35
B B
A A
B B
3 3
P P
E E
L L
A A
K K
S S
A A
N N
A A
A A
N N
K K
E E
G G
I I
A A
T T
A A
N N
Aktivitas yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI tahun anggaran 2009 meliputi pelaksanaan penelitian tematik yang
bersifat bottom-up dan penelitian kompetitif yang bersifat top-down, serta Kegiatan Sinergi Penelitian dan Pengembangan Iptek DIKTI –
LIPI Insentif Riset untuk Peneliti dan Perekayasa tahun 2009. Penelitian tematik dimaksudkan untuk mengembangkan core
competence lembaga, sedangkan penelitian kompetitif dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan LIPI secara corporate, yang bersifat lintas disiplin dan lintas institusi.
Di samping kegiatan penelitian, para peneliti juga aktif melaksakan kegiatan ilmiah lainnya diantaranya seminar, workshop,
dan bedah buku. Dalam menanggapi issu-issu kontemporer, para peneliti P2E-LIPI juga aktif merespon melalui media cetak maupun
elektronik, mengadakan jumpa pers dan memberikan timbangan ilmiah kepada pemerintah. Selain itu para peneliti juga aktif sebagai
konsultan, narasumber dan dosen di berbagai perguruan tinggi negeri serta swasta.
3.1 Penelitian DIPA
Pada tahun anggaran 2009, Penelitian DIPA P2E-LIPI berjumlah 8 delapan kegiatan, yaitu :
36
1.
Pengaruh Kebijakan Bahan Bakar Minyak BBM dan Tarif Dasar Listrik TDL terhadap Kegiatan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat: Studi Kasus Sektor Industri
Tim Peneliti : Maxensius Tri
Sambodo, SE,
MIDEC Koordinator, Dr. Latif Adam, Esta Lestari, SE, M.
Econ. St., Purwanto, SE, M. Econ.St, Tuti Ermawati, SE, Nurlia Listiani, SE.
Abstrak :
Penelitian yang mengambil tema besar tentang dampak kenaikan harga energi BBM dan TDL bagi kesejahteraan masyarakat telah
berjalan selama tiga tahun. Setiap tahun memiliki penekanan kajian yang berbeda. Di tahun pertama, arah penelitian di fokuskan pada
sektor rumah tangga, nelayan, angkutan umum dan industri rumah tangga. Tahun kedua, penelitian ini fokus pada sektor transportasi
publik dan di tahun terakhir, sektor industri khususnya tekstil dan produk tekstil mendapat porsi kajian lebih besar.
Secara umum, kenaikan harga energi merupakan hal sulit untuk dihindari. Paling tidak ada dua peristiwa besar yang membuat hal
ini terjadi. Pertama, kenaikan harga energi dunia seperti minyak, batubara, dan gas. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari
kenaikan permintaan energi dunia terutama sebagai dampak dari turunnya produksi energi di China. Kedua, Indonesia telah berada
dalam posisi net energi importir, hal ini membuat kebijakan subsidi
37
energi menjadi semakin mahal seiring dengan naiknya harga energi dunia.
Temuan studi secara umum menggambarkan bahwa kenaikan harga energi belum diimbangin oleh kerangka kebijakan yang
komprehensif. Hal ini tampak jelas dari temuan di tahun pertama, dimana turunya kesejahteraan masyarakat belum dapat di-offset
oleh kebijakan pendukung seperti penyediaan cool storage bagi nelayan untuk menjaga stabilitas harga ikan, relatif mahanya biaya
untuk pengurusan KIR, terbatasnya akses teknologi hemat energi bagi industri, masih besarnya pungutan tak resmi di jalan,
kurangnya pengendalian
jumlah kendaraan,
terbatasnya infrastruktur bagi pengisian bahan bakar gas, rendahnya kualitas
transportasi publik, pelayanan listrik yang belum optimal, serta tumpang tindihnya kewenangan antar intasi seperti dalam hal
pengawasan penggunaan batu bara yang mengarah pada ketidakpastian. Sebetulnya jika permasalahan tersebut dapat
diletakkan dalam satu kerangka kebijakan energi maka dampak negatif atas kenaikan harga energi dapat lebih diminimalkan.
2.
Pengembangan Industri Nasional Energi Alternatif: Studi Kasus Biodiesel
Tim Peneliti : Dr. Siwage Dharma Negara Koordinator, Drs. Masyhuri, MS, Inne Dwiastuty SE, M. PP, Agus
Eko Nugroho, SE, M. App. Econ., Zamroni, SE, M. Appl. Econ.
