49
pertumbuhan sektor riil melalui penguatan permodalan UMKM. Hal ini ditunjukkan oleh FDR Financing to Deposit Ratio yang
relatif tinggi; terjadinya peningkatan nilai pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan untuk modal kerja dan investasi; semakin
besarnya porsi penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi perbankan syariah terhadap total kredit Bank Umum; dan UMKM
mendapatkan porsi yang lebih besar dari pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah. Kendala dan tantangan yang
dihadapi perbankan syariah antara lain: 1 keterbatasan Sumberdaya Insani SDI sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan; 2 kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang produk dan jasa perbankan syariah; dan 3
belum terbangunnya motivasi dan integritas masyarakat secara baik dalam menggunakan perbankan syariah.
3.2 Penelitian Kompetitif :
1.
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Karimata melalui Integrasi antar Daerah
Tim Peneliti : Dr. Wijaya Adi Koordinator, Abstrak :
Kawasan Karimata adalah suatu kawasan yang menurut buku panduan kompetitif LIPI meliputi beberapa propinsi yakni: Jambi,
Bangka Belitung, Banten, Lampung, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Sejauh ini perkembangan ekonomi di kawasan
50
ini masih jauh dari menggembirakan. Sebagai salah satu akibatnya adalah, tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan ini kalah
manakala dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa propinsi lain. Padahal potensi untuk berkembang di
kawasan ini sebenarnya cukup menjanjikan. Kandungan sumber daya relatif banyak, baik sumber daya laut maupun tambang.
Selain itu, ke depan dinamika eksternal yang terjadi merupakan peluang besar bagi kawasan ini untuk berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun langkah konkrit bagi percepatan pertumbuhan ekonomi Kawasan Karimata melalui
integrasi antar daerah. Integrasi antar daerah ditekankan pada peningkatan daya saing daerah serta spesialisasi produksi. Ebagai
upaya untuk menyusun klaster industri di kawasan ini, keterkaitan antar daerah yang termasuk kedalam Kawasan Karimata
merupakan salah satu syarat utama. Konsekuensi dari langkah ini adalah setiap perlu memandang daerahnya sebagai bagian dari
Kawasan Karimata.
Kata kunci: integrasi antar daerah, keterkaitan antar daerah, daya
saing daerah, klaster, spesialisasi daerah, industri unggulan 2.
Sinergitas Fungsi Coorporate Social Responsibility SCR, Usaha Kecil dan Menengah UKM dan Partisipasi Masyarakat
di Wilayah Pesisir Karimata
51
Tim Peneliti : Umi Karomah Yaumidin, SE, M. Econt. St. Koordinator, Gusnelly, SH, M.Si., Inne Dwiastuti,
SE, MPP, Prof. Dra. Jusmaliani, MS, Oman Zuas, M.Si, M.Sc.
Abstrak :
Belum tuntasnya proses reklamasi wilayah pertambangan di Provinsi Bangka Belitung, menyisakan berbagai persoalan
ekonomi, sosial, budaya dan politik, sehingga kondisi ini tidak hanya mengancam ketahanan wilayah daerah pertambangan tetapi
juga menurunkan kualitas daya saing wilayah ini dalam kerangka menarik investasi sebesar-besarnya. Provinsi Bangka Belitung
sebagai penghasil timah terbesar seyogyanya dapat mengelola potensi sumber daya alam ini melalui kearifan tidak hanya
masyarakat lokal tetapi juga pemerintah daerah dan tentu saja pengusaha pertambangan.
Untuk dapat mewujudkannya, dibutuhkan kerjasama yang saling terkait diantara pengusaha besar, pengusaha kecil, pemerintah
daerah, elit lokal, LSM dan segenap elemen masyarakat baik dikawasan darat maupun pesisir. Kajian ini merupakan penelitian
tahun pertama yang memfokuskan pada aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan peran UMKM dan
partisipasi masyarakat dalam percepatan pembangunan ekonomi Provinsi Bangka Belitung. Sebagai sebuah kajian yang
berkelanjutan hingga 2011, penelitian tahun pertama merupakan
52
titik awal bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintah daerah, perusahaan tambang, usaha mikro, kecil dan menengah
serta masyarakat pada umumnya. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah menyusun model sinergis pengelolaan wilayah pesisir yang
didalamnya meliputi
tanggung jawab
sosial perusahaan
pertambangan yang inherent dengan kebijakan pemerintah daerah, kebutuhan UMKM dan budaya masyarakat lokal di wilayah
operasi pertambangan. Untuk menyusun itu, pada tahun pertama fokusnya dititikberatkan
pada menggambarkan tentang variabel tanggung jawab sosial perusahaan yang diindikasikan dari program kegiatan perusahaan
maupun laporan keuangan perusahaan. Selain itu, tahun pertama penelitian ini juga akan menghasilkan pemetaan kebutuhan
UMKM dan masyarakat setempat. Sementara pada tahun kedua, fokusnya lebih diarahkan pada penggalian dan penyusunan strategi
pemberdayaan masyarakat pesisir agar tanggung jawab sosial perusahaan dapat menyentuh kebutuhan UMKM dan sesuai dengan
permintaan masyarakat lokal. Pada tahun ketiga, penyusunan dan implementasi model dan kegiatan, fokus kajian juga akan
menitikberatkan pada kondisi-kondisi yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan kegiatan. Penelitian ini dibiayai
melalui Program Kompetitif LIPI ” Ketahanan dan Daya Saing Wilayah dan Masyarakat Pesisir.”
