2.5.1 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri, yang terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan
puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Hasil dari pemeriksaan
tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa mm Hg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 12080.
24,28
Pengukuran tekanah darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya
sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Pada metode tidak langsung, menggunakan
sphygmomanometer yang dililitkan disekitar lengan atau area lipatan siku dan stetoskop diletakan diatas arteri brankialis di siku Gambar 9. Manset secara cepat
dipompa sampai besar tekanan didalamnya melebihi besar perkiraan tekanan sistolik di arteri brankialis. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan.
Ketika tekanan sistolik arteri tepat melampaui tekanan manset, setiap denyut jantung menyebabkan semburan darah yang melewati arteri dan secara sinkron dengan tiap
denyut, terdengar bunyi ketukan atau detak dibawah manset melalui stetoskop Gambar 10. Tekanan manset pada saat bunyi pertama kali terdengar adalah tekanan
sistolik. Saat tekanan semakin menurun, suara menjadi lebih keras, lalu menjadi tidak jelas dan samar-samar. Bunyi ini ada bunyi korotkoff yang merupakan tekanan
diastolik.
24,28
Gambar 9. Pemeriksaan tekanan darah
29
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Alat-alat pemeriksaan tekanan darah Stestoskop dan sphygmomanometer air raksa
29
Tekanan darah dapat di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah kecemasan. Hal ini dikarenakan tekanan darah pada sistem kardiovaskular di atur
oleh sistem saraf otonom. Kecemasan merupakan sifat subjektif dan secara sadar disertai perangsangan sistem saraf otonom yang dapat meningkatkan tekanan darah,
denyut jantung dan respirasi. Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan tekanan darah merupakan respons fisiologis dan psikologis dari kecemasan. Kedua
hal ini saling berhubungan sebagai dampak dari perubahan psikologis yang akan mempengaruhi fisiologis, begitu pula sebaliknya. Apabila pasien mengalami
kecemasan maka akan berdampak pada peningkatan tekanan darah. Hal ini dikarenakan pusat pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem syaraf, sistem
humoral dan sistem hemodinamik.
30-5
Menurut Salan, pada kecemasan sedang terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus meninggi sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan
Universitas Sumatera Utara
terlihat tekanan darah meninggi. Pada sistem saraf yang salah satunya dilakukan oleh hipotalamus, akan berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang
berhubungan dengan pengaturan kardiovaskuler. Rangsangan pada hipothalamus anterior menyebabkan penurunan tekanan darah dan bradikardi sedangkan
rangsangan pada hipothalamus posterior dapat meningkatkan tekanan darah dan takikardi.
30-5
Teori menurut Cannon, menyatakan bahwa kecemasan akan menimbulkan respon “fight or flight”. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri,
dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekan darah sistolik. Sedangkan fight
merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan meyebabkan sekresi nonadrenalin rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik
maupun diastolik.
30-5
Kecemasan akan merangsang respons hormonal dari hipothalamus yang akan mensekresi CRF Corticotrophin-Releasing Factor yang menyebabkan sekresi
hormon-hormon hipofisis. Salah satu hormon tersebut adalah ACTH Adreno Corticotrophin Hormon. Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk
mensekresi kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan mengakibatkan peningkatan rennin plasma, angiotensin II, dan peningkatan
kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
30-5
2.5.2 Denyut Nadi