto mengintruksikan agar seluruh organisasi berazaskan Pancasila. HMI dan bagian integralnya KOHATI merupakan organisasi berazaskan
Islam juga harus mengganti azas Islam ke Pancasila, hingga terjadi perdebatan- perdebatan panjang. Meskipun demikian, tidak terlalu berdampak pada aktivitas
pengkaderan KOHATI Cabang Medan.
80
Kepimpinan KOHATI Cabang Medan selanjutnya diamanahkan kepada Mardiana Irawati sejak 1987 sampai 1988. Kader asal IKIP ini tetap melanjutkan
tugasnya sebagai pimpinan KOHATI dengan melaksanakan kegiatan seperti sebelumnya yakni memperingati dies natalis dan pengkaderan di HMI dan KOHATI
80
Wawancara dengan Pujiatti Chalid merupakan seorang staff pengajar di Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU. Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016, pukul 16.00
WIB bertempat di FIB USU. Beberapa mengenai waktu dan tempat beliau tidak mengingatnya, yang pasti berada pada masa kepemimpinannya. Mengenai arsip dan dokumen, beliau juga sudah tidak
menyimpannya lagi.
Universitas Sumatera Utara
71 sendiri. Kerjasama dengan BKOW terus tetap dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan
eksternal KOHATI. Namun pada periode ini, semangat kader HMI-Wati Sekawasan Cabang Medan khususnya KOHATI menurun. Hal ini dikarenakan atas
ketidakpercayaan beberapa pengurus KOHATI Komisariat sekawasan Cabang Medan terhadap pengurus Cabang Medan, yang mengambil tindakan tidak acuh terhadap
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KOHATI Cabang Medan. Selain itu terjadi konflik internal di tubuh pengurus KOHATI Cabang Medan karena terjadi
kesalahpahaman dan kesibukan pengurus dengan kegiatan luarnya.
3.1.3 Periode Kepemimpinan KOHATI Cabang Medan dari Tahun 1988 sampai 1998
Pada masa kepemimpinan periode tahun 1988, pembinaan terhadap KOHATI dibangkitkan kembali dengan dilakukan beragam aktivitas yang melibatkan seluruh
KOHATI Komisariat Sekawasan Cabang Medan. Kemudian sampai tahun 1998, dimana sebelumnya terjadi masalah konflik internal dan terjadi aksi demonstrasi
dimana KOHATI Cabang Medan juga turut terlibat bersama HMI Cabang Medan, meskipun tidak terlalu aktif dalam aksi yang ekstrim.
Pembinaan HMI-Wati yang kian merosot, dikembangkan pada masa Hasriani Daulay yang membawa periode sejak tahun 1988 diakhiri tahun 1989. Komunikasi
yang terjalin harmonis dengan senior dan alumni, membuat Hasriani beserta jajaran pengurus lainnya mendapatkan banyak masukkan terkait arah tujuan dari KOHATI.
Universitas Sumatera Utara
72 Artinya kader-kader KOHATI selanjutnya mau dibawa kemana. Maka lahirlah
sebuah jawaban menunjukkan pada terbentuknya keluarga sakinah. Keikutsertaan kader asal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA beserta
beberapa pengurus KOHATI lainnya di Jakarta dalam Loka karya telah memprogramkan peran perempuan sesuai dengan syariat Islam pada masa millenium
menunjukkan awal abad ke-21. Program yang dibicarakan terkait hal peran perempuan sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat yang digariskan dalam
program tahun millenium. Sehingga peran perempuan sangat diharapkan dalam rumah tangga. Bahkan ketika masih menduduki bangku perkuliahan, seorang putri
yang ikut dalam aktivitas organisasi juga merupakan peran ganda. Dimana hasil dari pengkaderan di organisasi diharapkan kelak bisa di implementasikan hingga sampai
menjadi seorang ibu dan anggota masyarakat. Dies natalis KOHATI yang ke-22 diadakan di Wisma Kartini sebagai acara ceremonial. Dalam ceremonial, acara diisi
oleh komisariat asal Institut Agama Islam Negeri Medan. Sedangkan kegiatan lainnya beberapa lomba dan bazaar dilakukan di Mesjid Agung dengan dikunjungi selain
kader HMI, juga merupakan masyarakat umum. Untuk mempermudah kegiatan dan mengaktifkan seluruh KOHATI komisariat, pengadaan lomba yang diselenggarakan
terlebih dahulu dilelang berdasarkan kemampuan dan bakat dari jurusan. Untuk lomba busana muslim ditangani oleh Komisariat yang memiliki jurusan tata busana.