38
Abstrak :
Industri Biodiesel CPO di Indonesia pada dasarnya termasuk
infant industry
yang rentan terhadap goncangan eksternal. Untuk mencapai tahap industri yang mature, diperlukan proses dan waktu
yang tidak sebentar dan juga seringkali diperlukan intervensi dari pemerintah. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba melihat
situasi dan prospek pengembangan industri biodiesel di Jawa Barat yang memiliki lokasi yang strategis dan kedekatan dengan pasar
location advantage.
Lebih jauh
studi ini
mencoba mengidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi oleh industri
biodiesel di Jawa Barat serta berbagai kebijakan pemerintah yang diupayakan untuk mengatasi kendala tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam in- depth interview
untuk menggali persepsi para pemangku kepentingan mengenai peluang dan kendala dalam pengembangan
industri biodiesel. Disamping itu, penelitian ini juga mencoba mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan program
pengembangan biodiesel dan lingkungan bisnis yang kondusif untuk pengembangan industri biodiesel. Melalui analisis SWOT,
penelitian ini mencoba memberikan rekomendasi strategi bagi pengembangan industri biodiesel di masa depan, termasuk strategi
pengembangan pasar dengan membuka jaringan distributor dan strategi pengembangan produk melaui rekayasa teknologi biodiesel
CPO.
39
Dalam jangka pendek, pemerintah perlu segera menetapkan kebijakan harga agar harga biodiesel CPO menjadi lebih kompetitif
dibanding harga BBM dan menguntungkan bagi para produsen biodiesel CPO. Pemerintah perlu menjaga konsistensi program
pengembangan industri biodiesel. Dalam jangka panjang, pengalihan subsidi dari subsidi BBM ke subsidi produk biofuel
khususnya biodiesel perlu direalisasikan. 3.
Peluang Usaha Produk Makanan Halal di Pasar Global: Perilaku konsumen Muslim dalam Konsumsi Makanan Halal
Tim Peneliti: Dra. Endang S. Soesilowati Koordinator, Prof. Dra. Jusmaliani, MS., Umi Karomah Yaumidin, SE,
M. Econ. St., Yani Mulyaningsih, SE, M. Si,
Abstrak :
Permintaan terhadap produk halal di pasar global menunjukkan suatu peningkatan, khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini.
Indonesia, dengan mayoritas penduduk beragama Islam,
merupakan pasar yang diminati oleh para penyedia produk halal. Namun sangatlah ironis kiranya, bila pemenuhan produk halal ini,
akhirnya lebih banyak dipenuhi oleh Negara-negara Non Muslim minoritas Muslim. Sejauhmana Indonesia mengantisipasi peluang
pasar global terhadap produk halal ini, kiranya perlu untuk dikaji. Di sisi lain, perilaku konsumen Muslim dalam konsumsi makanan
sangatlah bervariasi. Walaupun agama diakui telah menjadi pedoman utama pengontrol dalam perilaku seseorang, termasuk
40
perilaku konsumsi makanan, banyak faktor lain yang turut mempengaruhinya. Sejauhmana komunitas Muslim Indonesia
mempertimbangkan kehalalan makanan yang dikonsumsinya dan apa yang menjadi kriteria kehalalan suatu produk belumlah
diketahui. Sepanjang penetahuan peneliti, studi tentang perilaku konsumen Muslim Indonesia terhadap makanan halal ini belum
banyak yang melakukan, padahal pengetahuan tentang hal tersebut sangat lah diperlukan untuk menjadi acuan bagi pengembangan
usaha produk halal dalam pemenuhan permintaan pasar domestik dan menuju peluang pasar global yang kini tengah digarap oleh
negara-negara lain. Dengan menggunakan metode kuantitatif, survey penelitian di
Banten dilakukan terhadap Muslim dari pesantren dan non pesantren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria makanan
halal bagi Muslim Banten tidak hanya terbatas pada halal dari jenis makanannya, tetapi juga termasuk cara pengolahan dan cara
perolehan yang biasa dikenal dengan istilah Thoyyib. Sikap Muslim Banten sangat dominan dalam mempengaruhi perilaku
konsumsi mereka terhadap makanan halal, dibandingkan dengan norma subyektif dan kontrol perilakunya. Latar belakang
pendidikan pesantren menunjukkan tidak saja komitmen beragama, tetapi juga perilaku konsumsi yang lebih kuat dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren. Sebaliknya, kelompok sosial ekonomi kelas atas merupakan
41
kelompok sosial yang paling longgar terhadap perilaku konsumsi makanan halal dari komunitas Muslim Banten
4.
