2.3 Jenis Kecemasan Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
21
1 Kecemasan Realitas atau Objektif
Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik dan bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang
mengancam di dunia nyata. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku bagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan yang bersumber dari realitas
ini menjadi ekstrim.
3,11,21
2 Kecemasan Neurosis
Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara keinginan instingual dan realita. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman
seseorang yang terkait dengan hukuman yang maya atau khayalan dari orang tua atau orang lain yang mempunyai otoritas secara maya pula.
21,22
Freud membagi kecemasan neurosis menjadi tiga bagian yang berbeda, diantaranya; pertama, kecemasan yang didapat karena adanya faktor dalam dan luar
yang menakutkan, kedua, kecemasan yang terkait dengan objek tertentu yang bermanifestasi seperti phobia, dan ketiga, kecemasan neurotik yang tidak
berhubungan dengan faktor-faktor yang berbahaya dari dalam dan luar.
21
3 Kecemasan Moral
Kecemasan ini dirasakan ketika ancaman datang bukan dari luar, dari dunia fisik, tapi dari dunia superego yang telah terinternalisasikan ke dalam diri seseorang.
Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi.
3,11,21
Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu.
Kecemasan memberikan peringatan pada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan hilang secara
keseluruhan.
21
Universitas Sumatera Utara
2.4 Mekanisme Kecemasan
Studi terbaru menunjukkan bahwa 3 bagian utama pada otak bertanggung jawab untuk mengatur kecemasan. Prefrontal pada korteks serta amigdala dan hipotalamus
pada subkorteks. Subkorteks bertanggung jawab untuk memulai dan mengendalikan keadaan kecemasan fisiologis dan fungsi homeostatis. Korteks bertanggung jawab
terhadap stresor dalam memahami, menafsirkan, memulai dan mengkoordinasikan keadaan.
23
Proses integrasi pada pusat otak dalam menangani stres dimulai dari korteks ketika individu pertama kali merasakan stresor. Khususnya, prefrontal pada korteks
yang terlibat dalam evaluasi kognitif dari stresor kemudian menuju struktur subkortikal dan mengaktifkan aktifitas otot Gambar 7. Amigdala pada sistem limbik
bertanggung jawab atas timbulnya rasa takut. Sedangkan hipotalamus telah lama dikenal sebagai organ vital dalam mengatur respons kecemasan dan bertanggung
jawab untuk mengaktifkan sistem otonom dan sistem endokrin. Hipotalamus menghubungkan antara kedua sistem tersebut.
23
Gambar 7. Sistem aktifasi retikular
23
Korteks mengontrol potensi otot rangka dan frekuensi gelombang otak. Frekuensi gelombang beta dapat meningkat pada saat dibawah tekanan. Pada keadaan
rileks, gelombang teta dan alpha lebih dominan.
23
Universitas Sumatera Utara
Pada stimulasi hipotalamus menghasilkan integrasi antara emosi dengan respons tingkah laku, baik otonom atau skeletal. Fungsi utama dari hipothalamus
selama kecemasan adalah mengatur sistem otonom dan endokrin. Hipothalamus terletak dibawah thalamus didasar otak depan. Hipotalamus memiliki hubungan
langsung dengan kelenjar pituitary, struktur limbik, korteks dan thalamus. Hipothalamus dan hipofisis juga dipengaruhi oleh berbagai hormon dari kelenjar
endokrin.
23
Hipothalamus berhubungan dengan pituitari melalui dua jalur. Yang pertama adalah koneksi endokrin pada lobus anterior, yang kedua adalah melalui koneksi saraf
melalui lobus posterior. Pada dasarnya, hipothalamus memiliki dua lobus yang berkaitan dengan regulasi gairah. Lobus anterior lateral menghambat sistem saraf
simpatik dan mengaktifkan pelepasan hormon dari hipofisis, lobus posteromedial memiliki efek yang sebaliknya.
23
Pada sistem saraf otonom memiliki dua bagian penting dalam mengontrol tingkat kecemasan fisiologis. Sistem saraf otonom memiliki dua cabang utama yaitu
sistem saraf parasimpatis dan sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis merespons stres dan parasimpatis merespons relaksasi. Simpatis lebih dominan selama keadaan
stres, mempersiapkan seseorang untuk melawan atau menolak. Aliran darah dialihkan dari organ pencernaan ke peningkatan otot dan peningkatan denyut jantung. Selama
keadaan rileks parasimpatik yang lebih dominan, untuk mempersiapkan individu dalam penyembuhan dan penenangan.
23
Efek utama sistem saraf simpatis adalah
23
1. Meningkatnya aliran darah ke otot rangka,
2. Meningkatnya ketegangan otot,
3. Meningkatnya kecepatan nafas,
4. Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah,
5. Meningkatnya pengeluaran keringat,
6. Meningkatnya konduktifitas kulit,
7. Meningkatnya motilitas usus,
8. Meningkatnya pengeluaran saliva
Universitas Sumatera Utara
Efek utama sistem parasimpatis adalah
23
1. Menurunnya alirah darah ke otot rangka,
2. Menurunnya ketegangan otot,
3. Menurunnya kecepatan nafas,
4. Menurunnya denyut jantung dan tekanan darah,
5. Menurunnya pengeluaran keringat,
6. Menurunnya konduktivitas kulit,
7. Menurunnya motilitas usus,
8. Menurunnya pengeluaran saliva
Berdasarkan mediator kimiawi yang dilepaskan, sistem saraf otonom dapat dibagi menjadi divisi kolinergik dan noradrenergik. Divisi noradrenergik melepaskan
impuls sebagai kesatuan dalam keadaan cemas. Pelepasan impuls ini untuk menyiapkan individu menghadapi keadaan darurat. Kegiatan noradrenergik
menyebabkan relaksasi akomodasi dan dilatasi pupil, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah, serta menyempitkan pembuluh darah di kulit
Gambar 8. Lepas-muatan noradrenergik juga menurunkan ambang di formasio retikularis meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan kadar glukosa plasma
serta asam lemak bebas.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Aktifitas saraf simpatis dan parasimpatis saat merespons kecemasan
23
2.5 Perubahan Tanda Vital Akibat Kecemasan