Sedangkan lomba pidato ditangani oleh Fakultas Hukum USU. Kemudian pengkaderan LKK dilaksanakan selama dua kali dalam satu periode. Setelah
Universitas Sumatera Utara
73 melaksanakan LKK pertama, kemudian SWC dilaksanakan pada bulan Oktober 1988
di daerah Tiga Aras selama satu minggu dengan menginap di rumah warga. Dalam kegiatan SWC KOHATI mengambil peran untuk mensosialisasikan terhadap
perempuan mengenai kesehatan reproduksi dan memberikan ceramah mengenai peran perempuan. Sebelum SWC dilaksanakan, ada perdebatan antara panitia dengan
pengurus dikarenakan keadaan peserta yang baru selesai LKK dengan menginap selama satu minggu, diharuskan menginap kembali pada kegiatan SWC.
Dikhawatirkan, perizinan dari orang tua tidak di dapatkan. Dalam menjalankan tugasnya, Hasriani Daulay dibantu oleh Sekretaris Umum bernama Nurhayati dari
Komisariat Universitas Medan Area, Bendahara bernama Irma Suryani dari Fakultas Ekonomi USU, Ketua Bidang Internal Lulisa Sitepu, dan jajaran pengurus lainnya.
Meskipun KOHATI merupakan badan khusus dari HMI setingkat, akan tetapi KOHATI Cabang Medan tetap melakukan koordinasi dengan KOHATI Komisariat
diantaranya dari KOHATI Komisariat sekawasan USU, UISU, UMA, IKIP, ITM, Nommensen dan Akademi Keuangan dan Perbankan sekarang Tri Karya. Dalam
proses perekrutan anggota di tingkat Komisariat, seperti di Komisariat FMIPA, kader HMI-Wati yang menjadi asisten laboratorium akan mempermudah dan melakukan
pendekatan kepada mahasiswa Islam. Dalam konsolidasi, pengurus KOHATI Cabang Medan mengadakan kunjungan pada setiap komisariat, untuk bersilahturahmi dan
Universitas Sumatera Utara
74 memantau program kerja. Pada kegiatan eksternal, melakukan kegiatan pesantren
kilat di sekolah, dan bekerjasama dengan BKOW.
81
Pada periode 1994 sampai 1995 dipimpin oleh Endang Sriwati dari Komisariat IKIP, dalam perjalanan setengah periode terjadi pengalihan tugas
pimpinan Penanggung Jawab yang diserahkan kepada Elvi Mahalli. Hal tersebut terjadi dikarenakan Endang Sriwati yang tidak mampu meneruskan
kepemimpinannya terkait persoalan pribadi yang menimpanya. Kegiatan pengkaderan tetap dilaksanakan kepada pengurus Komisariat hingga pada Cabang baik yang
diselenggarakan oleh HMI maupun KOHATI. Pada periode 1989 sampai 1990 dipimpin oleh Sri Ratna Lubis dari
Komisariat IKIP, dilanjutkan oleh Ide Suprihaken yang juga dari Komisariat IKIP pada tahun 1990 sampai 1992, kemudian terpilih Erni Suryani dari Komisariat ITM
memimpin sejak 1992 sampai 1994. Pada periodesasi tersebut tetap dilanjutkan baik secara internal dan eksternal. meskipun konflik-konflik internal juga menyelimuti
pengurus KOHATI Cabang Medan.
82
Saat Musyawarah KOHATI MUSKOH terjadi, Elvi Mahalli dipercayakan kembali menjadi ketua umum yang menjabat dari tahun 1995 sampai awal 1997.
81
Wawancara dengan Hasriani Daulay merupakan staff pegawai di PT. ASW Foods, dilakukan pada tanggal 29 Maret 2016, pukul 11.00 WIB di kantor ASW Foods belakang terminal amplas.
82
Wawancara dengan Nelly Armayanti merupakan Staff Pengajar di Fakultas Ekonomi UNIMED, Staff di Manulife, dan pernah menjabat sebagai ketua KPU Kota Medan, dilakukan pada
tanggal 24 Februari 2016 di Kantor Manulife, pukul 11.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
75 Kader asal Nommensen ini, melakukan reshuffle kepengurusan dikarenakan beberapa
pengurus yang tidak aktif dan menaikkan jabatan beberapa pengurus yang aktif seperti Elvi Hadriani yang semula menjadi departemen kemudian dipercaya menjadi
Bendahara Umum. Pada eksternal, kegiatan dilakukan ialah pesantren kilat di sekolah dan masih bekerjasama dengan BKOW.
