ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BANDARJO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

(1)

i

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Samsul Ma arif NIM. 7450408038

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui, Pembimbing I

Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. NIP. 195206221976122001

Pembimbing II

Kusumantoro S.Pd. M.Si NIP. 197805052005011001

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr.Hj . Sucihatiningsih DWP, MSi. NIP.196812091997022001


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui :

PERNYATAAN PERNYATAAN

Pembimbing I

Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. NIP. 195206221976122001

Pembimbing II

Kusumantoro S.Pd., M.Si. NIP. 197805052005011001

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si. NIP.196603081989011001

Penguji Skripsi

Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si. NIP. 197705022008122001


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang,

Samsul Ma arif NIM. 7450408038


(5)

v

“Tidak ada rahasia untuk berhasil. Berhasil itu mampu berlangsung karena adanya persiapan, kerja keras serta akan studi dari kegagalan. Berhenti bercita cita merupakan tragedi terbesar di dalam hidup manusia (Nayla)

PERSEMBAHAN:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran atas skripsi ini;

2. Untuk Bapak dan Ibu yang selalu menyayangiku dan memberi dukungan moril maupun materiil.


(6)

vi

Samsul Ma arif. 2013 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang . Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dra.Y. Titik Haryati, M.Si. II. Kusumantoro, S.Pd., M.Si.

Kata Kunci : Modal, Lokasi Berdagang, Kondisi Tempat Berdagang, Pendapatan Pedagang Pasar.

Pasar tradisional sampai sekarang masih menjadi pusat kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Di pasar, seseorang bisa mendistribusikan produk-produk yang dihasilkannya untuk dijual, dengan kegiatan tersebut para penjual bisa memperoleh pendapatan setiap harinya, sehingga bisa mensejahterakan hidupnya sekaligus bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat disekelilingnya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah berapa besar pengaruh modal berdagang, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang?

Populasi penelitian yaitu pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 958 pedagang pasar. Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan berjumlah 90 pedagang pasar. Data yang digunakan berupa data primer yang diambil dengan metode angket. Dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji hipotesis secara parsial (uji t), uji hipotesis secara simultan (uji F) dan koefisien determinasi ganda padalevel significance 5%.

Hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa nilai modal berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Lokasi berdagang berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kondisi tempat berdagang berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hasil uji hipotesis secara serempak (uji F) dapat diketahui bahwa modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang secara simultan berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil perhitungan dengan uji koefisien determinasi ganda dapat diketahui bahwa modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen pendapatan pedagang pasar sebesar 52,8%, sedangkan sisanya sebesar 47,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain.

Simpulan dari penelitian ini adalah variabel modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan pada besarnya variabel pendapatan pedagang pasar. Faktor yang paling besar berpengaruh pada pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang adalah modal berdagang. Saran penelitian ini sebaiknya dalam menghasilkan pendapatan berdagang tidak dilihat dari modal, lokasi, kondisi tempat berdagang, tetapi bisa dilihat dari harga yang ditawarkan, jika barang dagangan kita lebih murah maka konsumen lebih tertarik dan akan membelinya secara terus-menerus.


(7)

vii Co Advisor Kusumantoro, S.Pd., M.Si.

Keywords: Capital, The Location Of Business, The Condition Of A Trading Place, Income Market Traders.

Traditional market until now is still a center of economic activities which are very important for some communities in Indonesia. In the market, a person may distribute products that it produces for sale, with the activities of the sellers can earn income every day, so that it can prosper his life as well as economic growth could improve the community around her. The formulation of the problem examined in this study is how large the influence of trade, capital trading, trading conditions of revenue traders market Bandarjo Ungaran, Semarang Regency?

Population research namely market traders Bandarjo Ungaran, Semarang Regency as much as 966 traders market. The number of samples obtained on the basis of predetermined criteria were 90 traders market. The Data used in the form of primary data taken with question form methods. By using multiple regression analysis techniques, test the hypothesis partially (t-test), hypothesis test simultaneously (F test) and the coefficient of determination of double significance level at 5%.

Hypothesis test results partially (t test) shows that the value of capital significantly influential in revenues the merchant market, with a value of significance of 0.000. The location of significant income at influential trade merchants market, with a value of significance of 0.000. Trading conditions significantly influential on revenue traders market with a value of 0.001 significance. Simultaneous hypotheses test results (test F) may note that the location of capital, trade, trading conditions simultaneously of significant effect on revenue traders market with the value significance of 0.000. The results of the calculation with the determination of the coefficient of test doubles can note that the location of capital, trade, trading conditions affect the dependent variables simultaneously revenue market traders of 52,8%, while the rest amounted 47,2% are caused by other factors.

A summary of this research is the variable capital, the trade, trading conditions simultaneously (together) had a significant influence on the magnitude of the variable income market traders. The most influential factors on revenue traders market Bandarjo capital is Ungaran, Semarang Regency trade. This advice should be studies in income-generating trade is not visible from the capital, location, condition of the trade, but it can be seen from the price offered, if our merchandise is cheaper then the consumers are more interested and will buy them on an ongoing basis.


(8)

viii

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa dorongan dari banyak pihak, skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan penulis melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati. 5. Kusumantoro, S.Pd., M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan moral sehingga membuat penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh jajaran Dosen dan karyawan Jurusan EP dan FE UNNES.

7. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten


(9)

ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf dan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang,

Samsul Ma arif NIM. 7450408038


(10)

x

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

SARI ... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Pasar ... 10

2.1.1 Definisi Pasar... 10

2.1.2 Pasar Menurut Jumlah Penjual dan Pembeli ... 11

2.1.3 Fungsi Pasar ... 12


(11)

xi

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan... 17

2.6 Keuntungan Maksimum... ... 16

2.7 Modal . ... 20

2.8 Lokasi... 22

2.9 Penelitian Terdahulu. ... 24

2.10 Kerangka Berpikir... ... 26

2.11 Hipotesis... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Populasi .. ... 29

3.2 Sampel ... 29

3.3 Sumber Data... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Variabel Bebas ... 32

3.4.2 Variabel Terikat ... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5.1 Wawancara ... 34

3.5.2 Observasi... 34

3.5.3 Metode Kuesioner ... 34

3.5.4 Metode Dokumentasi ... 35

3.6 Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.6.1 Validitas ... 36

3.6.2 Reliabilitas ... 37

3.7 Metode Analisis Data ... 38

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 38


(12)

xii

3.7.4. Koefisien Determinasi... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

4.1 Letak Geografis Kabupaten Semarang ... 43

4.1.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang ... 45

4.1.2 Perekonomian Kabupaten Semarang ... 45

4.2 Keadaan Umum Pasar Bandarjo ... 47

4.3 Profil Responden ... 48

4.3.1 Usia ... 48

4.3.2 Pendidikan... 49

4.3.3 Jenis Kelamin ... 49

4.4 Hasil Penelitian ... 50

4.4.1 Metode Analisis Data ... 50

4.4.1.1 Normalitas Data ... 50

4.4.1.2 Uji Linieritas ... 52

4.4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.4.1.4 Analisis Regresi Berganda ... 57

4.4.1.5 Uji hipotesis ... 59

4.4.1.5.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji f) ... 59

4.4.1.5.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 60

4.4.1.5.3 Koefisien Determinasi Ganda ... 62

4.4.1.5.4 Koefisien Determinasi Parsial... 62

4.5 Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 68

5.1 Simpulan . ... 68

5.2 Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA . ... 70


(13)

xiii

1.2 Jumlah Kios di Pasar Bandarjo Ungaran ... .5

1.3 Jumlah Los di Pasar Bandarjo Ungaran ... .5

1.4 Pembayaran Pajak Retribusi Pasar Bandarjo ... .6

3.1 Hasil Penarikan Sampel ... .31

4.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang Tahun 2007-2011 44 4.2 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang... .46

