108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
KOHATI merupakan badan khusus HMI yang secara integral tidak dapat terpisahkan. Secara nasional, KOHATI lahir pada tanggal 17 September 1966 Masehi
bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1936 Hijriah pada kongres ke VIII di Solo dengan Ketua Umum PB HMI bernama Nurcholis Majid Cak Nur. Sebelum lahir secara
nasional, kata COHATI tercetus dari Dahlan Ranuwiharja kader dari Cabang Jakarta, terlebih dahulu membentuk KOHATI pada forum Musyawarah Kerja Departemen
Keputrian dan disepakati bersama mengingat pentingnya perluasan pergerakan perempuan, membantu dalam tujuan HMI terkhususnya pada bidang pemberdayaan
perempuan dan meningkatkan kualitas serta peranan HMI-Wati. Ketika kongres akan dilaksanakan, HMI Cabang Medan mengupayakan
beberapa kader HMI untuk mengikuti kongres dengan meminta bantuan dana kepada Gurbernur, Panglima dan KOANDA. Sehingga dapat memberangkat 40 orang dari
Sumatera Bagian Utara dengan kapal, dan 8 diantaranya merupakan kader HMI-Wati diantaranya Nurhadjijah Lubis, Djanius Djamin, Siti Tirena, Riati dan lainnya.
Mengingat pada kongres tersebut akan membentuk komisi pembentukan KOHATI melalui Musayawarah Nasional MUNAS I KOHATI. Dalam musyawarah tersebut
terdapat perdebatan mengenai nama “Corps HMI-Wati” COHATI atau “Corps
Universitas Sumatera Utara
109 HMI-Putri” COHATRI dan akhirnya memutuskan nama COHATI berdasarkan
rasionalisasi yang tepat dari salah satu peserta. Kembalinya dari Solo, selang beberapa hari diresmikanlah KOHATI Cabang
Medan di Sekretariat Jalan Selamat dengan Djanius Djamin secara otomatis menjadi Ketua Umum dan langsung menyusun jajaran kepengurusan presidium dan
departemen. Ketika itu Ketua Umum HMI Cabang Medan ialah Zakaria Siregar. Para HMI-Wan mendukung secara penuh terbentuknya KOHATI Cabang Medan
mengingat peran aktif dari HMI-Wati dalam Penumpasan Gerakan 30 September 1965 serta jumlahnya yang semakin meningkat akan sulit menampung aspirasi
seluruh HMI-Wati, sehingga dibutuhkan wadah khusus pembinaan agar lebih terfokus dan terarah bahkan mencetak kader HMI-Wati yang berkualitas dan dapat
melebarkan peranannya. Setelah KOHATI Cabang Medan terbentuk, ragam aktivitas mulai melebar
dimana yang biasanya hanya menyediakan teh, mengatur telapak meja, dan menanam bunga, mulai merambah pada diskusi mengenai peran perempuan dalam domestik
dan publik. Pada domestik terkait perannya menjadi putri, calon istri dan calon ibu, sedangkan pada sektor publik terkait perannya sebagai professional, dalam
masyarakat. Kepemimpinan berlanjut sering melakukan kegiatan baik di internal dan eksternal, seperti di internal mengadakan lomba-lomba dalam memperingati dies
natalis KOHATI, training dan khursus-khursus KOHATI. Bersama HMI, mengambil
Universitas Sumatera Utara
110 perannya dalam kewanitaan terjadi saat melaksanakan kegiatan Study Work Camp,
untuk mensosialisasikan mengenai peran perempuan dan kesehatan reproduksi. Tidak jarang pula konflik di internal sering terjadi akibat ketidakpercayaan atas
kepengurusan KOHATI Cabang Medan. Pada tahun 1970, terbentuklah BKOW merupakan gabungan organisasi perempuan di Sumatera Utara dan KOHATI menjadi
bagian di dalamnya, sehingga turut ikut dalam aktivitas yang diselenggarakan oleh BKOW sebagai bentuk kegiatan eksternal KOHATI.
Pada tahun 1998, ketika KOHATI dipimpin oleh Nina Sufanah terjadi kisruh penurunan rezim Soeharto dimana mahasiswa turut bergerak dalam melakukan aksi
demonstrasi secara besar-besaran dan membahayakan. HMI sebagai organisasi juga ikut melakukan demonstrasi di Lapangan Benteng. Melihat banyaknya korban
berjatuhan karena terinjak oleh padatnya massa, maka KOHATI Cabang Medan menarik diri ke barisan belakang HMI dan bahkan kembali ke sekretariat untuk
menyediakan makanan dan minuman bagi para HMI-Wan setelah aksi selesai.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis sangat menyarankan bagi Pengurus KOHATI Cabang Medan agar lebih sering menyelenggarakan kegiatan
training dan khursus-khursus KOHATI dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri dan peranan sehingga nantinya akan siap terjun ke dalam masyarakat. Dalam
Universitas Sumatera Utara
111 training LKK, sebaiknya diberikan pemahaman mengenai sejarah lahirnya KOHATI,
agar pengurus KOHATI ditingkat komisariat sampai cabang mengetahui betul mengenai KOHATI. Mengingat kondisi sekarang, hampir tidak adanya arsip di
Sekretariat sebaiknya selama periodesasi KOHATI diarsipkan secara benar dengan tujuan untuk ke pengurus ke depannya dapat melihat aktivitas apa saja yang pernah
dilakukan oleh KOHATI, apabila baik maka bisa diteruskan dan sebaliknya apabila tidak baik maka bisa menjadi cerminan.
Munculnya konflik-konflik internal yang terjadi dikarenakan kurangnya konsolidasi antara sesama pengurus KOHATI Cabang dengan KOHATI atau Bidang
Pemberdayaan Perempuan di komisariat. Maka dari itu, dipandang perlu melakukan ragam aktivitas secara rutinitas yang melibatkan kader HMI-Wati dari komisariat,
seperti diskusi dan pengajian. Bahkan perlu diadakan silahturahmi dengan alumni HMI-Wati yang tergabung dalam FORHATI untuk menceritakan mengenai KOHATI
Cabang Medan ke depannya agar lebih baik dari yang sebelumnya. Bercermin dari Ketua KOHATI Cabang Medan yaitu Hasriani Daulay atas kebijaksanaannya dalam
mengupayakan konsolidasi dan mempermudah tugas pengurus, maka dipandang perlu memperingati Dies Natalis KOHATI ke-50 yang jatuh pada tanggal 17 September
2016 dengan melibatkan seluruh KOHATI atau Bidang Pemberdayaan Perempuan dalam raga kegiatan untuk ditangani oleh komisariat yang memiliki bakat serta
kemampuan, sehingga secara tidak langsung KOHATI telah melaksanakan usahanya dalam mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati.
Universitas Sumatera Utara
112 Pada bidang eksternal, sebaiknya menjalin kerjasama dengan organisasi
perempuan lainnya serta instansi yang dapat membantu dalam memberikan solusi terhadap permasalahan perempuan yang sedang marak terjadi.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KORPS HMI-WATI KOHATI