83
Pada periode 1997 sampai 1999, dipimpin oleh Nina Sufanah Hasanah dari Komisariat Perbana sekarang Tri Karya. Konflik yang mewarnai di kepengurusan
KOHATI Cabang Medan pada periode sebelumnya atas ketidakpercayaan HMI Sekawasan Cabang Medan terhadap Pengurus KOHATI Cabang Medan, membuat
Nina Sufanah Hasanah lebih memfokuskan pada konsolidasi terhadap komisariat sekawasan Cabang Medan. Langkah tepat yang diambil dengan menjadikan
perwakilan setiap komisariat dalam kepengurusan KOHATI Cabang Medan. Sehingga akan memudahkan pimpinan dalam mengontrol KOHATI di tingkat
komisariat, terkait aktif, tidak aktif atau bahkan mengalami stagnisasi. Konsolidasi dilakukan dengan memotivasi pengurus komisariat untuk segera mengikuti jenjang
training LK I dan LKK. Dalam pengkaderan KOHATI, diadakan training LKK dengan ketua panitia Nurhalijah dari Komisariat ITM. Pada perjalanan setengah
periode, dilakukan reshuffle karena beberapa pengurus yang tidak aktif seperti ketua
83
Wawancara dengan Elvi Hadriani merupakan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Kota Medan. Wawancara dilakukan pada bulan Desember 2015 di kantor KPAID
Kota Medan, pukul 14.00 WIB. Dari beliau mendapatkan dokumen daftar nama ketua KOHATI dari awal periode sampai tahun 1998.
Universitas Sumatera Utara
76 bidang Internal asal IAIN. Pasca reshuffle komposisi kepengurusan terlihat lebih
kompak dan aktif. Sri Asih Sitepu dipercaya menjadi Sekretaris Umum, Nani Zaitun dari Komisariat Sastra USU sekarang FIB USU dipercaya menjadi Bendahara
Umum. Sementara itu Ketua Bidang Internal bernama Erwina Nasution dari Komisariat Tri Karya dan Ketua Bidang Ekternal bernama Maria Safrianti juga dari
Fakultas Sastra USU dengan jumlah pengurus sebanyak 23 orang. Untuk mempererat konsolidasi, sering dilakukan diskusi seperti topik yang sedang hangat
diperbincangkan yaitu isu kesetaraan gender di sekretariat dengan peserta KOHATI dan Bidang Pemberdayaan Perempuan sekawasan Cabang Medan. Kemudian mengisi
Up Grading KOHATI komisariat kepengurusan setelah dilantik untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari KOHATI. Hasil dari konsolidasi menimbulkan rasa
kepercayaan, ditandai dengan permintaan pengurus KOHATI Cabang Medan untuk menjadi narasumber pada forum formal yang diselenggrakan oleh KOHATI dan
Bidang Pemberdayaan Perempuan Komisariat Sekawasan Cabang Medan. Selain konsolidasi dengan pengurus, juga dilakukan dengan para senior dan alumni
KOHATI dengan tujuan untuk meminta bantuan dalam perbaikan inventaris dan pendanaan. Inventaris yang berhasil dikumpulkan berupa gorden berwarna hijau dan
karpet. Dalam Ekspansi keluar, KOHATI Cabang Medan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dengan wacana membuat POSYANDU percontohan. Tujuannya agar
POSYANDU menyediakan makanan tambahan berkualitas dan melayani masyarakat. Namun kerjasama hanya sekedar wacana dan belum terlaksanakan, dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
77 situasi Kota Medan sedang kisruh pada tahun 1998. Terjadi aksi secara massal dari
mahasiswa untuk menurunkan rezim kekuasaan Soeharto yang terkesan otoriter. Dalam keikutsertaan KOHATI dalam HMI yang tergabung dalam aksi, KOHATI
lebih memilih untuk menarik diri ke arah barisan belakang HMI. Saat itu pimpinan HMI Cabang Medan ialah Wahyu Triono, dengan bantuan Tengku Faisal dan Zainal
Abidin untuk mengerahkan massa HMI dari sekretariat menuju ke Lapangan Benteng berkumpul bersama organisasi mahasiswa lainnya untuk melakukan orasi. Situasi dan
kondisi yang sangat mencekam, Wahyu Triono mengambil sikap dengan menyuruh Nina Sufanah Hasanah untuk mengerahkan massa HMI-Wati agar berada pada
barisan belakang HMI. Lantas Nina Sufanah Hasanah melihat keadaan yang semakin berbahaya berinisiatif untuk tidak terlalu ikut pada aksi yang terlalu ekstrim
dikarenakan padatnya massa. Nina Sufanah Hasanah melihat banyak korban yang terinjak khususnya dari IAIN. Sehingga inisiatif muncul dengan kembalinya massa
HMI-Wati ke sekretariat untuk menyediakan konsumsi bagi HMI-Wan yang ikut melakukan aksi Lapangan Benteng pada Mei 1998.