4.3 Jumlah Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran ... .47

4.4 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Menurut Usia... .48

4.5 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Pendidikan... .49

4.6 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin ... .50

4.7 Hasil Uji Normalitas Data... .51

4.8 Hasil Uji Linieritas ... .53

4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... .55


(14)

xiv

4.14 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... .60

4.15 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)... .61

4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Ganda... .62


(15)

xv

2.1 Hasil Ongkos Tetap... .19 2.2 Hasil Penjualan Marginal dan Kenaikan Ongkos Total .19 2.3 Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal ... .23 2.4 Kerangka Berpikir ... .27 4.1 Hasil Uji Normalitas Data dengan Menggunakan P-plot... 52


(16)

xvi

Lampiran Halaman

1. Validitas dan Realibilitas ... 73

2. Data Hasil Penelitian... 75

3. Kuesioner Penelitian ... 79

4. Hasil Analisis Data... 83

5. Foto-foto pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang . ... 89


(17)

1

Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia berjuang untuk tetap bertahan hidup dan mengatasi masalahnya dengan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga dan pikiran yang dimilikinya, serta tersedianya modal yang ada pada diri serta lingkungannya. Di kota maupun desa, samasama tidak mudah untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu untuk kebutuhan seharihari mengingat kebutuhan manusia yang semakin tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan seharihari manusia tidak bisa sendiri dalam mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu, seseorang harus mencari atau membeli barang yang sudah diperjual belikan ditempat tersebut. Seperti pasar contohnya, di pasarlah seseorang akan menemukan berbagai kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, dan sebagainya.

Pasar dapat berbentuk sebuah kegiatan ekonomi maupun sebagai pusat kegiatan budaya. Pasar tradisional di mata orang identik dengan tempat yang kotor dan bau. Inilah yang menjadi masalah besar terhadap para calon pembeli untuk mencari kebutuhannya di pasar. Tetapi dari kelemahan tersebut, pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasar modern yaitu pembeli bisa melakukan tawar-menawar terhadap suatu barang yang diinginkannya. Selain itu, di pasar tradisional juga dapat menjalin keakraban antara para penjual dan pembeli.


(18)

Dalam ilmu ekonomi kita bicara tentang pasar jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang mau membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga tertentu (Gilarso, 1992: 154). Di pasar banyak terdapat para pembeli dan penjual yang sedang melakukan transaksi, para penjual yang menyediakan dan menjual dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan serta produk-produk yang banyak jenisnya. Di sinilah terjadinya kegiatan ekonomi yaitu penjual yang sibuk menawarkan berbagai barang yang dijualnya dan para pembeli yang sibuk dengan barang yang dibutuhkannya. Dengan cara tersebut, penjual akan mendapatkan uang dari hasil penjualan.

Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan pedagang pasar yaitu modal. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam suatu produksi. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya, akan memungkinkan suatu unit penjualan dengan banyak jenis produk. Dengan cara itu, pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin besar. Akan tetapi, pasar tradisional mayoritas pedagangnya berasal dari masyarakat menengah kebawah. Jadi, dalam mendapatkan suatu modal kebanyakan para pedagang masih mengandalkan hasil pertanian maupun ketrampilannya saja. Padahal jika para pedagang pasar tersebut ingin menambah modal, para pedagang bisa meminjam modal tersebut di bank atau BPR. Pedagang harus pintar-pintar atau berani dalam menentukan modal, karena ketersediaan modal yang dimiliki akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan mereka.

Selain modal, pemilihan lokasi juga sangat penting dalam suatu penjualan. Lokasi sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan. Lokasi yang strategis


(19)

merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi. Lokasi yang cocok dijadikan tempat berdagang karena berhubungan langsung dengan konsumen yaitu lokasi yang mudah dijangkau, lokasi yang mudah dilihat oleh para calon pembeli, serta lokasi yang sering dilalui oleh para konsumen yang biasanya berdekatan dengan jalan masuk. Seperti pasar contohnya, pasar adalah salah satu lokasi yang baik untuk dijadikan tempat usaha berjualan, karena di pasar banyak para konsumen berdatangan.

Dengan memilih lokasi yang tepat, para pedagang pasar akan mudah untuk menjual atau menawarkan berbagai barang yang dijualnya kepada para calon pembeli, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Jadi, dengan pemilihan lokasi yang tepat itulah, pedagang atau penjual di pasar akan mendapatkan pendapatan yang maksimal.

Pasar tradisional sampai sekarang masih menjadi pusat kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Namun, berbagai masalah muncul karena semakin terpinggirnya pasar tradisional dengan hadirnya pasar modern, seperti di Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang yang keberadaannya diapit oeh dua pasar modern. Pasar tradisional seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah dengan mengajak masyarakat untuk selalu mencintai produk-produk olahan sendiri. Di pasar, seseorang bisa mendistribusikan produk-produk yang dihasilkannya untuk dijual dan para penjual tersebut bisa memperoleh pendapatan, sehingga bisa mensejahterakan hidupnya sekaligus bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekelilingnya.


(20)

Di pasar, terdapat banyak penjual yang saling bersaing. Tujuan para penjual atau pedagang sama-sama mencari laba atau keuntungan. Kegiatan itulah yang menjadi sumber pendapatan bagi mereka.

Pasar Bandarjo terletak di Jalan Gatot Subroto Ungaran merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Semarang. Jalan Gatot Subroto merupakan jalan arteri primer arah Semarang-Solo. Letaknya yang strategis menjadikan Pasar Bandarjo Ungaran banyak didatangi pengunjung dari dalam maupun luar kota. Luas pasar mencapai 6.132 m2 dengan terdapat berbagai kios dan los beserta fasilitas-fasilitas umum di dalamnya seperti mushola, MCK, dan tempat parkir. Berikut ini merupakan jumlah kios dan los di Pasar Bandarjo Ungaran yang sudah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Semarang dengan bangunan permanen.

s s ! "#$% & '! $ ' ()"'

s bangunan

Kios Los Kantor pasar

Mushola MCK

Jumlah

160 798 1 2 2

Keterangan

Kios dibagi menjadi 3 ukuran Jumlah los 798 dengan berbagai

jenis penjual

-Sumber : Kantor Pasar Bandarjo


(21)

Berikut merupakan jumlah kios yang ada di Pasar Bandarjo Ungaran dengan berbagai ukuran yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.2

Jumlah Kios di Pasar Bandarjo Ungaran

No Ukuran Kios Jumlah kios

1 2 3

Ukuran 4m x 4m Ukuran 3m x 3m Ukuran 4m x 6m

64 22 74

Jumlah 160

Sumber : kantor Pasar Bandarjo

Jumlah kios di pasar tersebut mencapai 160 dan terbagi menurut ukuran masing-masing. Ukuran 4m x 4m sebanyak 64 kios yang ditempati oleh 64 pedagang, dan seterusnya seperti yang terlihat pada tabel 1.2 di atas.

Tabel 1.3

Jumlah Los di Pasar Bandarjo Ungaran

Los Jumlah Luas

1. Los gerabah 2. Los roti 3. Los klontong 4. Los pakaian 5. Los sepatu/sandal 6. Los plastik 7. Los sembako 8. Los ikan asin 9. Los daging 10. Los krupuk 11. Los tahu/tempe 12. Los makanan kecil 13. Los bumbon 14. Los kelapa 15. Los buah 16. Los sayur 17. Los pindang

27 66 37 55 31 14 203 18 56 7 66 14 38 37 25 92 12 125,5 m2. 201 m2. 130,5 m2. 164,5 m2. 90,5 m2. 49,5 m2. 1050,9m2. 85,5 m2. 224 m2. 15 m2. 165,8 m2. 33,5 m2. 97 m2. 92,2 m2. 63.1 m2. 203,5 m2. 29 m2.

