Rendahnya kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Masih rendahnya pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya

Danau Tanjung Bunga dan Sungai Jeneberang sebagai destinasi pariwisata 2 Mengembangkan Kawasan Riverside Sungai Jeneberang sebelah timur Rubber dam sebagai Wisata Air 2 Adanya Koordinasi lintas SKPD dan kerjasama lembaga 3 Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu 3 Belum optimalnya pengelolaan wisata pulau 3 Terbatasnya sarana dan prasarana pada daya tarik wisata pulau 3 Tersedianya Anggaran

3.5 PENENTUAN ISU –ISU STRATEGIS

Dari beberapa isu yang saat ini berkembang, ada beberapa isu strategis yang dianggap prioritas pada penentuan fokus arah kegiatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yang harus menjadi perhatian Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar dalam penentuan strategi dan kebijakan untuk mewujudkan peran pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Kota Makassar. Isu strategis yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah sebagai berikut : 1. Belum optimalnya dampak promosi dan pemasaran pariwisata Upaya promosi dan pemasaran pariwisata yang dilakukan selama ini terlihat belum berdampak signifikan karena pemanfaatan media promosi yang belum optimal sehingga promosi serta informasi pariwisata yang ingin disampaikan pun tidak dapat dijangkau secara luas oleh para wisatawan. Selain itu pelaksanaan berbagai bentuk event baik yang berskala lokal, nasional dan internasional yang dilaksanakan tidak diawali dengan perencanaan yang matang sehingga konten yang disajikan kurang menarik, selain itu event – event yang dilaksanakan kurang variatif dan beragam sehingga tujuan utama pelaksanaan event – event tersebut yakni meningkatkan angka kunjungan menjadi sulit terwujud.

2. Rendahnya kualitas dan daya saing destinasi pariwisata

Rencana Strategis Disparekraf Kota Makassar Tahun 2014-2019 Kota Makassar memiliki daya tarik wisata yang sangat beragam, baik pantai, pulau, sungai, kuliner, hiburan dan lain sebagainya. Keragaman daya tarik wisata yang ada saat ini tentu membutuhkan sarana dan prasana pendukung dalam pemanfaatannya. Masih rendahnya kualitas aksesibiltas tentu akan mempengaruhi kemampuan wisatawan untuk menjangkau destinasi pariwisata yang ada, selain itu masih terbatasnya sarana akomodasi yang ada pada destinasi menjadi masalah tersendiri yang harus dapat dipecahkan secara bersama, karena ketersediaan sarana dan prasarana pada daya tarik wisata tentu akan mempengaruhi angka kunjungan wisatawan.

3. Masih rendahnya pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya

Dengan terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sampai dengan terbentuknya kementerian baru yang mengurusi ekonomi kreatif secara khusus, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif telah menjadi sektor baru dalam menggerakkan perekonomian Negara. Dari data yang dirilis oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa pada periode 2002-2010, eknomi kreatif memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam nilai tambah atau PDB, penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan maupun ekspor. Kontribusi rata-rata PDB tahun 2002-2010 terhadap PDB nasional mencapai 7,74, tingkat partisipasi tenaga kerja sebesar 7,76, kontribusi jumlah usaha mencapai 6,77, kontribusi ekspor mencapai 9,77 dengan kontribusi impor hanya sebesar 1,3, dan net trade barang sebesar 33,14. Dengan melihat data tersebut menujukkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif Rencana Strategis Disparekraf Kota Makassar Tahun 2014-2019 menjadi sebuah keniscayaan, data teresbut menjadi sebuah peluang bagi kota Makassar yang memiliki potensi ekonomi kreatif yang menjanjikan sekaligus menjadi sebuah tantangan khususnya bagi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang baru saja dibentuk agar mampu memberikan interfensi program dan kegiatan yang efektif dalam pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya.

4. Belum optimalnya kompetensi dan kapabilitas SDM Pariwisata