84
3.2 Pola Rekruitmen KOHATI
Salah satu faktor terbesar agar organisasi tetap eksistensi ialah anggota. Maka untuk menarik mahasiswa menjadi anggota HMI terlebih dahulu dilakukan dengan
84
Wawancara dengan Nina Sufanah Hasanah merupakan Ibu Rumah Tangga yang sekarang tinggal di Banda Aceh. Wawancara dilakukan melalui telepon pada tanggal 16 April 2016, pukul 22.00
WIB.
Universitas Sumatera Utara
78 pendekatan rekruitmen dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan utuh
di kalangan mahasiswa terhadap keberdaan HMI dan KOHATI sebagai bagian integralnya sebagai mitra Perguruan Tinggi dalam mencetak kader-kader bangsa.
Strategi pendekatan emosional harus mampu menjawab kebutuhan nalar mahasiswa, minat mahasiswa, dan kesejahteraan mahasiswa. Pendekatan tersebut dapat dilakukan
lewat aktivitas dan pendekatan perorangan, dengan aksentuasi pendekatan fungsionalis masing-masing aparat HMI yang berhubungan langsung dengan basis
calon kader HMI. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk forum formal seperti Masa Perkenalan Anggota MAPERCA dan
pelatihan kekaryaan. Sebagai organisasi pengkaderan, HMI memperkenalkan proses pengkaderan
yakni Latihan Kader yang terdiri dari Latihan Kader I Basic Training, Latihan Kader II Intermediate Training dan latihan Kader III Advance Training. Latihan
Kader merupakan bagian dari kegiatan pengkaderan HMI yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan
aturan yang baku secara rasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Sesuai dengan Pedoman Dasar KOHATI pada bab V, pasal 9 mengenai anggota, bahwasahnya yang
menjadi anggota KOHATI adalah mahasiswi yang telah lulus Latihan Kader I. Sementara itu, dalam proses pengrekruitan anggota setiap KOHATI setingkat,
berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
79 Pada tingkat Komisariat, pola rekruitmen KOHATI merupakan hal yang
tersulit. Hal ini dikarenakan mencari mahasiswi Islam baru untuk direkruit menjadi kader HMI-Wati di HMI. Awalnya melakukan sosialisasi pengenalan terhadap
organisasi HMI yang secara integral memiliki KOHATI. Untuk menjadi pengurus KOHATI komisariat, syaratnya sudah lulus mengikuti jenjang formal pengkaderan
LK I di HMI. Keputusan menjadi pengurus KOHATI satu periode ke depan sesuai dengan kesepakatan antara kader atau calon kader, pengurus HMI, dan ketua
KOHATI yang terpilih. Untuk menstimulasi pengurus HMI-Wati, anggota muda dan calon anggota ingin menjadi pengurus KOHATI, maka setiap kegiatan KOHATI akan
diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan KOHATI bahkan diberikan tanggung jawab baik dari lingkup kecil hingga besar. Upaya strategi lainnya ialah sering mengadakan
diskusi terkait pentingnya perempuan dalam pergerakan dan pembangunan bangsa, peran perempuan, dan isu-isu keperempuan yang sedang berkembang. Sedangkan
secara formal, diadakan pelatihan kader seperti Latihan Khusus KOHATI, Latihan Kader Sensitif Gender LKSG, Advokasi Perempuan dan lainnya.
Pada tingkat Koordinasi Komisariat KORKOM, pola rekruitmen dilakukan dengan usulan rekomendasi dari setiap KOHATI komisariat yang berada di bawah
KOHATI KORKOM, dengan syarat anggota harus sudah lulus LK I dan Latihan Khusus KOHATI LKK. Tugas dari KOHATI KORKOM ialah untuk membantu
KOHATI Cabang dalam melaksanakan tugas. Begitu juga dengan KOHATI Cabang, pola rekruitmen berdasarkan rekomendasi dari setiap komisariat yang sudah
Universitas Sumatera Utara
80 dinyatakan lulus LK I dan LKK. Ketika sudah menjadi pengurus KOHATI Cabang,
anggota dituntut untuk melaksanakan LK II Intermediate Training bagi pengurus yang belum mengikuti.
