Data Strategis BPS
KeMiSKinan
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhaian pemerintah di negara manapun. Salah satu
aspek pening untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data
kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar
waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang
terpercaya reliable dapat menjadi instrumen yang baik bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhaian pada perbaikan kondisi hidup
orang miskin. Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach. Konsep ini idak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain
seperi Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
keidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Menurut
pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan GK. Secara
teknis GK dibangun dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan GKM dan Garis Kemiskinan Nonmakanan GKNM. GKM merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM merupakan kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. BPS melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin
pertama kali pada tahun 1984. Pada saat itu, penghitungan penduduk miskin mencakup periode 1976–1981 dengan menggunakan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional Susenas modul konsumsi. Sejak itu, seiap iga tahun sekali BPS secara ruin mengeluarkan data jumlah dan persentase
penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Kemudian mulai tahun 2003, BPS secara ruin mengeluarkan data jumlah
dan persentase penduduk miskin seiap tahun. Hal ini bisa terwujud karena sejak tahun 2003 BPS mengumpulkan data Susenas Panel Modul Konsumsi
seiap Februari atau Maret. Sebagai informasi tambahan, digunakan pula hasil Survei Paket Komodii Kebutuhan Dasar SPKKD yang dipakai untuk
memperkirakan proporsi pengeluaran masing-masing komodii pokok nonmakanan.
Kemiskinan dipandang sebagai
keidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran.
Data Strategis BPS Ke m i s k in a n
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1998–2012
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia cenderung menurun selama periode 1998–2012 Tabel 1. Pada tahun 1998, persentase
penduduk miskin tercatat sebanyak 24,23 persen 49,5 juta orang. Tingginya angka kemiskinan tersebut dikarenakan krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada pertengahan 1997 yang berakibat pada melonjaknya harga- harga kebutuhan dan berdampak parah pada penduduk miskin. Sejalan
dengan harga-harga kebutuhan yang kembali menurun, angka kemiskinan juga menurun. Selama periode 1999–2002 jumlah penduduk miskin
menurun sebanyak 9,57 juta orang dari 47,97 juta orang 23,43 persen dari total penduduk menjadi 38,4 juta orang 18,2 persen dari total penduduk.
Angka kemiskinan terus menurun dan mencapai 35,1 juta orang 15,97 persen dari total penduduk pada tahun 2005. Sebagai akibat dari kebijakan
pemerintah menaikkan harga minyak pada tahun 2005 yang berdampak pada meningkatnya harga-harga kebutuhan dasar, kemiskinan tercatat
meningkat menjadi 17,75 persen 39,3 juta orang pada tahun 2006, atau meningkat sebanyak 4,2 juta orang dibanding tahun 2005.
Meskipun demikian selama periode 2007–2012, angka kemiskinan kembali turun. Pada tahun 2007, penduduk miskin tercatat sebanyak 37,17
juta orang 16,58 persen. Beberapa program pemerintah yang ditujukan bagi penduduk miskin dijalankan pemerintah sejak 2005 memiliki dampak
posiif bagi penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada terus menurunnya angka kemiskinan, baik dalam jumlah maupun persentase
penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang 11,96 persen, turun 0,89 juta orang 0,53
persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang 12,49 persen.
Jumlah penduduk miskin
di Indonesia pada Maret 2012
mencapai 29,13 juta orang, turun
0,89 juta orang dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret
2011 yang sebesar 30,02 juta orang .
Data Strategis BPS
Tabel 8.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah
1998–2012
Tahun Jumlah Penduduk Miskin juta orang
Persentase Penduduk Miskin Kota
Desa Kota+Desa
Kota Desa
Kota+Desa
1 2
3 4
5 6
7 1998
17,60 31,90
49,50 21,92
25,72 24,23
1999 15,64
32,33 47,97
19,41 26,03
23,43 2000
12,30 26,40
38,70 14,60
22,38 19,14
2001 8,60
29,30 37,90
9,76 24,84
18,41 2002
13,30 25,10
38,40 14,46
21,10 18,20
2003 12,20
25,10 37,30
13,57 20,23
17,42 2004
11,40 24,80
36,10 12,13
20,11 16,66
2005 12,40
22,70 35,10
11,68 19,98
15,97 2006
14,49 24,81
39,30 13,47
21,81 17,75
2007 13,56
23,61 37,17
12,52 20,37
16,58 2008
12,77 22,19
34,96 11,65
18,93 15,42
2009 11,91
20,62 32,53
10,72 17,35
14,15 2010
11,10 19,93
31,02 9,87
16,56 13,33
2011 Mar 11,05
18,97 30,02
9,23 15,72
12,49 2011 Sep
10,95 18,94
29,89 9,09
15,59 12,36
2012 Mar 10,65
18,48 29,13
8,78 15,12
11,96 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2011–Maret 2012
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang 11,96 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret
2011 yang berjumlah 30,02 juta 12,49 persen, berari jumlah penduduk miskin berkurang 0,89 juta orang. Selama periode Maret 2011-Maret 2012,
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 399,5 ribu orang 0,45 persen, sementara di daerah perdesaan berkurang 487 ribu orang 0,60
persen Tabel 8.2. Beberapa faktor terkait penurunan jumlah dan persentase penduduk
miskin selama Maret 2011-Maret 2012 adalah: a. Upah harian nominal buruh tani dan buruh bangunan meningkat
selama periode triwulan I-2011 dan triwulan I-2012, yaitu masing- masing sebesar 2,96 persen dan 4,81 persen.