Potensi dan Peran Zakat dalam Mengurangi
Kemiskinan
Tim Peneliti : Drs. Firmansyah Koordinator, Drs. Mahmud Thoha, MA. APU, Drs. E. Toerdin S. Usman, MA,
Yeni Saptia, SE.
Abstrak :
Zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi kemiskinan. Dari hasil penelitian lapanagn menunjukkan bahwa
aktivitas devisi pengumpulan zakat pada Badan Amil Zakat Daerah BAZDA mempunyai kinerja yang cukup baik, tetapi belum
optimal. Walaupun dana ZIS meningkat dari tahun ke tahun namun realisasinya masih kurang dari 0.02 dari potensi zakat yang ada
PDRB. Di sisi lain, program pendayagunaan zakat untuk tujuan pemberdayaan ekonomi produktif belum menjadi prioritas utama,
sehingga tujuan dan maksud dari pelaksanaan zakat sebagai upaya mengurangi kemiskinan ekonomi fakir miskin belum sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dengan kata lain, perubahan status dari penerima zakat mustahik fakir miskin menjadi pembayar
zakat muzakki masih jauh dari realitasnya. Meskipun demikian, peran penting yang dimainkan oleh lembaga pengumpulan zakat di
daerah penelitian yang terpenting saat ini adalah: 1 Meringankan beban penderitaan sebagian kaum fakir miskin berupa bantuan
biaya pendidikan, biaya sekolah, bantuan korban bencana alam. 2
42
meningkatkan status sosial diantara sejumlah fakir miskin menjadi munfiq orang yang telah mampu membayar infaq. 3
Menciptakan beberapa lapangan kerja bagi mustahik. 4 Meningkatkan pendidikan dan kerampilan kaum perempuan dalam
menggerakkan usaha rumah tangga. Berdasarkan analisis SWOT ditemukan bahwa peran srtategi zakat sebagai alat pengentasan
kemiskinan ekonomi perlu dilakukan hal-hal berikut: 1 untuk pemberdayaan ekonomi fakir miskin dilakukan melalui dana
bergulir yang dikelola oleh MisYkat. 2 Sosialisasi zakat perlu ditingkatkan. 3 Kelembagaan amil zakat baik BAZ maupun LAZ
perlu dibenahi untuk meningkatkan kepercayaan dari pembayar zakat.
Kata kunci: zakat, potensi, manajemen realisasi, kemiskinan. 5.
Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Ekonomi Hayati Laut: Kasus Budidaya Rumput laut
Tim Peneliti : Ir. Zarmawis Ismail Koordinator, M. Si., Drs. Darwin, M. Sc., Ir. Ernany Dwi Astuty, M. Si., Ir.
Endang Tjitroresmi, dan Drs. Mochammad Nadjib
Abstrak :
Secara umum penelitian bertujuan untuk merumuskan konsep strategi optimalisasi pemanfaatan usaha budidaya rumput laut di
suatu daerah yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan perumusan kebijakan pembangunan perekonomian
daerah. Secara khusus, penelitian bertujuan: 1 mengkaji
43
perkembangan potensi dan pemanfaatan budidaya rumput laut di suatu daerah; 2 mengkaji perdagangan komoditas rumput laut; 3
mengkaji kelembagaan dalam pengembangan budidaya rumput laut di suatu daerah; dan 4 mengkaji kebijakan pemerintah yang
dapat mendorong pengembangan budidaya rumput laut di daerah. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi, di mana dengan
menggunakan pendekatan ekonomi, sosial, dan lingkungan serta datainformasi yang diperoleh dianalisis dengan metode kuantitatif
dan kualitatif menghasilkan temuan berikut: 1 dari panjang pantai Kabupaten Sukabumi 117 km, kurang lebih 20 di antaranya atau
sekitar 1404 Ha dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut, 2 dengan pengetahuan teknik budidaya masyarakat yang
minimal, untuk setiap kg bibit rumput laut telah dihasilkan 8 kg basah rumput laut setiap kali panen; 3 hasil panen rumput laut
basah tersebut dijual pada pedagang lokal dengan harga Rp 800,- kg; dan 4 biaya usaha budidaya rumput laut mulai dari
penanaman, panen, dan pemasaran disediakan oleh pedagang rumput lautpemodal, yang mengindikasikan belum berfungsinya
institusilembaga keuangan BRI, koperasi, dan KUR dalam penyediaan modal dan fasilitas lainnya pada petanimasyarakat
untuk mengusahakan budidaya rumput laut. Untuk pemanfaatan potensi budidaya rumput secara optimal,
diperlukan intervensi pemerintah bekerja sama dengan swasta dan asosiasiorganisasi rumput laut di Kabupaten Sukabumi melalui
penyusunan program-program yang implementatif yang terkait
44
dengan aspek-aspek budidaya rumput laut, mulai dari teknik budidaya, tenaga kerja, permodalan, pemasaran, kelembagaan,
kemitraan, komunikasi dan informasi, serta tata kelola usaha yang berkelanjutan.