Pada KOHATI BADKO, pola rekruitmen berdasarkan rekomendasi dari KOHATI Cabang yang berada di bawah KOHATI BADKO yang telah dinyatakan
lulus LK II dan LKK. KOHATI BADKO membantu KOHATI PB dalam melaksanakan tugasnya untuk mengkoordinir pada suatu wilayah yang telah
ditentukan. Pada KOHATI PB, pola rekruitmen dilakukan atas usulan dari KOHATI Cabang dan BADKO dengan syarat anggota sudah lulus LK III dan LKK. Tugas
KOHATI PB untuk mengkoordinir KOHATI Cabang yang ada di seluruh Indonesia, dengan dibantu oleh KOHATI BADKO wilayah tertentu.
Sudah hal lazim, KOHATI pada tingkat komisariat dilakukan pembentukan dan pembekuan KOHATI. Adanya pembentukan KOHATI didasarkan atas
kebutuhan HMI komisariat mengingat jumlah kader HMI-Wati dan untuk meningkatkan kualitas diri HMI-Wati. Pembentukan KOHATI komisariat dibentuk
oleh HMI komisariat melalui beberapa tahapan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi yang sudah diatur dalam Pedoman Dasar KOHATI. Sementara itu, pembekuan
KOHATI sering terjadi di beberapa komisariat oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya jumlah kader HMI-Wati dan terjadi konflik-konflik internal baik pada
internal kepengurusan KOHATI maupun dengan kepengurusan HMI yang sering
Universitas Sumatera Utara
81 tidak satu pemahaman. Sehingga segala aktivitas KOHATI dikembalikan kepada
Bidang Pemberdayaan Perempuan. Hal ini terjadi seperti pada HMI Komisariat Nommensen dikarenakan menurunnya jumlah kader HMI dan HMI Komisariat Sastra
USU dikarenakan terjadi konflik internal. Berdasarkan Pedoman Dasar KOHATI, keanggotaan KOHATI ialah
mahasiswi yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Namun berdasarkan realita, mengenai anggota sangat jarang dikatakan sebagai anggota KOHATI
melainkan sebagai anggota HMI dikarenakan KOHATI melakukan beragam aktivitas membawa organisasi HMI, khususnya di bidang keperempuanan. Berdasarkan
konstitusi HMI, mengenai keanggotaan terbagi atas Anggota Muda, Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan.
85
85
Anggota Muda ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training non formal HMI yakni Masa Orientasi Pengenalan MOP atau sekarang bernama Masa Perkenalan Anggota
MAPERCA sebagai tahap awal pengenalan terhadap organisasi HMI. Anggota Biasa ialah mahasiswa Islam yang sudah lulus mengikuti jenjang training LK 1. Dan Anggota Kehormatan ialah
mahasiswa yang bersedia membantu dalam aktivitas yang dilakukan oleh HMI, tetapi tidak berstatus sebagai Anggota Muda dan Anggota Biasa.
Sementara untuk masa anggota, disebut sebagai senior apabila sudah tidak mengabdikan diri sebagai kepengurusan HMI hingga selesai masa
studi selama 2 tahun sejak dinyatakan lulus sebagai sarjana strata. Namun apabila tidak sampai 2 tahun setelah lulus melanjutkan studi pada pascasarjana, maka
keanggotan tetap ada sampai 1 tahun sejak dinyatakan lulus sebagai magister. Apabila melewati batas masa senior, maka disebut sebagai alumni HMI. Dalam
penyebutan sehari-harinya, untuk di Cabang Medan senior atau alumni laki-laki
Universitas Sumatera Utara
82 disebut dengan kata “Abangnda” sedangkan untuk perempuan disebut sebagai
“Kakanda”.
3.3 Pembinaan KOHATI
Pada pembinaan KOHATI juga terdapat dalam lampiran KOHATI terkait landasan dan arah pembinaan KOHATI untuk menjawab persoalan-persoalan yang
sedang berkembang baik secara lokal dan nasional. Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah ke arah industrialisasi, dalam skala makro memperlihatkan fenomena-
fenomena kesenjangan sosial bagi pembangunan bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang merupakan refleksi dari pergumulan masyarakat untuk mencapai
cita-cita keadilan dan kemakmuran seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi objektif yang ada menimbulkan spektrum kesadaran bagi
masyarakat untuk melaksanakan realisasi dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena ketidakmerataan wawasan berfikir dikalangan masyarakat, baik akibat adanya
sistem yang kurang memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita luhur itu, maupun adanya persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan
dalam mengejar cita-cita tersebut. Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan terciptanya kondisi yang cenderung negatif, yang dapat menyebabkan
kita semakin menjauh dari cita-cita luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
83 Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk
membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya,
pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya, dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai bahwa perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk
menciptakan persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai dengan cita-cita keadilan tesebut, yang
dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung
tombak yang ofensif dalam mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia. Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan sub-sistem dalam
organisasi HMI. KOHATI merupakan suatu kekuatan yang mengemban tanggung jawab dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi. KOHATI
merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI. Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan infrastruktur yang memiliki
makna strategis dalam masyarakat, yakni sebagai “Komunitas Kaum Muslimah” yang memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya adalah mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
84 Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-
kader HMI khususnya HMI-Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan kualitas
kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya. KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia
yang mempunyai tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan. Namun
KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader meningkatkan
pembentukan kader HMI dibidang keperempuanan. Dalam rangka kualitas anggotanya maka perlu dilakukan pembinaan yang
terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu dibutuhkan pedoman pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka pembinaan yang dimaksud diatas.
Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, sehingga mempunyai
pemahaman serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.
86
86
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
85
3.3.1 Arah Pembinaan Kohati
Dalam melakukan sebuah pembinaan, butuh suatu arah agar semua hasil pembinaan yang dilakukan tetap pada satu tujuan. Arah dimaksudkan sebagai
guidancepetunjuk hendak kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam
pasal 4 AD HMI beserta tafsir penjelasannya. Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis
dalam pencapaian tujuan. Sebagai badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap anggota HMI-Wati.
Sebagai bagian integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan pada pencapaian tujuan HMI. Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan
mengenai kualifikasi kader yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI juga diarahkan pada akselerasi proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian
tersendiri oleh karena adanya kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan sebagai objek pembangunan, maka pembinaan KOHATI diarahkan pada
peningkatan kesadaran dan kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan- persoalan kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
86
3.3.2 Pola Dasar Pembinaan Kohati
Sebagai bagian integral HMI, KOHATI dalam menjalankan fungsinya harus senantiasa selaras dan serasi dengan perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI
secara khusus telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader dan pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah satu wadah
pembentukan kader. Namun demikian untuk lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai badan khusus dalam totalitas perkaderan HMI, diperlukan pula
kesamaan pembinaan KOHATI secara Nasional. Pola pembinaan ini memuat spesifikasi yang harus dimiliki HMI-Wati, dasar-dasar pembentukan serta pengabdian
KOHATI.
3.3.2.1 Kualifikasi Kader HMI-Wati
Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi Insan Cita HMI dengan seluruh turunannya. Namun secara khusus, anggota KOHATI harus
memiliki kualifikasi sebagai berikut : 1. Watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai
Islam yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan perilaku kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dan yang sadar akan kodrat
kemanusiannya yang tercermin dalam pandangan jauh ke depan terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Secara alamiah hal ini akan
Universitas Sumatera Utara
87 mampu diatasi oleh setiap manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah
terhadap persoalan-persoalan keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan.
2. Kemampuan Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan knowledge kecerdasan intelectuality dan kebijaksanaan wisdom.
3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini
ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun non- teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat tinggi.
Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan bersamaan dengan laki-
laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan
diimbangi kemampuan intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.
87
87
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
88
3.3.2.2 Dasar-dasar Pembentukan
Dasar-dasar pembentukan merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan KOHATI
khususnya. Sebagai kader HMI, HMIWati harus mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I, LK II dan LK III, maupun yang
bersifat pengembangan. Salah satu aktifitas pengembangan HMI yaitu pembinaan melalui wadah KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati khususnya melaksanakan
pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan individual dilakukan dengan berpartisipasi pada berbagai aktivitas eksternal, tentunya
dengan senantiasa membawa misi HMI. Di samping itu pengembangan individual dapat dikembangkan pada aneka macam aktivitas internal organisasi. Adapun
pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang terencana, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Pengembangan ini menekankan
terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati. Dalam pengembangan kelompok ini KOHATI mengadakan training formal,
yaitu Latihan Khusus Kohati LKK. Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan tertentu bagi kader HMI-Wati dalam bidang keperempuanan yang luas, baik dalam
pembentukan watak kepribadian, pengembangan wawasan keperempuanan maupun dalam peningkatan ktrampilan teknis. Di samping itu, pengembangan kelompok
diwujudkan pula dengan keterlibatan HMI-Wati dalam struktur kepengurusan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
89 memberikan kelebihan kepada HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan
HMI-Wati dalam struktur kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya diri serta kemampuan memperluas jaringan informasi.