b. Penerima beras murahraskin dalam 3 bulan terakhir pada kelompok 20 persen penduduk dengan pendapatan terendah meningkat dari
13,3 persen tahun 2011 menjadi 17,2 persen tahun 2012 di perkotaan. Begitu juga di daerah perdesaan terjadi peningkatan dari
Selama periode Maret 2011-Maret
2012, penduduk miskin di daerah
perkotaan berkurang 399,5
ribu orang 0,45 persen, sementara
di daerah perdesaan berkurang 487 ribu
orang.
Data Strategis BPS Ke m i s k in a n
13,3 persen menjadi 17,2 persen berdasarkan data Susenas 2011 dan Susenas 2012.
c. Penerima pelayanan kesehatan grais selama 6 bulan terakhir pada 20 persen penduduk dengan pendapatan terendah meningkat
dari tahun 2011 ke tahun 2012 4,6 persen menjadi 5,6 persen di perkotaan. Hal yang sama juga terjadi di daerah perdesaan, penerima
pelayanan kesehatan grais di kelompok tersebut meningkat berdasarkan Susenas 2011 dan Susenas 2012 dari 3,9 persen pada
tahun 2011 dan 4,7 persen pada tahun 2012. d. Selama periode Maret 2011–Maret 2012 inlasi umum relaif rendah,
yaitu sebesar 3,97 persen. e. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP
Nilai Tukar Petani sebesar 1,32 persen dari 103,32 pada Maret 2011 menjadi 104,68 pada Maret 2012.
f. Perekonomian Indonesia triwulan I-2012 tumbuh sebesar 6,3 persen terhadap triwulan I-2011, sedangkan pengeluaran konsumsi
rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen pada periode yang sama pertumbuhan pada tahun 2011 hanya mencapai 3,6 persen.
g. Dari sisi ukuran subyekif subjecive measurement, persentase rumah tangga di kuanil terbawah 20 persen penduduk dengan
pendapatan terendah yang menyatakan bahwa penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari dalam sebulan
terakhir meningkat dari 8,1 persen tahun 2011 menjadi 12,4 persen tahun 2012 di daerah perkotaan. Di daerah perdesaan meningkat
dari 8,5 persen tahun 2011 menjadi 11,0 persen tahun 2012.
DaerahTahun Garis Kemiskinan RpKapitaBln
Jumlah Penduduk
Miskin juta Persentase
Penduduk Miskin
Makanan Bukan
Makanan Total
1 2
3 4
5 6
Perkotaan
Maret 2011 177 342
75 674 253 016
11,05 9,23
Maret 2012 187 194
80 213 267 408
10,65 8,78
Perdesaan
Maret 2011 165 211
48 184 213 395
18,97 15,72
Maret 2012 177 521
51 705 229 226
18,48 15,12
Perkotaan+Perdesaan
Maret 2011 171 834
61 906 233 740
30,02 12,49
Maret 2012 182 796
65 910 248 707
29,13 11,96
Tabel 8.2 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2011–Maret 2012
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2011 dan Maret 2012
Data Strategis BPS 3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2011–Maret 2012
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batasan untuk menentukan miskin atau idaknya seseorang. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama Maret 2011–Maret 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,40 persen, yaitu dari Rp233.740,- per kapita per bulan pada Maret 2011
menjadi Rp248.707,- per kapita per bulan pada Maret 2012. Dengan memerhaikan komponen Garis Kemiskinan GK, yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan GKM dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan GKBM, terlihat bahwa peranan komodii makanan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komodii bukan makanan perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Pada Maret 2011 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,52
persen, dan sekitar 73,50 persen pada Maret 2012. Pada Maret 2012, komodii makanan yang memberi sumbangan terbesar
pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu sebesar 29,23 persen di perkotaan dan 35,61 persen di perdesaan. Rokok kretek ilter memberikan sumbangan
terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan 8,13 persen di perkotaan dan 7,07 persen di perdesaan. Komodii lainnya adalah telur ayam ras 3,41
persen di perkotaan dan 2,62 persen di perdesaan, gula pasir 2,63 persen di perkotaan dan 3,68 di perdesaan, tempe 2,26 persen di perkotaan dan
1,77 persen di perdesaan, tahu 2,00 persen di perkotaan dan 1,43 persen di perdesaan, mie instan 1,65 persen di perkotaan dan 2,26 persen di
perdesaan, dan bawang merah 1,33 persen di perkotaan dan 1,56 persen di perdesaan.