Jumlah 798


(22)

Seperti yang terlihat tabel di atas jumlah los di pasar tersebut mencapai 874 los dengan berbagai jenis penjual di dalamnya. Los gerabah dengan luas 125,5 m2 yang ditempat oleh 27 pedagang. Los roti dengan luas 201 m2 ditempati oleh 66 pedagang. Los klontong dengan luas 130,5 ditempati oleh 37 pedagang. Los pakaian dengan luas 164,5 m2 ditempati oleh 55 pedagang. Los sepatu atau sandal dengan luas 90.5 m2 ditempati oleh 31 pedagang. Los plastik dengan luas 49,5 m2 ditempati oleh 14 pedagang. Los sembako dengan luas 1050,9 m2 ditempati oleh 203 pedagang. Los ikan asin dengan luas 85,5 m2 ditempati oleh 18 pedagang. Los daging dengan luas 224 m2 ditempati oleh 56 pedagang, dan seterusnya seperti yang terlihat di table 1.3 diatas. Sedangkan untuk pembayaran retribusi kios dan los berbeda, berikut rinciannya.

Tabel 1.4

Pembayaran Retribusi Pasar Bandarjo

Jenis Bangunan Besar Retribusi Keterangan

Kios 700,00 Penarikan retribusi

dilakukan setiap hari

Los 600,00 Penarikan retribusi

dilakukan setiap hari

Sumber : kantor pasar Bandarjo

Penarikan retribusi tersebut dikenakan kepada setiap para pedagang yang ada di Pasar Bandarjo Ungaran. Pedagang yang menempati kios dikenai retribusi sebesar Rp 700,00 per hari. Adapun untuk pedagang yang menempati los dikenai retribusi sebesar Rp 600,00 per hari.


(23)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, keadaan pasar tersebut sudah cukup baik . Tempat-tempat berjualan para pedagang seperti los dan kios tertata cukup baik. Selain itu, kebersihan di pasar tersebut juga terjaga. Hal itu tentu menguntungkan para penjual di pasar dan pasti akan mempengaruhi pendapatan para pedagang mereka. Tetapi dari keadaan tersebut masih banyak kekurangan, yaitu banyak para penjual yang menempati los atau kios lokasinya berbeda-beda. Misalnya para pedagang yang menempati los letaknya strategis dan ada pula para pedagang yang menempati los kurang strategis yang letaknya jauh dari keramaian yang letaknya di pojokan pasar. Tidak hanya lokasi saja yang jadi masalah, kondisi tempat untuk berjualan di pasar ini juga masih ada kekurangan misalnya di bagian belakang pasar keadaannya masih kotor dan baunya pun masih kurang sedap. Kondisi tempat untuk berjualan merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam suatu usaha. Kondisi tempat yang nyaman dan bersih akan berpengaruh terhadap minat pembeli untuk datang ke pasar, karena pembeli akan merasa nyaman dengan tempat itu sehingga akan menguntungkan para pedagang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian tentang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BANDARJO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG perlu untuk dilakukan.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang diatas, maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pedagang pasar tersebut. Menurut (Swasta, 1988) Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan para pedagang pasar yaitu modal. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya akan memungkinkan suatu unit penjualan dengan banyak jenis produk. Dengan cara tersebut, pendapatan yang akan didapatnya juga semakin besar. Selain modal usaha menurut (Swasta, 1988) faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan yaitu lokasi berjualan. Lokasi tempat untuk berdagang akan sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan, karena tempat atau lokasi yang strategis untuk berjualan akan mudah dijangkau oleh para pembeli sehingga akan diketahui pendapatan pedagang tersebut. Selain itu, kondisi tempat atau keadaan untuk berjualan juga berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang. Jika tempat berjualan tersebut kotor, tidak nyaman, pembeli pun akan berfikir dua kali untuk membeli suatu barang di tempat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka.

Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Besarnya pengaruh modal pedagang terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo?

2. Besarnya pengaruh lokasi berjualan terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo?


(25)

3. Besarnya pengaruh kondisi tempat untuk berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasar permasalahan yang akan diambil dari penelitian ini maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh modal pedagang terhadap pendapatan pedagang Pasar Bandarjo. 2 Pengaruh lokasi berjualan terhadap pendapatan pedagang Pasar Bandarjo. 3 Pengaruh kondisi tempat pedagang terhadap pendapatan pedagang Pasar

Bandarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang pendapatan pedagang Pasar Bandarjo Ungaran.

2. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan informasi bagi pemerintah daerah setempat mengenai pendapatan pedagang Pasar Bandarjo Ungaran dan diharapkan bisa membantu para pedagang untuk meningkatkan pendapatan.


(26)

10

LANDASAN TEORI

2.1 Pasar

2.1.1 Definisi Pasar

Menurut Gilarso (1992: 154) dalam ilmu ekonomi kita bicara tentang pasar jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang mau membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga tertentu. Para penjual dan pembeli saling bertemu di pasar, Masing-masing dari mereka mempunyai keinginan dan kepentingan sendiri-sendiri. Jika kedua belah pihak tersebut dipertemukan akan terjadi transaksi jual-beli. Faktor penting yang dapat mempertemukan mereka adalah harga, yang terbentuk di pasar dalam interaksi antara penjual dan pembeli tersebut.

Para penjual mengharapkan harga setinggi mungkin untuk barang yang ditawarkannya, agar mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Tetapi jika para penjual dalam menawarkan barangnya dengan harga yang terlalu tinggi, para pembeli pun malas untuk membeli sehingga barangnya tidak laku. Di lain pihak jika penjual mendapat harga yang terlalu rendah dari calon pembeli, maka penjual tidak akan melepaskan barang tersebut karena mereka akan rugi. Sedangkan para pembeli menginginkan harga serendah mungkin untuk mendapatkan barang yang diinginkannya itu.

Menurut Boediono (1982: 43) dalam Ilmu Ekonomi pengertian pasar tidak harus dikaitkan dengan suatu tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian


(27)

sehari-hari. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah dimana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Barang yang ditransaksikan bisa berupa barang apapun, mulai dari beras dan sayur-mayur, sampai ke jasa angkutan, uang dan tenaga kerja. Setiap barang ekonomi mempunyai pasarnya sendiri-sendiri.

Di masing-masing pasar terjadi transaksi pasar untuk barang yang bersangkutan, dan apabila terjadi suatu transaksi, maka ini berate telah terjadi suatu persetujuan (antara pembeli dan penjual) mengenai harga transaksi dan volume transaksi bagi barang tersebut. Dua aspek transaksi inilah (yaitu harga dan volume) yang menjadi pusat ahli ekonomi apabila ia menganalisa sutu pasar.

Berdasarkan uraian diatas, pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli melakukan transaksi dan kemudian terbentuklah harga.

2.1.2 Pasar Menurut Jumlah Penjual dan Pembeli

Sukirno (2006: 231) pasar menurut jumlah penjual dan pembeli ada 5 macam, yaitu sebagai berikut.

a. Pasar persaingan sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana terdapat berbagai penjual dan pembeli.

b. Pasar monopoli

Pasar monopoli adalah pasar dimana terdapat satu penjual saja dan terdapat banyak pembeli.

c. Pasar monopsoni

Pasar monopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan terdapat satu pembeli.


(28)

d. Pasar oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar dimana terdapat sedikit penjual dan terdapat banyak pembeli.

e. Pasar oligopsoni

Pasar oligopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan terdapat sedikit pembeli.

2.1.3 Fungsi Pasar

Menurut Soeratno (2003: 12) pasar berperan sangat penting dalam suatu sistem ekonomi. Terdapat 5 fungsi utama pasar dan setiap fungsi mengandung pertanyaan yang harus dijawab oleh sistem ekonomi. Fungsi pasar tersebut adalah 1. Pasar menentukan harga barang. Pada Sistem Ekonomi Pasar, harga

merupakan ukuran nilai barang. Jika suatu barang permintaannya meningkat, berarti masyarakat membutuhkan lebih banyak. Alam jangka yang relatif singkat perusahaan tidak bisa menambah jumlah barang yang ditawarkan secara seketika. Akibatnya harga barang tersebut naik. Kenaikan harga suatu barang akan mendorong produsen memproduksi barang tersebut (jawaban masalah*+, -).

2. Pasar dapat mengorganisasi produksi. Harga barang di pasar menjadi acuan perusahaan dalam menentukan metode produksi yang paling efisien (jawaban masalah+.*).