Kata kunci: optimalisasi, sumber daya, ekonomi, hayati laut, budidaya, rumput laut.
6.
Implikasi Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Tim Peneliti : Joko Suryanto, SE, M. Si. Koordinator, Prof. Drs. Sukarna Wiranta, MA, Jiwa Sarana, SE, M.M.,
Dhani Agung Darmawan, SE, Bachtiar Rifai, SE.
Abstrak :
Semangat desentralisasi telah memberikan peluang bagi banyak daerah untuk dapat menetapkan kebijakan pembangunan daerah
sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah. Be4bagai hal yang terkait dengan pembangunan yang dijalankan oleh daerah pada
dasarnya ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud merupakan sebuah kondisi yang secara umum
dapat dirasakan oleh masyarakat seperti makin mudahnya akse terhadap pelayanan publik kesehatan, pendidikan dan lapangan
pekerjaan. Langkah yang dijalankan oleh daerah untuk mewujudkan kesejahteraan telah dijadikan landasan mengusulkan
dilakukannya pemekaran suatu wilayah.
45
Prasarat pemekaran yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 pada dasarnya telah memperhatikan upaya
efektivitas pembangunan yang dijalankan pada derah otonom baru. Namun apakah pemekaran yang dilakukan oleh banyak daerah
daerah setelah tahun 2000 telah bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian yang dilakukan di Kota Tasikmalaya sebagai daerah
otonom baru hasil pemekaran berupa menilai manfaat dilakukannya pemekaran. Perubahan status menjadi daerah
otonomi baru menjadi harapan bagi sebagian besar masyarakat untuk mendapatkan manfaat sosial ekonomi. Perubahan yang
dirasakan oleh masyarakat dapat dikatakan sebagai akibat dari status daerah sebelum pemekaran dan kondisi geografis daerah.
Berbagai hal terkait pembangunan Kota Tasikmalaya perlu disikapi dengan bijak khususnya terkait dengan kondisi daerah dan
hubungan dengan daerah induk. 7.
Pilkada dan Pergeseran Sistem Perencaan Pembangunan Daerah
Tim Peneliti : Prof. Drs. Hari Susanto, MA. Koordinantor, Dr. Syarip Hidayat, Dr. Wijaya Adi, APU,
Drs. Sairi Erfanie, dan Dr. Erwiza
Abstrak :
Praktik pemilihan kepala Daerah Pilkada secara langsung telah menorehkan catatan sejarah penting dalam rentang perjalanan
sejarah reformasi sistem pemerintahan daerah di Indonesia. Bagi
46
kalangan yang optimistik, pilkada telah diartikulasikan sebagai bagian dari langkah penting satu diantara issu penting yang
menarik untuk disimak seiring dengan dilaksanakannya Pilkada secara langsung tersebut adalah, adanya pergeseran sistem
perencanaan pembangunan daerah. Bila pada periode sebelumnya,
“landas-pijak” dalam menyusun perencanaan pembangunan adalah Pola Dasar Pembangunan Daerah, maka dengan diterapkannya
sistem Pilkada, konsep perencanaan pembangunan daerah tidak lagi merujuk pada Pola Dasar Pembangunan Daerah, tetapi
diturunkannya dari VisiMisi Kepala dan Wakil Kepala Daerah terpilih dalam Pilkada.