88
Pengabdian KOHATI merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai pencetak muslimah sejati dalam menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai mana terurai dalam tafsir peran KOHATI pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur pengabdian KOHATI harus searah dengan
pengabdian HMI. Namun secara individual dapat disalurkan melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan, terutama dalam keluarga.
3.3.2.3 Pengabdian KOHATI
89
3.3.2 Bentuk-Bentuk Pembinaan Kohati
Korps-HMI-Wati KOHATI sebagai wadah perkaderan, membina kader HMI-Wati untuk memiliki kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas melalui
proses pembinaan. Pada awal pembentukan KOHATI dilakukan training dengan nama Up Grading sekarang bernama LKK. Adapun yang menjadi kurikulum
training dilaksanakan dengan dasar kaderisasi HMI tingkat Intermediate Training ditambah dengan materi kewanitaan. Adapun materi training tersebut ialah:
88
Ibid.
89
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
90 a.
Tokoh Perempuan b.
Islam dan Pancasila c.
Leadership kepemimpinan d.
Metode Diskusi e.
Nilai Dasar Perjuangan f.
Komunikasi dan Administrasi g.
Kemahasiswaan h.
Tuntunan Dasar Organisasi i.
Psikologi Wanita j.
Taktik Persidangan k.
Munakahat
90
l. Tauhid
m. Keluarga berencana
n. Human Relation
91
o. Ummahatul Mukminin
92
p. Kekohatian
93
90
Munakahat ialah aturan menikah menurut syariat Islam.
91
Human Relation adalah hubungan antara manusia terkait interaksi sosial dan pengupayaannya dalam manajemen.
92
Ummahatul Mukminin adalah kehidupan para istri Nabi SAW.
93
Ida Ismail Nasution, Op.Cit., hlm. 64.
Universitas Sumatera Utara
91 Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan terhadap training-
training. Ada penambahan kursus-kursus dan beberapa materi training yang diubah sesuai dengan kondisi zaman. Adapun model pelatihan yang dapat dilakukan oleh
KOHATI adalah: Model Non-Formal : Latihan Khusus KOHATI
Model Non-formal Non LKK : a. Latihan Kader Sensitif Gender LKSG.
b. Publik Relation. c. Studi Islam Intensif.
d. Advokasi Perempuan. e. Pelatihan Kewirausahaan.
f. Up Grading Kepengurusan. Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk
mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan, yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan
menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri. Latihan Khusus KOHATI LKK ini dimaksudkan sebagai
langkah awal membangun kesadaran maupun membuka wawasan kader HMI-Wati untuk keluar dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan
gender, serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam konteks idealisasi yang ingin dibangun oleh HMI. Sedangkan training Non-formal dilakukan
oleh KOHATI dapat diikuti oleh seluruh kader HMI, baik HMI-Wan maupun HMI- Wati untuk mendapatkan pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan perempuan
serta upaya teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.
94
94
Pedoman Dasar KOHATI, Op.Cit.
Universitas Sumatera Utara
92
3.4 Struktur Kepengurusan KOHATI
Di dalam sebuah organisasiwadahperkumpulan membutuhkan sebuah struktur kepengurusan. Struktur organisasi adalah bagan atau kerangka antar
hubungan dari satuan-satuan organisasi atau bidang-bidang kerja yang di dalamnya terdapat pimpinan, tugas dan wewenang serta peran masing-masing personalia dalam
totalitas organisasi. Dalam hal ini sangat berguna dalam pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidangnya, sehingga akan totalitas dalam bekerja.
Secara sistematis tugas, pokok dan fungsi akan dilakukan tanpa ada saling melempar, sehingga segala sesuatunya dapat dipertanggung jawabkan pada orang atau bidang
yang tepat. KOHATI merupakan sub-organisasi dari HMI, membutuhkan kepengurusan
khusus untuk melancarkan proses aktivitas pengkaderan dan aktivitas lainnya terkait dengan keperempuanan baik secara internal dan eksternal. Di dalam pembagian tugas
KOHATI, pengelompokkan tugas yang sejenis dan menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang personalia pengurus. Adapun perincian tugas dari
setiap personalia pengurus KOHATI pada umumnya di Cabang Medan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
93
Ketua Umum
Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugastugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada
tingkat nasional maupun internasional.
Ketua Bidang Intern
Ketua Bidang Intern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.
Ketua Bidang Ekstern Ketua Bidang Ekstern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh
pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern. Dalam menjalankan tugasnya sehari- hari dibantu oleh Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan pengurus
lainnya.