3. Pasar mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (jawaban masalah/. 0*+ . 1).


(29)

4. Pasar melakukan penjatahan. Konsumsi saat ini dibatasi oleh jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan saat ini.

5. Pasar mennyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang. Tabungan dan investasi yang terjadi di pasar merupakan usaha untuk memelihara sistem dan memberikan kemajuan aktivitas ekonomi.

2.1.4 Pasar Persaingan Sempurna

Menurut Sukirno (2006: 231) pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan banyak pembeli, dan setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Terdapat beberapa ciri dari pasar persaingan sempurna yaitu sebagai berikut.

1. Perusahan adalah pengambil harga

Pengambil harga atau 23 4567 8963 berati suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apapun tindakan perusahaan dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi di antara keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli.

2. Setiap perusahaan mudah ke luar atau masuk

Perusahaan sama sekali tidak terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal atau dalam bentuk lain secara keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada perusahaan-perusahaan untuk memasuki atau meninggalkan bidang usaha tersebut


(30)

3. Menghasilkan barang serupa

Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara barang yang dihasilkan suatu perusahaan dengan produksi perusahaan lainnya

4. Terdapat banyak perusahaan di pasar

Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relatif kecil kalau dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi setiap perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Sifat ini menyebabkan apapun yang dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar atau industry tersebut.

5. Pembeli mempunyai pengetahuan sempurna mengenai pasar

Para pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan di pasar, yaitu mereka mengetahui tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Akibatnya para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.

2.1.5 Mekanisme Pasar

Menurut Sukirno (2006: 41) mekanisme pasar yaitu sistem yang cukup efisien di dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan


(31)

perekonomian, tetapi dalam keadaan tertentu ia menimbulkan beberapa akibat buruk sehingga diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya.

2.2 Pendapatan

Boediono (1982: 170) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh saling tarik menariknya antara penawaran dan permintaan.

Secara singkat pendapatan :;<=>?@) seorang warga masyarakat ditentukan oleh:

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun lalu, dan warisan atau pemberian.

b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar.

Menurut Sukirno (2006: 76) permintaan seseorang akan suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara beberapa faktor tesebut yang paling penting yaitu sebagai berikut.

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. d. Corak istribusi pendapatan dalam masyarakat.

e. Citra rasa masyarakat. f. Jumlah penduduk.


(32)

2.3 Mekanisme Harga

Menurut Boediono (1982: 8) mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang bertemu di pasar. Hasil netto dari kekuatan tarik menarik tersebut adalah terjadinya harga untuk setiap barang (di pasar barang) dan untuk setiap faktor produksi (di pasar faktor produksi). Pada suatu waktu, harga sesuatu barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen (karena sesuatu hal) menjadi lebih kuat (yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut). Sebaliknya harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah. Para produsen harus pintar-pintar dalam mengetahui selera konsumen akan suatu barang tersebut, agar terbentuk harga yang sesuai atau tepat dan tidak merugikan antara kedua pihak yaitu produsen dan konsumen.

2.4 Jenis-Jenis Pendapatan

Menurut Raharja (1999: 267) jenis pendapatan dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut.

a. Pendapatan ekonomi

Pendapatan ekonomi adalah sejumlah uang yang dapat digunakan oleh keluarga dalam suatu perioe tertentu untuk membelanjakan diri tanpa mengurangi atau menambah asset netto (net asset), termasuk dalam pendapatan ekonomi termasuk upah gaji, pendapatan bunga deposito, penghasilan transfer dari pemerintah, dan lain-lain.


(33)

b. Pendapatan uang

Pendapatan uang adalah sejumlah uang yang diterima keluarga pada periode tertentu sebagai balas jasa atau faktor produksi yang diberikan karena tidak memperhitungkan pendapatan bahkan kas (non kas), terutama penghasilan transfer cakupannya lebih sempit dari pendapaan ekonomi.

Macam pendapatan menurut perolehannya :

a. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya lain

b. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi pengeluaran dan biaya lain.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Swasta (2000 :201) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari kegiatan penjualan antara lain :

1. Kondisi dan kemampuan pedagang

Transaksi jual beli melibatkan pihak pedagang dan pembeli. Pihak pedagang harus dapat meyakinkan pembeli agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diharapkan dan sekaligus mendapatkan pendapatan yang diinginkan.


(34)

Pasar sebagai kelompok pembeli barang dan jasa meliputi baik tidaknya keadaan pasar tersebut, jenis pasar, kelompok pembeli, frekuensi pembeli dan selera pembeli.

3. Modal

Setiap usaha membutuhkan untuk operasional usaha yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Dalam kegiatan penjualan semakin banyak produk yang dijual berakibat pada kenaikan keuntungan. Untuk meningkatkan produk yang dijual suatu usaha harus membeli jumah barang dagangan dalam jumlah besar. Untuk itu dibutuhkan tambahan modal untuk membeli barang dagangan atau membayar biaya operasional agar tujuan pewirausaha meningkatkan keuntungan dapat tercapai sehingga pendapatan dapat meningkat.

4. Kondisi organisasi perusahaan.

Semakin besar suatu perusahaan akan memiliki bagian penjualan yang semakin kompleks untuk memperoleh keuntungan yang semakin besar dari pada usaha kecil.

5. Faktor lain

Faktor lain yang mempengaruhi usaha yaitu periklanan dan kemasan produk.

2.6 Keuntungan Maksimum

Produsen dianggap akan selalu memilih tingkat A BC DBC (Q) dimana ia bisa memperoleh keuntungan total yang maksimum. Bila ia telah mencapai posisi ini


(35)

dikatakan ia telah berada pada posisi EFGHI HJK H GL. Disebut posisi EFGHI HJK H GL karena pada posisi ini tidak ada kecenderungan baginya untuk mengubah MGNO GN (dan hargaMGNO GN) nya, sebab bila ia mengurangi (atau menambah) volumeMGNO GN (penjualan) nya, maka keuntungan totalnya justru menurun (Boediono, 1982: 100).

P TR

TC

Keuntungan Total

Q

Gambar 2.1 Hasil ongkos tetap dan variabel dan penerimaan penjualan.

Pada kasus di atas menunujukkan bahwa keuntungan total (TR-TC) yang maksimum adalah jarak vertikal antara kurva TR dan kurva TC adalah panjang lebar. Posisi ini adalah dimana slope dari garis singgung TR sama dengan

slope dari garis singgung TC.

P 200

Keuntungan total

MC

100 MR=AR=P AC


(36)

Q

Gambar 2.2 Hasil penjualan marginal dan kenaikan ongkos total

Gambar di atas menunjukkan kurva permintaan AR untuk mencapai keuntungan yang maksimum ialah MR=MC. Tetapi karena dalam kasus horisontal MR=AR=P, maka posisi equilibrium produsen adalah dimana MC=MR=AR=P.

2.7 Modal

Modal juga bisa dilakukan dengan investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006).

Modal perusahaan merupakan biaya tetap. Semakin besar modal perusahaan maka peluang memasuki industri semakin besar. Untuk memperoleh keuntungan perusahaan akan memproduksi dalam kapasitas yang besar (Kurniati, 2010: 153).

Dari beberapa pengertian modal diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa modal ini bersifat kuantitatif karena modal tersebut digunkan untuk membeli barang dagangan, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya yang berlangsung terus-menerus dalam kegiatan jual beli yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan. Bagi pengembang usaha kecil, masalah modal merupakan kendala terbesar. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun langkah-langkah pengembangan usahanya, yaitu: melalui kredit perbankan, modal ventura,


(37)

pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba BUMN, hibah dan jenis-jenis pembiayaan lainnya (Anoraga dan Sudantoko, 2002:228).

Menurut Sukirno (2006) ada 2 macam modal awal yaitu :

1. Modal tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu proses produksi tersebut. Modal tidak bergerak dapat meliputi tanah, bangunan, peralatan dan mesin-mesin.