Peratanyaan sekarang adalah sejauh mana VisiMisi itu sendiri telah mencerminkan Potensi dan Kemampuan rril yang dimiliki
daerah, serta
telah melibatkan
masyarakat dalam
penyusunannya?, mengingat visimisi Kepala dan Wakil Kepala
Daerah lebih banyak merupakan hasil kerja dari “Tim Sukses” ketika Pilkada berlangsung. Pertanyaan inilah, selanjutnya menjadi
fokus uta dalam penelitian dengan tema PILKADA DAN PERGESERAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH ini. Hasil penelitian di Provinsi Jawa Barat, mengindikasikan, bahwa
visimisi yang diusung oleh pasangan Kepala dan Wakil Kepala Daerah ketika Pilkada berlangsung telah banyak merujuk pada
potensi yang dimiliki oleh daerah utamnya potensi Sumber Daya ManusiaSDM. Bahkan pada tingkat tertentu, issu SDM,
47
khusunya terkait dengan persoalan “penyerapan ternaga kerja” dan :kemiskinan”, telah dijadikan sebagai “iklan politik” yang dikemas
dalam “janji politik” untuk menarik dukungan suara pada kampanye Pilkada. Namun demikian, sangat menarik untuk dicatat,
bahwa terdapat beberapa potensi ekonomi penting lainnya yang nyaris terlupakan.
Kesimpulan umum berikutnya yang menarik untuk digarisbawahi adalah, kenyataan tentang adanya beberapa inkonsistensi dalam
proses penurunan “misi” yang diusung oleh pasangan Kepala dan Wakil Kepala Daerah ketika Pilkada berlangsung kedalam “misi
pemerintah daerah” pada periode pasca Pilkada. Hal ini, antara lain, ditunjukkan oleh “tidak kentaranya” atau bahkan “hilangnya”
beberapa butir misi yang diusung oleh pasangan Kepala dan Wakil Kepala Daerah pada saat Pilkada, tatkala diturunkan kedalam misi
pemerintah daerah sebagaimana tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD.
Dengan mempertimbangkan dua kesimpulan umum di atas, maka cukup beralasan bila kemudian penelitian ini mengajukan proposisi
umum yang menyebutkan: Bahwa implementasi sistem Pilkada langsung di lokasi penelitian, baru berhasil dalam mendorong
lahirnya para pasangan kandidat Kepala dan Wakil Kepala Daerah untuk memiliki Visi dan Misi. Namun demikian, mengingat
proses penyusunan Visi dan Misi itu sendiri lebih didominasi oleh pertimbangan-pertimbangan
politik praktis
daripada pertimbangan potensi daerah, maka secara substansial, masih
48
terlalu dini untuk mengartikulasi Visi dan Misi pasangan Kepala- Wakil Kepala Daerah terpilih sebagai sesuatu yang dimiliki
legitimasi kuat untuk dikonversikan menjadi VisiMisi Pemerintah Daerah pada Periode pasca Pilkada, dan selanjutnya berperan
sebagai rujukan utama dalam penyusunan Rencana pembangunan Daerah
. 8.
Peranan, Tantangan Perbankan Syariah dalam Mendorong Sektor Riil: Studi kasus UMKM Sektor Pertanian, Industri dan
Jasa Komersial
Tim Peneliti : Muhammad Soekarni, SE, M. Si. Koordinator, Agus Syarip Hidayat, SE, MA., Putri Irma
Yuniarti, SE., dan Chitra Indah Yuliana, SE.
Abstrak :
Perbankan syariah sudah eksis di Indonesia semenjak 17 tujuh belas tahun yang lalu. Salah satu peran yang dimainkan oleh
perbankan syariah adalah menyalurkan pembiayaan untuk membantu percepatan perkembangan sektor riil. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji secara mendalam peranan perbankan syariah dalam membantu permodalan UMKM, khususnya yang
bergerak di sektor pertanian, industri dan jasa komersial. Tujuan lainnya adalah menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan perbankan syariah dalam aspek pembiayaan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perbankan syariah telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam membantu percepatan
49
pertumbuhan sektor riil melalui penguatan permodalan UMKM. Hal ini ditunjukkan oleh FDR Financing to Deposit Ratio yang
relatif tinggi; terjadinya peningkatan nilai pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan untuk modal kerja dan investasi; semakin
besarnya porsi penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi perbankan syariah terhadap total kredit Bank Umum; dan UMKM
mendapatkan porsi yang lebih besar dari pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah. Kendala dan tantangan yang
dihadapi perbankan syariah antara lain: 1 keterbatasan Sumberdaya Insani SDI sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan; 2 kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang produk dan jasa perbankan syariah; dan 3
belum terbangunnya motivasi dan integritas masyarakat secara baik dalam menggunakan perbankan syariah.
3.2 Penelitian Kompetitif :