Komodii bukan makanan pada Maret 2012 yang memberi sumbangan besar untuk Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan 10,32 persen
di perkotaan dan 7,16 persen di perdesaan, biaya listrik 2,32 persen di perkotaan dan 2,06 persen di perdesaan, biaya pendidikan 2,88 persen
di perkotaan dan 1,64 persen di perdesaan, dan bensin 1,93 persen di perkotaan dan 1,71 persen di perdesaan.
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhaikan adalah
ingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu
Selama Maret 2010–Maret 2011,
Garis Kemiskinan naik sebesar 10,39
persen, yaitu dari Rp211.726,- menjadi
Rp233.740,- per kapita per bulan.
Data Strategis BPS Ke m i s k in a n
Tabel 8.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan P1 dan Indeks Keparahan Kemiskinan P2
di Indonesia Menurut Daerah Maret 2011–Maret 2012
IndeksTahun Kota
Desa Kota + Desa
1 2
3 4
Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
Maret 2011 1,52
2,63 2,08
Maret 2012 1,40
2,36 1,88
Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
Maret 2011 0,39
0,70 0,55
Maret 2012 0,36
0,59 0,47
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2011 dan Maret 2012 Periode Maret
2011-Maret 2012, Indeks Kedalaman
Kemiskinan P
1
dan Indeks Keparahan
Kemiskinan P
2
menurun.
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi ingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Pada periode Maret 2011–Maret 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
dan Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,08 pada Maret 2011 menjadi 1,88 pada Maret
2012. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,55 menjadi 0,47 pada periode yang sama Tabel 8.3. Penurunan nilai kedua indeks ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekai Garis Kemiskinan dan keimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
dan Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
di daerah perdesaan masih tetap lebih inggi daripada perkotaan. Pada Maret 2012, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
untuk perkotaan hanya 1,40 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,36. Nilai
Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
untuk perkotaan hanya 0,36 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,59. Dapat disimpulkan bahwa ingkat
kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah perkotaan.
Data Strategis BPS
infLaSi
Inlasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Barang dan jasa tersebut jumlahnya sangat banyak, namun “keranjang” barang
dan jasa yang digunakan untuk menghitung konsumsi rumah tangga seluruhnya berjumlah 774 komoditas. Jumlah komoditas tersebut bervariasi antarkota, yang terkecil terdapat di
Kota Tarakan sebanyak 284 komoditas, sedangkan yang terbanyak terdapat di Jakarta 441 komoditas, secara rata-rata sebanyak 335 komoditas dari 66 kota. Angka tersebut merupakan
hasil Survei Biaya Hidup SBH tahun 2007 yang merupakan patokan untuk menyusun inlasi. Inlasi dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen IHK dengan menggunakan rumus
Laspeyres yang dimodiikasi Modiied Laspeyres. Rumus tersebut mengacu pada manual Organisasi Buruh Dunia Internaional Labor OrganisaionILO. Pengelompokan IHK
didasarkan pada klasiikasi internasional baku yang tertuang dalam Classiicaion of Individual Consumpion According to Purpose COICOP yang diadaptasi untuk kasus Indonesia menjadi
Klasiikasi Baku Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga.
Inlasi IHK atau inlasi umum headline inlation
inlasi seluruh barangjasa yang dimonitor harganya secara periodik. Inlasi umum adalah komposit dari inlasi ini, inlasi administered prices, dan inlasi volaile goods.
Secara umum penghitungan inlasi dari IHK mengikui rumus berikut ini.
1
INF
t
= IHK
t
IHK
t-1
x 100 IHK
t-1
t = bulan atau tahun tertentu
Contoh: IHK Umum bulan Juli 2012 sebesar 133,16 sedangkan IHK Umum bulan Juni 2012 sebesar
132,23 maka besarnya angka inlasi IHK Umum bulan Juli 2012 adalah [133,16-132,23132,23] x 100 = 0,70.
Inlasi inti core inlation
inlasi barangjasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, seperi ekspektasi inlasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan
penawaran, yang sifatnya cenderung permanen, persistent, dan bersifat umum. Berdasarkan SBH 2007 jumlah komoditasnya sebanyak 692 antara lain, kontrak rumah, upah buruh, mie,
susu, mobil, sepeda motor, dan sebagainya. Contoh:
IIHK Komponen ini core bulan Juli 2012 sebesar 128,35 sedangkan IHK Komponen ini core bulan Juni 2012 sebesar 127,66 maka besarnya angka inlasi IHK Komponen ini core
bulan Juli 2012 adalah [128,35-127,66127,66] x 100 = 0,54.