2. Modal tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut.

Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. menurut Suparmoko, modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tingi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan, sehingga dalam hal ini modal usaha bagi pedagang pasar juga merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia usaha, maka semakin beragam pula orang dalam mendefinisikan atau memberikan pengertian terhadap modal yang kadang kala satu sama lain bertentangan tergantung dari sudut mana meninjaunya. Peran modal dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu barang dan jasa. Suatu usaha tanpa adanya modal sebagai salah satu faktor produksinya tidak akan dapat berjalan.


(38)

2.8 Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (P QRST RU VW XYW) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2005). Setiap wilayah memiliki kondisi dan potensi yang berbeda-beda. Secara empiris dapat diamati bahwa pusat-pusat pengadaan dan pelayanan barang dan jasa yang umumnya adalah perkotaan (Z Y[ SWRUQURZY), terdapat tingkat penyediaan pelayanan yang berbeda-beda. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi suatu wilayah pun berbeda-beda. Dampaknya menjadi lebih mudah untuk dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak, Menurut Isard (1956) dalam (Tarigan, 2005), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Pada tiap waktu keuntungan relatif dari lokasi sangat dipengaruhi oleh faktor dasar, yaitu biaya input atau bahan baku, biaya transportasi, dan keuntungan aglomerasi.

Lokasi usaha adalah pemacu biaya yang sangat signifikan, lokasi usaha sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat (atau menghancurkan) strategi bisnis sebuah usaha Tarigan (2005: 146). Disaat pemilik usaha telah memutuskan pemilihan lokasi usahanya dan beroperasi disatu lokasi tertentu, banyak biaya yang akan menjadi tetap dan sulit untuk dikurangi. Pemilihan lokasi usaha mempertimbangkan antara strategi pemasaran jasa dan preferensi pemilik. Kedekatan dengan pasar memungkinkan sebuah organisasi memberikan


(39)

pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, dan sering menghemat biaya pengiriman. Dari kedua keuntungan tersebut, memberikan layanan yang lebih baik biasanya adalah lebih penting.

Menurut Tarigan (2005: 146) dengan mengintrodusir konsep \]^_\`^abc d (biaya rata-rata) dan ^]^ _\` ^ _ ^]^ef^ (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva

\] ^_\` ^ a bc d (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Dilain sisi dapat pula dibuat kurva \ ] ^_\ ` ^ _^]^ef^ yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digabung dan dimana terdapat selisih \] ^_\` ^ _^] ^ef ^ dikurangi

^] ^_\` ^ abc d adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini.

AC

AR

A O B Lokasi Gambar 2.3 Lokasi yang memberikan keuntungan maksimal

Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan B dan yang optimal adalah pada titik O. lebih ke kiri dari titik A atau lebih ke kanan dari titik B perusahaan akan menderita kerugian.


(40)

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, baik dalam bentuk jurnal maupun skripsi. Penelitian yang ada telah mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi. Adapun penelitiannya yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Aryanto, 2011), dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar

setelah Kebakaran di Pasar Kliwon Temanggung. Hasil penelitian

tesebut menunjukkan bahwa.

a. Berdasarkan F-hitung 67,018 > F-tabel 2,81, maka Ho di tolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan modal dagang, jam berdagang, dan pengalaman usaha secara serempak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pasar.

b. Hubungan skripsi tersebut dengan skripsi ini yaitu adanya persamaan antara modal dagang pengaruhnya terhadap pendapatan para pedagang pasar, dan penelitian tersebut menggunakan metode analisis yang sama yaitu regresi berganda.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Saripurnadinata, 2011), dengan judul

Pengaruh Kredit Modal Usaha dari Rentenir Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Mikro. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa.

a. Berdasarkan hasil penelitian untuk uji X1 dan X2 terhadap Y diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel, (28,079 > 4,038) maka Ho ditolak dan Ha


(41)

diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh positif dan signifikan antara modal usaha dari rentenir (X1), dan bunga pinjaman per bulan (X2) terhadap tingkat pendapatan pedagang mikro. b. Pengaruh yang diberikan oleh modal usaha dari rentenir dan bunga pinjaman per bulan terhadap tingkat pendapatan pedagang mikro sebesar 53,40 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar penilitian ini.

c. Hubungan dengan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah adanya persamaan antara modal awal pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Wahyudin dan Oktarina, 2007), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa.

a. Hasil pengujian koefisien regresi secara serempak dengan uji F menunjukkan nilai F- hitung sebesar 54,645. Sedangkan a = 55 nilai F

-tabel sebesar 2,46. Nilai F hitung lebih besar dari F -tabel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak atau bersama

-sama mempengaruhi variabel terikat. Hal ini berati variabel modal usaha, variabel jam kerja, variabel jumlah tenaga kerja, dan variabel lama usaha secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel tingkat pendapatan pedagang pasar.


(42)

b. Secara simultan variabel modal usaha, jam kerja, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha secara signifikan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional di kota Semarang. Sedangkan secara parsial variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Untuk variabel jam kerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar. Hal ini berati lamanya waktu beroperasi pedagang pasar tidak mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan pedagang pasar yang diperoleh. Hal ini disebabkan para pembeli yang berbelanja di pasar hanya dalam jam tertentu saja, sehingga bertambahnya waktu operasi pedagang tidak meningkatkan pendapatan pedagang pasar.

c. Hubungan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu adanya persamaan dengan modal usaha berdagang berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pasar. Penelitian tersebut juga menggunakan metode analisis regresi berganda.

2.10 Kerangka Berpikir

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan adalah modal. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya akan memungkinkan suatu unit penjualan banyak jenis produknya, dengan cara tersebut akan sangat memungkinkan pendapatan yang akan diraihnya juga semakin besar. Selain modal faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan yaitu lokasi berjualan, lokasi untuk berdagang akan sangat berpengaruh besar terhadap penjualan, karena lokasi yang strategis untuk berjualan akan dapat dijangkau dengan mudah oleh para pembeli.


(43)

Keadaan tempat untuk berjualan akan berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang, karena jika tempat berjualan tersebut keadaannya tidak layak pembeli pun akan malas untuk membeli suatu barang di tempat tersebut karena merasa tidak nyaman, sehingga akan berdampak pada pendapatan mereka.

Gambar 2.3 kerangka berpikir

2.9 Hipotesis

Menurut Suharsimi (2010: 110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap pemasalahan suatu penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara yang sebenarnya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji.

Kondisi tempat Berdagang (X3)

(nyaman atau tidak nyaman)

Pendapatan pedagang (Y) : Tingkat pendapatan pedagang pasar Bandarjo

Ungaran. Modal Usaha (X1)

(besar modal, sumber modal)

Lokasi Berdagang (X2) (strategis atau tidak strategis)


(44)

2.11 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Modal usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar.

2. Lokasi berdagang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar.

3. Kondisi tempat berdagang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar


(45)

29

3.1 Populasi

Menurut Suharsimi (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.

Menurut Sugiyono (2010: 297) dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang yang menempati kios dan los. Yaitu berjumlah 1034 pedagang.

3.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Penentuan sampel dihitung dengan rumus yaitu sebagai berikut.


(46)

Dimana :

n : Ukuran populasi

N : Ukuran populasi ( jumlah seluruh populasi pedagang pasar Bandarjo) e : presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir atau diujikan, untuk penelitian ini digunakan 10% (slovin dalam Riyan, 2009: 28).

Berikut merupakan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus sampel diatas.

g =

g =

g =

g= 90,44

Dari hasil perhitungan sampel diatas, maka dapat diketahui jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian ini yaitu 90 (dibulatkan) pedagang pasar Bandarjo.