Sekretaris Umum
Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang kesekretariatan baik data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan
pihak ekstern di tingkat nasional maupun internasional. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh Wakil Sekretaris Umum yang mengelola dan menyimpan
data sementara pada bidangnya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
94
Wakil Sekretaris Umum Intern Wakil Sekretais Umum Intern yaitu bertugas atas nama Sekretaris Umum
untuk kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh bidang intern meliputi kegiatan-kegiatan di dalam organisasi terkait KOHATI, kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris Umum
setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.
Wakil Sekretaris Umum Ekstern Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk
kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. Bertanggung jawab untuk mengelola dan menyimpan data sementara kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh bidang ekstern meliputi kegiatan-kegiatan di luar organisasi terkait keperempuanan, kemudian akan diserahkan kepada Sekretaris
Umum setelah dipertanggung jawabkan untuk dilakukan pengarsipan data dan pustaka, sehingga menjadi arsip KOHATI.
Bendahara Umum Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di
bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. Dalam
Universitas Sumatera Utara
95 menjalankan tugasnya sehari-hari akan dibantu oleh seorang Wakil Bendahara Umum
sesuai dengan kesepakatan tugas yang sudah rencanakan.
Wakil Bendahara Umum Wakil Bendahara Umum adalah bertugas atas nama Bendahara Umum dalam
pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. Dalam menjalanakan aktivitas sehari-hari, membantu Bendahara Umum
dalam melakukan tugas, sesuai dengan apa yang diperintahkan.
Departemen Pendidikan dan Latihan Departemen Pendidikan dan Latihan bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan dan pelatihan. Biasanya,
departemen ini menyelenggarakan pembinaan serta pengkaderan KOHATI, seperti kegiatan latihan training KOHATI yaitu Latihan Kepemimpinan KOHATI LKK,
Up Grading di komisariat dan lainnya.
Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan yaitu bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan
sumber daya perempuan.
Departemen Informasi dan Komunikasi Departemen Informasi dan Komunikasi yaitu bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang informasi dan komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
96 Biasanya, departemen ini melakukan tugasnya dengan mencari informasi terkait isu
keperempuanan, ke-HMIan, Ke-Islaman, dan ke-indonesiaan, bahkan isu-isu yang sedang berkembang. Kemudian juga membangun dan menjalin komunikasi dari pihak
dalam maupun luar.
Departemen Hubungan Antar Lembaga Departemen Hubungan Antar Lembaga yaitu bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang hubungan antar lembaga. Biasanya departemen ini, mencari, membangun serta menjalin komunikasi dengan
lembaga-lembaga lain untuk menciptakan sebuah hubungan baik sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan bersama.
Departemen Administrasi dan Kesekretariatan Departemen Administrasi dan Kesekretariatan yaitu bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang administrasi dan
kesekretariatan. Biasanya departemen ini, melakukan tugas di bidang administrasi
dan kesekretariatan, seperti membuat masing sebagai papan informasi. Departemen Logistik
Departemen Logistik adalah bertugas atas nama Bendahara Umum dalam
pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. Dalam menjalanakan aktivitas sehari-hari, membantu Bendahara Umum dan
Universitas Sumatera Utara
97 Wakil Bendahara Umum dalam melakukan tugas, sesuai dengan apa yang
diperintahkan. Struktur kepengurusan KOHATI Cabang Medan disesuaikan dengan
kebutuhan pengurus pada periode tersebut. Adapun bagan struktur kepengurusan KOHATI Cabang Medan pada umumnya ialah:
Universitas Sumatera Utara
98
Universitas Sumatera Utara
99 KOHATI merupakan sub-organisasi HMI. Maka di dalam struktur
kepengurusan di HMI, KOHATI berperan sebagai Bidang Pemberdayaan Perempuan ialah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
100
Keterangan:
: Merupakan garis intruksi - - - - - : Merupakan garis koordinasi
Kabid : Ketua Bidang
Wasekum : Wakil Sekretaris Umum
PA : Pembinaan Anggota
PAO : Pembinaan Aparatur Organisasi PTKP : Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pengembangan Profesi
KPP : Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
PPD : Partisipasi Pembangunan Daerah
PU : Pemberdayaan Umat
HAM LH : Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup PP
: Pemberdayaan Perempuan Dalam kepengurusan HMI Cabang Medan, Ketua Umum KOHATI terletak
pada Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, Sekretaris Umum KOHATI terletak pada Wakil Sekretaris Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan, sedangkan
Bendahara Umum terletak pada Wakil Bendahara Umum serta Ketua Bidang KOHATI terletak pada departemen-departemen Bidang Pemberdayaan Perempuan.
Universitas Sumatera Utara
101
BAB IV KONTRIBUSI KOHATI CABANG MEDAN 1966-1998