Dengan menggunakan pendekatan survey, penelitian ini akan menguji kegiatan CSR yang dilakukan pengusaha terhadap
53
UMKM. Dengan melibatkan LIPI sebagai mediator antara UMKM, Pengusaha dan Pemerintah diharapkan akan diperoleh
strategi pengoptimalan program CSR yang berbasis pada sumber daya yang dimiliki oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut, dan menghasilkan program CSR yang tepat sasaran, proporsional dan terpadu.
Kata Kunci: Masyarakat Pesisir, Korporasi Pertambangan,
Ketahanan Wilayah, Daya Saing Wilayah, Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. 3.
Pengentasan Kemiskinan melalui Penguatan Ketahanan Pangan dan Stabilisasi Harga Produk Pangan di Indonesia
Tim Peneliti : Purwanto, SE., M. Econ. St. Koordinator, Dr. Agus Eko Nugroho, Ahmad Erani Yustika, SE, M. Sc,
PhD., dan Dhani Agung Darmawan, SE.
Abstrak :
Penelitian tentang pengentasan kemiskinan melalui penguatan ketahanan pangan dan stabilisasi harga produk pangan di Indonesia
ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara penguatan ketahanan
pangan Indonesia
dengan upaya
pengentasan kemiskinan. Pada sisi supply, hal tersebut menjadi penting karena
ketahanan pangan yang merupakan bagian dari sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dihuni oleh mayoritas penduduk
miskin di Indonesia. Oleh karena itu, upaya penguatan ketahanan pangan berkaitan secara langsung dengan peningkatan kinerja
54
sektor ekonomi yang dihuni oleh sebagian besar penduduk miskin Indonesia. Pada sisi demand, dengan terus meningkatnya supply,
harga komoditas pangan domestik dapat dijaga, sehingga komoditas pangan tersebut dapat diakses secara adil dan merata
oleh masyarakat tak terkecuali penduduk miskin. Hasil analisis makro di sektor pertanian menunjukkan adanya
kemampuan peningkatan produksi beras nasional yang ditunjukkan dengan kemampuan mencapai swasembada beras sejak tahun 2008.
Akan tetapi permasalahan dan kendala yang dihadapi, seperti bencana alam dan laju konversi lahan pertanian menjadi non-
pertanian yang sedemikian cepat perlu mendapat perhatian agar ada jaminan ketersediaan pangan. Upaya revitalisasi sektor
pertanian menjadi program dan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah agar dapat menjaga ketersediaan pangan yang cukup
dan terjangkau oleh masyarakat Hasil analisis melalui pendekatan ekonomi mikro permintaan dan
penawaran baik melalui data primer maupun sekunder menunjukkan bahwa permasalahan ketahanan pangan dan
kemiskinan adalah dua masalah krusial yang masih melilit masyarakat di pedesaan. Petani selain menghadapi permasalahan
usaha tani mulai dari biaya pupuk, pembibitan, hingga keterbatasan infrastruktur
bagi usaha
taninya. Untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah menetapkan harga pokok
penjualan pada komoditi padi agar dapat memberikan kepastian harga jual produk pangan dari waktu ke waktu. Selain itu
55
stabilisasi harga juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga produk pangan di tingkat konsumen. Sementara bagi kelompok
masyarakat miskin, pemerintah menyediakan program Raskin melalui Perum Bulog agar komoditi pangan khususnya beras dapat
dijangkau oleh masyarakat yang berpendapatan rendah. Secara umum kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa
petani sebagai pangan dan sekaligus merupakan kelompok konsumen terbesar, sebagian masih hidup dalam kemiskinan
karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. pemerintah perlu menyusun strategi dan kebijakan dalam penguatan ketahanan
pangan yang sekaligus mampu mensejahterakan petani. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan program pemberdayaan
petani agar memiliki kemampuan memproduksi pangan sekaligus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka sendiri. Selain itu pemerintah perlu untuk melanjutkankan kebijakan stabilisasi harga yang efektif dengan
dukungan kapasitas institusi dan good governance.
Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Kemiskinan, Stabilisasi Harga,
Kesejahteraan Petani
3.3 Penelitian