(47)

Berikut ini merupakan penentuan jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1

Hasil Penarikan Sampel

Penarikan sampel

No Jumlah pedagang Populasi

% hij klm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Los gerabah Los roti Los klontong Los pakaian Los sepatu/sandal Los plastik Los sembako Los ikan asin Los daging Los krupuk Los tahu/tempe Los makanan kecil Los bumbon Los kelapa Los buah Los sayur Los pindang Kios Ukuran 3mx3m Ukuran 4mx4m Ukuran 4mx6m 27 66 37 55 31 14 203 18 56 7 66 14 38 37 25 92 12 22 64 74

(27/958) = 3% (66/958) = 7% (37/958) = 4% (55/958) = 6% (31/958) = 3% (14/958) = 1% (203/958) =21 %

(18/958) = 2% (56/958) = 6% (7/958) = 1% (66/958) = 7% (14/958) =1 % (38/958) = 4% (37/958) = 4% (25/958) = 3% (92/958) = 10%

(12/958) = 1%

(22/958)= 3% (64/958)= 6% (74/958)= 7%

3% x 90 = 2 7% x 90 = 6 4% x 90 = 3 6% x 90 =5 3% x 90 = 3 1% x 90 =1 21% x 90 = 19

2% x 90 = 2 6% x 90 = 6 1% x 90 = 1 7% x 90 = 6 1% x 90 = 1 4% x 90 = 4 4% x 90 = 4 3% x 90 = 2 10% x 90 = 9

1% x 90 = 1

3% x 90 = 2 6% x 90 = 6 7% x 90 = 7

Jumlah 958 100% 90

Sumber : Data Primer Diolah

Dalam hal ini pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakann oj km lpiq rsjnijkmoqtyaitu dikatakannojkml (sederhana) karena


(48)

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2010: 120).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel secara u vw xyz {| z{uz }~ { v y yaitu mengambil sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3.3 Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian langsung ke lapangan yaitu kepada pedagang pasar yang bersangkutan, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian tersebut dilakukan melalui wawancara langsung kepada pedagang pasar.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, pencarian informasi lain dan permohonan teoritis untuk memecahkan masalah yang timbul melalui buku atau dari sumber lainnya.

3.4 Variabel penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2010: 161). Variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

3.4.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Adapun dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu sebagai berikut.


(49)

1. Modal (X1)

Modal adalah barang atau uang bersama faktor-faktor produksi lainnya yang nantinya akan menghasilkan pemasukan dari hasil penjualan tersebut. Indikatornya adalah jumlah modal dan sumber modal.

2. Lokasi berdagang (X2)

Lokasi berdagang adalah tempat berjualan para pedagang pasar. Indikatornya adalah sudah strategis atau belum tempat untuk berjualan para pedagang pasar tersebut.

3. Kondisi tempat berdagang (X3)

Kondisi tempat berdagang adalah keadaan tempat untuk berjualan para pedagang. Sebagai indikatornya adalah sudah nyaman atau belum kondisi tempat untuk berjualan pedagang pasar tersebut.

3.4.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran, indikatornya adalah keuntungan atau laba para pedagang pasar, jumlah retribusi yang dibayarkan tiap hari, biaya perbulan yang dikeluarkan untuk membayar karyawan.


(50)

Untuk memperoleh data yang diperlukan baik data kualitatif maupun kuantitatif yang relevan, terarah, dan bertujuan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan metode yaitu sebagai berikut.

3.5.1 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2010: 194).

Wawancara dilakukan dengan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada para pedagang yang bersangkutan yang dikerjakan secara sistematis. Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data karena dengan cara ini peneliti dapat memperoleh informasi atau data secara detail dan jelas.

3.5.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 203). Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pencatatan secara cermat dan sistematis.


(51)

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 1998: 140).

Dalam penelitian ini kuesioner tertutup. kuesioner yang digunakan adalah tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menjawabnya. Angket yang digunakan adalah pilihan ganda, dimana setiap item soal disediakan empat jawaban dengan skor masing-masing yaitu sebagai berikut.

A. untuk jawaban A diberikan skor 4 B. untuk jawaban B diberikan skor 3 C. untuk jawaban C diberikan skor 2 D. untuk jawaban D diberikan skor 1

3.5.4 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Data dokumentasi memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan €‚ƒ „‚ƒ …‚…† ‡ˆ ‰ˆ yang berisi kategori isi, telaah dokumen, pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi.


(52)

3.6 Validitas dan Realibilitas 3.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal yang menggunakan analisis butir soal variable. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah rumus korelasi

Š‹ŒŽ‘Œ‘ ’“ dimana :

=

Dimana : = koefisien korelasi

= jumlah subjek atau responden

= nilai skor butir atau nilai skor tertentu = nilai skor total

= jumlah kuadrat nilai X = jumlah kuadrat nilai Y


(53)

Pada penelitian ini penulis membagikan kuesioner kepada 30 responden untuk mengetahui tiap butir valid atau tidak valid. Langkah-langkah yang dilakukan pada penguji validitas yaitu sebagai berikut.

1. Menyampaikan uji instrumen kepada responden.

2. Mengelompokan item-item dari jawaban kedalam factor-faktor dan jumlah skor total yang diperoleh dari masing-masing responden.

3. Dari skor yang diperoleh, kemudian dibuat tabel perhitungan validitas. 4. Dasar pengambilan keputusan :

a.Jika r-hitung r-tabel, maka variable tersebut dinyatakan valid. b. Jika r-hitung r-tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid. Jika Rxy hitung > Rxy tabel, maka instrumen dinyatakan valid. Dan jika Rxy hitung < Rxy tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid. Hasil Rxy higtung di konsultasikan dengan r-tabel signifikan 5% sebesar 0,44.

3.6.2 Realibilitas

Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument sudah baik (Suharsimi, 2010). Adapun perhitungan realibilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut.

= [ ] [ 1 ]

Dimana : = realibilitas instrumen


(54)

= jumlah varian butir

= varian total

Jika hitung > tabel, instrument dinyatakan reliabel. dan jika hitung < tabel, instrument dinyatakan tidak reliabel.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan pemakaian metode regresi berganda, maka untuk menghindari pelanggaran asumsi-asumsi model klasik, perlu diadakan pengujian asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik tersebut adalah:

a. Uji multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Jika R2 sangat tinggi tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan, maka dalam model regresi terdapat multikolonieritas.


(55)

2. Melihat nilai ”•– —˜ ™š›— lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 berarti tidak ada multikolonieritas.

Bila ternyata dalam model regresi terdapat multikolonieritas, maka harus menghilangkan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi (Ghozali, 2009: 95).

b. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan œ™˜™š›— dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas.

Cara untuk mendeteksinya adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED sebagai (X) dengan residualnya SRESID sebagai (Y).

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan


(56)

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau ž Ÿ  ¡ ¢¡£ Ÿ¡¢ karena gangguan pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2009: 79).

Cara mendeteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (¤Ÿ£¢ ž ¥£¦¡£

§¨ž¥©¥£ £ ¡ª §ž Ÿ¥«) dan mensyaratkan adanya Ÿ«ž ¡ £©¡¬ž (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel bebas.

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau ¨¬¬¡£ ­¥¨« ¦ (du) dan (4 - du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi

2. Bila nilai Dw lebih rendah dari pada batas bawah atau ª¥® ¡£­¥¨« ¦(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4 -dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4 du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(57)

Metode analisis data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara modal, lokasi berdagang, tempat berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis regresi. Metode analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda adalah sebagai berikut :

¯ X X

X

Y     

3 3 2 2 1 1

0

Keterangan :

Y = Pendapatan pedagang pasar

0

= Konstanta

X1 = Modal dagang (skor)

X2 = Lokasi berdagang (jarak dari pintu masuk pasar (skor))

X3 = Kondisi tempat berdagang (kelayakan tempat berdagang (skor))

3 2 1, ,

= Variabel yang dicari untuk mengukur elastisitas hasil terhadap variabel X1,X2,X3.

e = Eror

3.7.3 Uji Hipotesis

a. Uji parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui kemaknaan koefisien parsial. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai ttabel, maka kita menerima hipotesis alternatif (Ghozali, 2009: 88). Hal ini berarti bahwa variabel modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang terhadap


(58)

pendapatan pedagang pasar secara parsial. Selain membandingkan nilai thitung dengan ttabel keputusan dalam uji t juga dapat dilihat dari tingkat signifikansinya. Jika tingkat signifikansinya dibawah 5% maka secara parsial variabel modal,lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar.

b. Uji serentak (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009: 88). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel, maka secara serentak variabel variabel modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar. Seperti halnya ketika kita melakukan uji t, keputusan dalam melaksanakan uji F juga bisa dilihat dari tingkat signifikansinya. Jika tingkat signifikansinya dibawah 5% maka secara simultan variabel variabel modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang.

3.7.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0<R2<1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel


(59)

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti vaiabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009: 87).


(60)

44

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang secara geografis terletak pada posisi 1100 14' 54,75" sampai dengan 1100 39' 3" Bujur Timur dan 70 3 57 sampai dengan 70 30 0 Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 Ha atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah.

Ibu kota Kabupaten Semarang terletak di kota Ungaran. Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 208 desa. Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal.

Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500 - 2000m diatas permukaan laut, dengan ketinggian terendah terletak di desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di desa Batur Kecamatan Getasan.

4.1.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang

Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Semarang dari tahun 2007-2011 dapat dilihat dari tabel berikut ini.


(61)

Tabel 4.1

PDRB Perkapita Kabupaten Semarang tahun 2007-2011

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

PDRB Perkapita (Rp) Harga Berlaku Harga Konstan 8,175,899 4,871,444

9,284,508 5,079,004 10,066,845 5,300,723 11,071,609 5,560,552 12,335,447 5,877,191 Sumber : BPS Kabupaten Semarang 2011

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 12,335 trilyun, dan atas dasar harga konstan sebesar Rp 5,877 trilyun. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 331,22 persen dibandingkan tahun 2000. Hal ini berarti bahwa seluruh potensi di Kabupaten Semarang telah menghaslkan uang 3,31 kali lebih besar dibandingkan tahun 2000. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan 2000, perkembangannya mencapai 157,81 persen. Hal ini berarti kegiatan perekonomian di Kabupaten Semarang telah meningkat produksi barang dan jasa 1,578 kali dibandingkan tahun 2000.

Struktur ekonomi Kabupaten Semarang atas dasar harga berlaku didominasi oleh industri dengan kontribusi sebesar 42,76 persen. Angka ini tidak menunjukan banyak perubahan pada lima tahun terakhir dimana kontribusinya


(62)

selalu menunjukkan angka dikisaran 43 persen. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi dengan kontribusi sebesar 20,57 persen. Untuk sektor pertanian mempunyai kontribusi sebesar 14,81 persen yang terutama didukung oleh sub sektor tanaman pangan sebesar 8,14 persen dan sub sektor peternakan sebesar 4,66 persen dari nilai total PDRB.

Sedangkan struktur PDRB Kabupaten semarang tahun 2011 atas dasar harga konstan sama dengan struktur PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu didominasi oleh 3 sektor yaitu sektor industri dengan kontribusi sebesar 46,44 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sebesar 21,68 persen, serta sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 12,57 persen. Dengan melihat data tersebut, sektor perdagangan masuk dalam 3 besar yang mendominasi pertumbuhan ekonomi yang paling besar di Kabupaten semarang. Sehingga dengan adanya laju pertumbuhan di sektor perdagangan di Kabupaten Semarang dari tahun 2007-2011 dapat mendukung penelitian yang penulis teliti.

4.1.2 Perekonomian Kabupaten Semarang

Sesuai dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Semarang. Pasar masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari. Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang informasi yang ada menunjukan bahwa di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 terdapat 47 toko modern, 4 supermarket, 33 pasar umum, 1 pasar hewan, serta pasar sayur-sayuran yang menjadi pusat perdagangan barang dari produsen/petani ke konsumen. Hampir disemua kecamatan terdapat pasar umum. Adanya pasar hewan di Bawen serta pasar sayuran di Bandungan menjadikan


(63)

kedua Kecamatan tersebut menjadi tujuan pembeli baik di Kabupaten Semarang maupun dari luar Kabupaten. Hal tersebut menjadikan nilai tambah bagi Kabupaten Semarang dibandingkan dengan Kabupaten lain yang tidak memiliki pasar hewan dan sayuran.

Pasar Bandarjo Ungaran terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Luas wilayah Kecamatan Ungaran Barat adalah 3.595,72 Ha, tanah sawah 918,40 Ha, Tegalan 719,03 Ha, pekarangan 1.202,93 Ha, tanah perkebunan 626,66 Ha, Lain-lain 128,7 Ha. Mata pencahariaan penduduk di kecamatan Ungaran Barat ini mayoritas di sektor pertanian dan perkebunan. Hasil dari pertanian dan perkebunan tersebut kemudian dijual di pasar atau warung yang ada di wilayah Kecamatan Ungaran Barat. Berikut ini adalah banyaknya sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Ungaran Barat

Tabel 4.2

Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Ungaran Barat Di Kabupaten Semarang

Desa Pasar Bank Mini market Toko/warung

Kecamatan Ungaran Barat : 1. Gogik

2. Langensari 3. Candirejo 4. Nyatnyono 5. Genuk 6. Ungaran 7. Bandarjo 8. Lerep 9. Keji 10. Kalisidi 11. Branjang 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 1 15 10 0 0 0 0 0 2 0 0 2 3 1 2 0 0 0 58 242 34 54 128 150 282 96 14 37 21

Jumlah 2 29 10 1116


(64)

4.2 Keadaan Umum Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang

Pasar Bandarjo terletak di Jalan Gatot Subroto Ungaran merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Semarang. Jalan Gatot Subroto merupakan jalan arteri primer arah Semarang-Solo. Letaknya yang strategis menjadikan pasar Bandarjo Ungaran banyak didatangi pengunjung dari dalam maupun luar kota, Luas area pasar Bandarjo yaitu sebesar 6.132 m2. Berikut adalah jumlah pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang.

Tabel 4.3

Jumlah Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran

Los Jumlah

1. Los gerabah 2. Los roti 3. Los klontong 4. Los pakaian 5. Los sepatu/sandal 6. Los plastik 7. Los sembako 8. Los ikan asin 9. Los daging 10. Los krupuk 11. Los tahu/tempe 12. Los makanan kecil 13. Los bumbon 14. Los kelapa 15. Los buah 16. Los sayur 17. Los pindang 18. Kios 27 66 37 55 31 14 203 18 56 7 66 14 38 37 25 92 12 160 Jumlah 958

Sumber : Kantor Pasar Bandarjo 2011

Pasar Bandarjo Ungaran menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Para pedagang pasar Bandarjo tiap harinya harus membayar pajak retribusi


(65)

pasar, untuk pedagang los dikenai pajak retribusi sebesar Rp 600 per meter, sedagangkan untuk pedagang kios Rp 700 per meter. Selain pajak retribusi pasar, pedagang juga membayar uang kebersihan, serta uang keamanan untuk setiap harinya. Fasilitas yang dimiliki pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang. yaitu berupa kantor pasar, mushola, MCK, tempat sampah, serta tempat parkir kendaraan.

4.3 Profil Responden

Profil responden yang ditanyakan yaitu meliputi nama, usia, pendidikan, jenis kelamin. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dapat dideskripsikan sebagai berikut.

4.3.1 Usia

Banyaknya responden di pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang menurut usia yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Menurut Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 25 3 3%

2 26 35 Tahun 15 17%

3 36 45 Tahun 42 47%

4 46 55 Tahun 27 30%

5 <55 Tahun 3 3%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pedagang pasar berdasarkan tingkatan usia yaitu pedagang pasar berusia 25 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 3%, pedagang pasar yang berusia 26 35 tahun


(66)

sebanyak 15 orang dengan persentase 17%, pedagang pasar yang berusia 36 45 tahun sebanyak 42 orang dengan persentase 47%, pedagang pasar yang berusia 46 55 tahun sebanyak 27 orang dengan persentase 30%, pedagang pasar yang berusia > 55 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 3%.

4.3.2. Pendidikan

Banyaknya responden di pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang berdasarkan pendidikan yang ia tempuh dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.5

Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak sekolah 7 8%

2 SD 42 47%

3 SLTP 31 34%

4 SLTA 10 11%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Primer Diolah

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pedagang pasar berdasarkan tingkatan pendidikan yaitu pedagang pasar yang tidak sekolah sebanyak 7 orang dengan persentase 8%, pedagang pasar yang tingkat pendidikan SD sebanyak 42 orang dengan persentase 47%, pedagang pasar yang tingkat pendidikan SLTP sebanyak 31 orang dengan persentase 34%, pedagang pasar yang tingkat pendidikan SLTA sebanyak 10 orang dengan persentase 11%.

4.3.3 Jenis Kelamin

Banyaknya responden di pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.


(67)

Tabel 4.6

Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki laki 7 8%

2 Perempuan 83 92%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pedagang pasar berdasarkan jenis kelamin yaitu pedagang pasar yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang dengan persentase 8%, pedagang pasar yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 83 orang dengan persentase 92%.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda, dengan menguji tingkat signifikan dari masing-masing koefisien regresi yang menggunakan uji signifikan t dan uji signifikan f serta koefisien determinasi ( ) ntuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

4.4.1.1 Normalitas Data

Berdasarkan teori statistika model linier hanya residu dari variabel dependent Y yang wajib diuji normalitasnya, sedangkan variabel independen diasumsikan bukan fungsi distribusi. Jadi tidak perlu diuji normalitasnya.


(68)

Hasil output dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Normaitas Data

Unstandardized Residual

N 90

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation .86904624

Absolute .086

Positive .086

Most Extreme Differences

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .814

Asymp. Sig. (2-tailed) .521

a. Test distribution is Normal.

Analisis data hasil Output:

 Uji normalitas data digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : Data berdistribusi normal

H1: Data tidak berdistribusi normal  Kriteria penerimaan H0:

H0 diterima jika nilai sig (2-tailed) > 5%.

Dari tabel diperoleh nilai sig = 0,521= 52,1% > 5% , maka H0 diterima. Artinya variabel unstandarized berdistribusi normal.


(69)

Gam bar 4.1 Normal P-pot

Pada grafik P-Plot terlihat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal maka variabel dependen Y memenuhi asumsi normalitas.

4.4.1.2 Uji Linieritas.

Uji linieritas pada analisis regresi berganda berguna untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier dalam penelitian ini tepat atau tidak. Untuk melakukan uji linieritas dapat dilihat pada tabel Anova dibawah ini:


(70)

Uji Linieritas.

Tabel 4.8

Hasi Uji Linieritas Pada Variabel Modal (X1)

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

(Combined) 59.364 7 8.481 8.369 .000

Linearity 48.776 1 48.776 48.135 .000 Between

Groups

Deviation from

Linearity 10.588 6 1.765 1.741 .122

Within Groups 83.092 82 1.013 Y * X1

Total 142.456 89

Dari Uji ANOVA atau F test di atas, didapat F hitung adalah48.135dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka X1(modal) berpengaruh terhadap Pendapatan pedagang pasar.

Tabel 4.9

Hasi Uji Linieritas Pada Variabel Lokasi Berdagang (X2)

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

(Combined) 48.998 6 8.166 7.253 .000

Linearity 45.405 1 45.405 40.325 .000 Between

Groups

Deviation from

Linearity 3.593 5 .719 .638 .671

Within Groups 93.458 83 1.126 Y * X2


(71)

Dari Uji ANOVA atau F test di atas, didapat F hitung adalah 40,325 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka X2 (lokasi berdagang) berpengaruh terhadap Pendapatan pedagang pasar.

Tabel 4.10

Hasi Uji Linieritas Pada Variabel Kondisi Tempat Berdagang (X3)

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

(Combined) 57.774 3 19.258 19.558 .000

Linearity 40.554 1 40.554 41.185 .000 Between

Groups

Deviation from

Linearity 17.220 2 8.610 8.744 .000

Within Groups 84.681 86 .985 Y * X3

Total 142.456 89

Dari Uji ANOVA atau F test di atas, didapat F hitung adalah41.185dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka X3(kondisi tempat berdagang) berpengaruh terhadap Pendapatan pedagang pasar.

Hipotesis yang digunakan : Ho : model regresi linier.

H1 : model regresi tidak linier.

Kaidah pengambilan keputusan:

Jika Fhitung Ftabel atau nilai sig 0,05 = maka Ho diterima. Jika Fhitung > Ftabeldan nilai sig < 0,05 maka H1 diterima.

Dengan tingkat kepercayaan = 95% atau () = 0,05. Derajat kebebasan (df1) = k = 3, dan df2 = n k = 90 3 = 87 diperoleh nilai Ftabel= 2.709.


(1)

§¨©ª«¬«¬­®¯° ®¬«±®²®°³ © ¨©

´µ ¶

·¸¹ º »¼ ½¾ ¾¿ÀÁ

M

ÂÃÄ Å

R

R S

ÆÇÈ ÉÄ

A

ÃÊ ÇËÌÄÃ

R

S

Æ ÇÈ ÉÄ

S

ÌÃ

. E

ÉÉÂÉÂÍÌ ÎÄ

E

Ë ÌÏ ÐÈÌÄ

1

.727

Ñ

.528

.512

.88407

È

. P

ÉÄÃÏÒÌ ÂÉË

: (C

ÂÓËÌÈÓÌ

), X3, X2, X1

uji F

ANOVA

b

M

ÂÃÄÅ

S

ÇÐÂÍ

S

ÆÇÈ ÉÄË

D

Í

M

ÄÈÓ

S

ÆÇÈÉÄ

F

S

Ï Ô

.

R

Ä Ô ÉÄËËÏÂÓ

75.239

3

25.080

32.088

.000

Ñ

R

Ä ËÏ ÃÇÈ Å

67.216

86

.782

1

T

ÂÌÈ Å

142.456

89

È

. P

ÉÄÃÏÒÌ ÂÉË

: (C

ÂÓË ÌÈÓÌ

), X3, X2, X1

Õ

. D

Ä ÖÄÓÃÄÓÌ

V

È ÉÏÈ Õ ÅÄ

: Y

Coefficients

a

U

ÓË ÌÈÓÃÈÉÃÏ

z

ÄÃ

C

ÂÄÍÍÏÒÏÄÓÌË

S

ÌÈÓÃÈÉÃÏ

z

ÄÃ

C

ÂÄ ÍÍÏÒÏÄÓÌË

M

ÂÃÄ Å

B

S

ÌÃ

. E

ÉÉÂÉ

B

Ä ÌÈ

Ì

S

ÏÔ

.

(C

ÂÓË ÌÈÓÌ

)

3.853

.822

4.690

.000

X1

.269

.069

.336

3.929

.000

X2

.244

.065

.315

3.731

.000

1

X3

.481

.138

.288

3.477

.001


(2)

×Ø ÙÚ

ÛÜÝÞ

Coefficients

a

U

ßàáâ ßãâ äãå

z

æã

C

ç æèèåé åæ ßá à

S

áâ ßãâ äãå

z

æã

C

çæè èåéå æßá à

C

çääæêâáåç ßà

M

ç ãæê

B

S

á ã

. E

ääçä

B

æáâ

á

S

åë

.

Z

æ äç

-

ç äãæä

P

â äá åâê

P

â äá

(C

ç ßàáâßá

)

3.853

.822

4.690

.000

X1

.269

.069

.336

3.929

.000

.585

.390

.291

X2

.244

.065

.315

3.731

.000

.565

.373

.276

1

X3

.481

.138

.288

3.477

.001

.534

.351

.258

â

. D

æìæßã æßá

V

â äåâíêæ

: Y

îïðñ òóïôõ îïðöð òðïñõ òôïðõ

Coefficients

a

U

ßàáâ ßãâäãå

z

æã

C

çæ èèåéåæßáà

S

áâßãâäãå

z

æã

C

ç æèèåé åæ ßá à

M

ç ãæê

B

S

á ã

. E

ääçä

B

æáâ

á

S

åë

.

(C

çßàáâßá

)

3.853

.822

4.690

.000

X1

.269

.069

.336

3.929

.000

X2

.244

.065

.315

3.731

.000

1

X3

.481

.138

.288

3.477

.001


(3)

(4)

(5)

(6)